19

40 6 0
                                    

Datanglah dalam hidup seseorang menyerupa pelangi memberi keindahan tanpa harus berkorban layaknya kayu yang dilahap api

_Quenzha Azkiara_

"Ekhemm" aku mendongak, terlihat seorang laki-laki mengenakan jaket jeans, dan topi serta kacamata dengan warna senada yaitu hitam tengah berdiri dan tersenyum menatapku dari atas batu

"Maksudmu apa, hah!? Aku gila?" tanyaku seraya berkacak pinggang. Laki-laki itu melompat dari atas batu, segera aku memundurkan langkah takut-takut jika kejatuhan tubuhnya

"Wah jadi kau menyadarinya Nona Ara" aku mendelik tajam, bagaimana laki-laki didepanku ini tahu namaku?.

"Nggak usah sok kaget. Kita itu satu sekolah"

"Hah?"

"Hah heh hah heh mulu! iya kita S-A-T-U S-E-K-O-L-A-H" ucapnya menekankan kata satu sekolah

"Hadeuhhh nama lo Quenzha Azkiara kan? Kelas XI Mipa 1.
Jelas gue tau lo, denger ya, lo itu terkenal sejak pertama kali masuk karena jadi bahan bul___" laki-laki itu menggantungkan ucapannya, aku tersenyum membenarkan , aku tahu ia akan mengatan aku terkenal karena menjadi bahan bullying satu sekolah. Sedih? Tentu saja, aku manusia dengan perasaan. Meski terkesan menerima dan biasa saja hatiku tetap menjerit sakit.

"Maaf" ucapnya

"Tidak apa-apa, kebenaran memang harus diterima bukan?" laki-laki itu memangguk mengiyakan

"Lo nggak mau nanya?" aku mengernyit bingung

"Ck nanya nama gue kek! Udahlah, kenalin gue Gavin" aku menyambut tangannya yang terulur. Laki-laki aneh, memang sepenting apa dia sampai-sampai aku harus menanyakan namanya?

"Tentu aja penting karena gue bakal jadi pelangi dalam hidup lo" dia menjawab apa yang aku pikirkan? jangan-jangan dia hantu, segera kutarik tanganku dari genggamannya

"Mana ada hantu ganteng! Neting pasti nih" celetuk kak Gavin

"Ngaco! Ara nggak neting tuh, orang Ara diem aja!" sangkalku, ngeri juga ngobrol sama kak Gavin, berasa ngobrol sama cenayang.

"Gini ya ... ekspresi wajah lo, bahkan gerak-gerik lo itu gampang banget buat ditebak. Jadi nggak usah sok ngeles. Tadi lo itu masang wajah ngeri seolah-olah lagi liat setan" ujarnya membuatku malu, apa benar aku memasang ekspresi seperti yang dia katakan tadi?

"Serah deh! Aku duluan!" putusku hendak meninggalkannya namun tanganku lebih dulu dicekal

"Gue temenin, lo nggak tau tempat ini kan?" aku refleks mengangguk, ishh ... kebodohan apalagi ini? Dia bahkan tahu aku daritadi kebingunan, apa sikapku begitu ketara atau dia dari awal mengikutiku?. Padahal aku tidak secuil pun tahu tentang dia.

Akhirnya aku berjalan melewati batu-batu dengan ditemani kak Gavin, kadang-kadang kak Gavin membantuku ketika jalanan sulit dilewati hingga akhirnya kami sampai di jalanan rata, sekelilingnya pun ditumbuhi banyak tanaman

Akhirnya aku berjalan melewati batu-batu dengan ditemani kak Gavin, kadang-kadang kak Gavin membantuku ketika jalanan sulit dilewati hingga akhirnya kami sampai di jalanan rata, sekelilingnya pun ditumbuhi banyak tanaman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Veril-Ara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang