🌿tiga puluh tujuh🌿

16.4K 1K 23
                                    

Mengelus kepala Letta lembut, Revan berjalan sembari menenteng tas kerja "saya berangkat dulu ya, jangan cape-cape" Letta mengangguk, sebagai istri yang baik dan mempunyai kesopanan Letta mencium punggung tangan Revan singkat, pengennya sih di ludahin tapi Letta gak mau kualat, takut dikutuk Revan jadi batu.

"Bentar mau nyanyi" Revan menunggu Letta, setelah lima menit Revan kesal sendiri.

"Kamu mau nyanyi apa? Saya cape nungguinnya!" Letta menatap sang suami dalam dan menggeleng.

"Setelah di terawang sampai sejauh mata memandang, saya gak tau harus nyanyi apa buat bapak. Nanti saya pikirin deh, hari ini semangat kerjanya" Revan tersenyum singkat sembari mencium kening Letta dan mengusap kepala mahalok nya itu lembut. Kalau di kasarin ntar lapor sama keluarga ribet.

"Ya udah saya pamit pergi dulu. Assalamualaikum" Letta melambaikan tangan, dalam senyuman yang dia ulas semanis mungkin itu ada kalimat 'gak usah pulang, biarin aja saya sendiri' yang tak mampu Letta keluarkan.

"Waalaiku'msalam, inget pulangnya jangan ngebut" Revan mengangguk singkat, Letta mengikat rambutnya yang lumayan panjang karena tidak dipotong lagi, perempuan itu turun dari rumahnya ketika melihat tukang sayur lewat.

"Mang!! Mau beli sayur" panggil Letta nyaring membuat rem gerobak mang sayur yang bernama Asep itu berdecit.

Sejak kapan gerobak punya rem?

"Iya neng, warga baru di sini ya?" Letta mengangguk sambil memilih sayur, tadi sudah nguras dompet Revan yang tipis dan hanya diisi banyak kartu, untungnya beberapa lembar warna merah ini bisa di pakai.

"Sendirian aja disini neng?"

"Enggak sama suami saya" Letta menaruh sayur yang dia perlukan kemudian mencari sayur lagi, Letta tersenyum ramah pada ibu-ibu yang baru datang.

"Kamu warga baru ya? Cantik banget, kesini sendiri aja?" Tanya seorang wanita dengan cepolan rambut khas ibu-ibu.

"Iya saya warga sini bu. Gak kok sama suami"

"Tinggalnya dimana?"

"Di rumah ini" Letta menunjuk kebelakang dimana rumahnya dapat membuat ibu-ibu yang ada di sana terperangah takjub.

"Astaga rumah besar yang baru di bangun ini ternyata rumah kamu, kapan-kapan undang kami ya"

"Permisi ibu-ibu semua, lain kali kalau ada waktu saya akan mengundang kalian. Ehmm kalau saya berisik apa tidak apa-apa?"

"Tidak apa-apa, asal jangan saat azan" Letta membayar belanjanya, lalu pamit pergi, kalau lebih lama adegan curhat ini akan berlangsung selama berabad-abad.

"Iya Bu, saya permisi ya semuanya, ngomong-ngomong nama saya Letta, nanti aja kenalannya sekalian. Bukan sombong cuman saya lagi banyak kerjaan, duluan ya" Letta tersenyum sambil menyatukan tangan.

"Iya" jawab ibu ibu disana kompak.

Letta memasuki rumahnya, dia meletakkan cukup banyak sayur yang tadi dia borong ke dalam kulkas dan menata di lemari pendingin yang ada di sana.

Kemeja putih yang tadi Letta pakai dia lilitkan di pinggang, menutupi sedikit bagian hotpans yang dia pakai dan menyisakan atasan tank top di sana.

Letta mulai bergerak menuju audio speaker dan menyalakan lagu dengan volume yang tidak terlalu kencang, cukup untuk dirinya saja.

Suara dentuman musik yang mengalun keras membuat Letta semakin bersemangat, hari ini semua yang ada di rumah ini harus bersih. Letta tidak boleh mempermalukan dirinya di depan Revan karena menjadi istri yang tidak bisa apa-apa.

