26🌚

5.4K 395 17
                                    

Devano menghembuskan nafas gusar, kini ia sedang berada di rumahnya. Mendengar omelan bunda nya yang dari tadi tidak berhenti.

“Kamu tuh harus inget pulang kerumah, gak kangen apa sama bunda. Kalau gak disuruh kesini pasti gak kesini,” Omel bunda nya, Rina.

Bundanya itu sangat over protective pada Devano. Terlebih lagi jika Devano berada di apartemen nya, bunda nya itu akan menelpon setiap malam dan mengunjungi nya setiap Minggu.

Lain hal nya dengan Papa nya, dia akan selalu mendukung keputusan anak lelaki nya itu.

“Vano sibuk bund,” kata Devano.

“Selalu itu alasannya, pokonya kamu harus lebih sering dirumah Vano,” Final bundanya. Lalu melanjutkan memotong sayuran yang ada di genggaman nya.

Mau tidak mau Vano harus menuruti permintaan bundanya itu. Jika saja tidak dituruti pasti bunda nya itu ngambek dan tidak mau mengirimi makanan untuknya lagi. Dasar cewek.

“Iya bunda,”

“Abanggggg!!” Teriak gadis cantik yang baru saja turun dari kamarnya itu, dia adalah adik dari Devano—Dinda.

“Eh bocil,”

“Enak aja! Dinda udah kelas 2 SMP kalo Abang lupa! Kapan dateng bang?” Ujar Dinda—mengambil tempe yang ada di meja makan.

“Tadi, maka nya jangan ngurung di kamar terus! Kayak nolep Lo,” kekeh Devano.

Dinda mendengus mendengar ucapan abangnya. Lalu membantu bunda nya mencuci sayuran. “Bang, cari pacar kek sono biar Dinda ada temen,” ucap Dinda di sela-sela mencuci nya.

“Udah ada kali, gue gamau kenalin dia sama Lo. Bisa-bisa kena syndrom tiktok," Devano tertawa.

Memang adik nya ini hobi sekali bermain tiktok, joget-joget gak jelas aja langsung masuk fyp karena fans Dinda kebanyakan menyukai wajah adiknya yang cantik itu.

“Masa sih bang? Emang ada yang mau sama Lo?” ledek Dinda membuat Devano memelotot kan matanya.

“Bawa kerumah Van, kalo beneran ada,” sambung bunda nya tertawa.

Devano mengerling. Lihat saja, Devano akan membawa gadisnya kehadapan mereka. Jika berbicara tentang Kanaya, sedang apa gadis itu sekarang? Devano bangkit meninggalkan dapur untuk pergi ke kamarnya. Meninggalkan Bunda dan Dinda yang sedang menatapnya bingung.

“Dia ngambek bund?” Tanya Dinda.

“Abang kamu mah gak ngambekan kayak kamu,” jawab bunda terkekeh.

Dinda cemberut, tapi memang benar kata bunda nya itu.

****

Suara dentingan sendok dan piring menghiasi ruang makan keluarga Devano. Devano sudah lama tidak merasakan berkumpul dengan keluarga nya seperti ini. Makan malam ini cukup membuat rindu nya terobati.

Sehabis makan malam itu Devano berencana akan kerumah Kanaya untuk mengajaknya keluar sebentar—sekaligus untuk menghibur kekasihnya itu.

“Mau kemana Van?” Tanya Papa Devano—Rivaldo ketika Devano turun menggunakan pakaian yang rapih layaknya anak muda yang akan kencan.

“MAU PACARAN DIA, PAH!” Sahut Dinda yang sedang menonton tv itu.

“Diem lo bocil! Mau keluar sebentar Pah,” Ujar Devano sambil membenarkan kancing lengan jaket jeans nya itu.

“Pulangnya jangan lewat jam 12 ya Van,” Ujar bunda nya yang baru saja keluar dari dapur itu.

Memang dirumahnya itu tidak ada asisten rumah tangga, karena bunda nya itu sangat aktif jika sudah mengerjakan pekerjaan rumah. Sesekali juga Dinda membantu bundanya agar tidak terlalu kecapekan. Bukan karena tidak mampu membayar asisten rumah tangga, “selagi masih bisa di kerjakan sendiri, buat apa pake asisten rumah tangga segala?” seperti itu kata Bunda nya.

Kanaya & Devano [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang