Naura melihat ponselnya yang sejak tadi tidak berhenti bergetar, hanya melihat. Naura terlihat tidak memiliki niat sama sekali untuk menjawab.
Tanpa perlu memegang ponselnya pun Naura tahu siapa yang mengirimkan dia pesan terus menerus. Siapa lagi jika bukan Javas?
Sebelum Naura memutuskan menerima Javas sebagai temannya, hingga dia berusaha menerima kehadiran Javas tiga bulan lalu, lelaki itu semakin haus kabar akan Naura.
Walaupun hal itu adalah bentuk perhatian yang Javas tunjukkan, tapi terkadang Naura merasa risih. Dia tak biasa mendapatkan perhatian seperti yang dilakukan Javas.
Namun, Naura tidak akan menyangkal jika Javas cukup membawa perubahan dalam dirinya. Perhatian-perhatian yang diberikan Javas, dan cara Javas menyikapi Naura mampu membuat gadis itu perlahan membuka diri.
Kepribadian yang selama ini di sembunyikan Naura di depan semua orang, perlahan mulai terlihat. Kecanggungan yang selalu menguasai gadis itu, kini berangsur-angsur menghilang.
Di sekolah pun gadis itu sudah tidak terlalu banyak melamun. Javas selalu berusaha mengalihkan perhatian Naura begitu melihat gadis itu melamun sedikit saja.
Siapapun yang melihat bagaimana cara Javas bersikap pada Naura pasti akan mengira jika hubungan mereka lebih dari sekadar teman.
Selain itu, Naura kini bahkan tak segan untuk melayangkan protes jika Javas sudah bersikap menyebalkan. Seperti saat ini, lelaki itu tak juga berhenti mengirimkan pesan.
Naura menghiraukan Javas, tanpa peduli jika lelaki itu saat ini tengah gelisah di lain tempat.
***
"Pas, hubungan lo sama Naura gimana?" tanya Farhan yang langsung mendapat perhatian dari semua orang di sana.
"Kayak yang kalian lihat."
"Ya gimana anj!" geram Fahri kesal.
"Cerita kek, Pas. Biasanya juga cerita lo, dari awal lo deketin cewe, terus pas udah pacaran, bahkan lo sama cewek lo ngapain juga lo ceritain."
"Kan, makanya gue bilang dia tuh aneh waktu dari awal tiba-tiba deketin Naura," ujar Rino sambil menunjuk ke arah Javas yang sibuk dengan ponselnya.
"Kalian mau tahu apaan sih?" tanya Javas tanpa mengalihkan pandangan dari ponsel.
"Kenapa lo deketin, Naura?"
"Gue penasaran," jawab Javas singkat, membuat kernyitan muncul di dahi keempat lelaki itu.
"Status lo sama Naura sekarang apa?"
"Temen."
"Bohong banget anjing! Mana ada temen ngusap-ngusap kepala!" seru Rino tak terima.
Javas menatap Rino datar. "Itu refleks. Beneran cuma temen."
"Enggak percaya gue. Kayak lo gini deketin cewek udah hampir empat bulan tapi masih temenan? Mustahil."
"Emang kenyataannya begitu," ujar Javas. Lelaki itu menatap ponselnya frustasi. Tidak ada satupun pesan darinya yang dibalas atau sekadar dibaca oleh Naura.
"Pas jujur deh, tujuan lo deketin Naura apaan? Atau lo cuma iseng karena tahu kalo dia itu pernah sama cowok orang?"
"Buat apaan anjir gue iseng?" Javas menatap Rino jengah. "Terus ucapan lo yang kayak tadi, itu sama aja secara enggak langsung lo bilang Naura murahan!"
"Vas, lo seharusnya enggak marah dong kalo emang hubungan kalian cuma temen. Lagi pula ucapan Rino bener kok, lo kayak mau ngebuktiin kalo Naura itu beneran polos atau pura-pura." Davin yang sejak tadi tidak banyak berbicara mulai membuka suaranya. Nada suara lelaki itu begitu tenang, tapi mampu menyulut Javas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Problem Solved! ✔
Teen FictionBlurb: Naura yang hampir berhasil hidup normal tanpa bayang-bayang masa lalu, harus kembali menelan pil pahit kehidupan saat takdir kembali membawa orang yang susah payah dia hindari. Mimpi buruk yang semula hilang, kini kembali datang. Malam-malam...