"Im a bad guy" mulut Letta tak henti-hentinya bergerak secara bersamaan dengan anggota tubuhnya ,mulai meminggirkan sofa yang lumayan berat dan menyapu lantai hingga bersih, tak lupa pel yang sudah di celup pada teh kantong bundar sari murni, maaf iklan, maksudnya di celupkan pada pengharum ruangan.

"I'm the bad guy, duh
I'm the bad guy

I like it when you take control
Even if you know that you don't
Own me, I'll let you play the role
I'll be your animal"

Letta sudah selesai dengan ruang tamu, dia kemudian membersihkan teras, sesekali bertegur sapa dengan ibu-ibu yang diam-diam masih mengintip di balik pagar.

Gak sadar apa badan melar begitu, kalau mau ngumpet di parit kek.

"Cuci baju time!!" Letta menuju kamar mandi, astaga pakain Revan sangat banyak, apa laki-laki itu ingin membuat tangan Letta lepas? Dengan semangat 45 Letta mulai mencuci baju yang subhanallah lebih banyak milik Revan daripada miliknya.

"Finally!" Letta menuju belakang rumah dan matanya menajam mencari jemuran yang sialnya tidak ada.

"Tenang gue punya otak kok" Letta bergumam lalu ke gudang mengambil tali dan melilitkan di pohon yang sudah besar, sepertinya Revan membangun rumah ini dengan tidak menebang pohonnya .

"Jemuran udah selesai, kalau cuci piring gak usah karena kemarin malam udah, berarti ini masak" Letta bergegas ke dapur, ia memakai celemek dan mulai berubah menjadi chef.

"Bangsat!" Umpat Letta saat minyak panas yang dia gunakan untuk menggoreng tempe tahu beserta kawan-kawannya mengenai kulit putih mulusnya. Letta meringis, dia mencoba mengabaikan rasa perih itu dengan kembali melanjutkan aksi masak memasaknya.

Selang beberapa menit kemudian, semuanya sudah siap. Oseng-oseng, tempe tahu goreng, ayam bakar, dinosaurus goreng, dan lain-lain.

"Amejing hari ini gue cape banget" Letta menutup masakannya dengan tutup makanan dan menuju kamar mandinya.

Hari sudah sore, sebentar lagi Revan pasti pulang, Letta sudah capek-capek masak. Kalau sampai Revan lupa pulang, ingat saja Letta akan menjual rumah ini.

Udah jam 7, makanan udah gue panasin tuh paksuret mana sih?"

Paksuret, ada yang bisa nebak apaan?

Kalau engga bisa, jawaban dari singkatan itu adalah pak suami kampret!

Letta berdosa? Kayaknya... enggak.

"Huh cape" Letta menuju ruangan keluarga dan menonton tv sembari menunggu sang suami pulang.

Mobil Revan sampai di depan rumah, penciuman Revan seketika penuh dengan aroma mint yang menyerbak di setiap inci lantai.

Langkah kaki Revan terhenti, rumah menjadi lebih bersih dan rapi. Apa Letta menyewa cleaning servis? Kalau iya darimana Letta mendapat uang? Uang yang tadi Revan beri hanya tiga ratus ribu. Membersihkan rumah sebesar dan sampai sewangi ini pasti mahal.

"Kenapa Letta tidur, bukankah ini masih terlalu cepat?" Revan mendiamkan Letta, ia menuju kamar, tidak ingin mengganggu Letta dan mengecek cctv, seketika Revan langsung pergi ke ruang keluarga, ia mengusap pipi Letta lembut.

"Sayang.kamu kenapa? Kok panas?" Revan mengguncang tubuh Letta karena suhu tubuhnya meningkat drastis. Penyebabnya sudah pasti karena hujan-hujanan semalam dan juga kecepekan.

Letta membuka matanya dan tersenyum melihat Revan sudah datang "pak udah pulang? Saya gak lagi halu kan? Saya nungguin dari tadi loh, saya buatin oseng-oseng dan makanan lain, saya mau makan bareng--" Letta kehilangan kesadarannya, Revan langsung memanggil dokter dan membawa Letta ke kamar.

Emang dasarnya Letta suka sekali ketemu dokter, kayaknya kalau tidak ketemu dokter setahun sekali itu bukan Letta, ada saja yang dia derita. Revan sampai takut kalau Letta kenapa-kenapa karena keseringan masuk rumah sakit.













Jangan lupa follow Wina dan faburin bintang sayang ,🖤

Lettavan (Completed) Where stories live. Discover now