14

1.4K 308 138
                                    


Pride and Prejudice


.

Tristan

.

Suasana makan malam di rumah Tristan mendadak sunyi karena tak seorang pun mau buka mulut karena takut sama maminya Tristan yang lagi ngambek ke anak sulungnya yang ganteng itu.

Yup, Mami akhirnya tau, Tristan dan Khalisa resmi pacaran. Frasa dinding punya mata dan telinga itu memang benar adanya, sekarang malah ada mulutnya. Entah paparazi mana yang berhasil mendapatkan foto Tristan dan Khalisa sedang berciuman waktu acara nikahannya Attila beberapa minggu yang lalu itu. Oh wait, ralat, Tristan cuma menolong Khalisa untuk menahan napasnya selama beberapa detik. Walaupun sedikit modus sebenernya.

Tristan menendang kaki Luna yang duduk di sebelahnya.

"Apaan sih!" Bisik Luna kesal.

"Bantuin gue dong!" Balas Tristan sambil berbisik juga.

Luna buru - buru menggelengkan kepalanya, kalau Mami yang ngamuk mending diem mah. Tunggu sampe Mami kelar marahnya. Walaupun itu harus sampai sebulan.

Gagal melobi Luna, Tristan akhirnya beralih ke Papi yang duduk di sebelah Mami.

Pi, bujukin Mami dong!

Begitu kira - kira arti pandangan Tristan ke Papi.

Brak

Mami dengan sengaja menggeser kursinya keras - keras, membuat tiga pasang mata lainnya auto pandang - pandangan dalam diam.

"Loh Mi? Makannya kok nggak diabisin?" Tanya Papi.

"Kenyang. Digibahin anak sendiri!" Skakmat!

Mami pun berjalan meninggalkan Tristan, Luna dan Papinya yang hanya bisa mencelos di kursi masing - masing.

Papi menghela napasnya, kemudian ikut bangkit dari kursi makan, "Biar Papi coba ngomong sama Mami ya."

"Eloooo sih! PDA dimana - mana! Kan jadi ketauan!" Luna mengomeli Tristan.

"Bukan PDA! Sumpah dah! Waktu itu Kal kena panic attack, gue cuma berusaha bikin dia nahan napasnya beberapa detik!" Jelas Tristan.

"Eiiiish. . . Tau gue mah otak - otak lo, Tan! We've been together since day one." Luna menggeplak kepala Tristan, sementara yang digeplak cuma bisa meringis.

"Emangnya salah ya kalau gue sukanya sama Khalisa?"

"Tristan. . Denger gue ya. . Lo sama Mbak Khalisa itu. . Pretty much impossible. Dengan jarak umur kalian yang lumayan jauh apa lo yakin perasaan lo sama dia bakal tetep sama kalau nanti misalnya Mbak Khalisa udah lima puluhan? Coba deh, lo pikir - pikir banget, mumpung kalian belom terlalu jauh. Bukannya gue nggak dukung elo ya, gue cuma mau lo mikir lebih realistis aja." Luna being Luna, always speak what's on her mind, meskipun itu bisa membuat kakaknya kesal setengah mati, tapi Tristan harus tau kebenarannya. Kalau yang Luna katakan kemungkinan benar adanya.

Apakah perasaan Tristan tidak akan berubah? Mengingat dia belum pernah pacaran sebelumnya?

"Gue bener kan?" Tanya Luna lagi dan diamnya Tristan agaknya menjawab pertanyaan Luna barusan.

[✔️] Tristan [LisKook Local AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang