1. Bertemu

2.4K 331 230
                                    

"Dasar merepotkan! Pergi sana!"

"A—Apa kau bilang?!"

"Kau merepotkan! Pergi saja! Aku tak butuh dirimu!"

"Dasar berengsek! Bajingan! Lelaki sialan! Aku membencimu! Aku membencimu!"

Jongin tersentak dari lelapnya tidur. Tubuh atletis terbangun secara spontanitas dan peluh sudah bercucuran di seluruh tubuh. Napas Jongin terengah-engah. Tak sampai detik ke lima, kemudian ia terisak dan berteriak, meraung pilu dengan dada yang terasa sesak.

Sakit sekali.

Jongin tak dapat melupakan, bagaimana kejadian tujuh tahun lalu terus mengancam. Kejadian yang terus-menerus merasuki dan mengguncang jiwa raganya.

Padahal, Jongin mengalahkan segalanya. Ia sudah menjadi kaya raya dengan harta berlimpah ruah, dengan status tinggi di mana orang lain takut dan takhluk padanya. Namun, semua itu tidak membuatnya bahagia. Ia malah semakin terpuruk dan terus-menerus merasa hancur.

Jongin benci mengakui jika ia merindukan orang itu. Jongin benci mengakui jika ia sangat membutuhkan lelaki mungil itu. Jongin benci harus mengakui jika ia tak dapat hidup tanpa sang Omega.

"P—Presdir Kim!"

Teriakan gilanya masih terdengar di sudut kamar manakala pintu terbuka dan seseorang datang mendekati. "T—Tenang Presdir! Tenangkan diri Anda!" Dia tampak panik, sembari tangannya membongkar laci nakas tempat tidur. Ia mengambil obat-obatan yang biasa Jongin minum dan terburu-buru menuangkan segelas air minum yang tersedia di atas nakas tempat tidur Jongin.

Butuh waktu lebih dari tiga ratus detik setelah Jongin menelan obatnya, sebelum kemudian ia menyandarkan kepala kembali pada bantal tidurnya di kepala ranjang.

"Sekretaris Ha ...." Jongin menghela napas sembari menyapa sekretarisnya yang mulai menyeka peluh di sisi dahinya.

"Apakah Anda baik-baik saja?" tanya orang tadi yang tak lain adalah sekretaris pribadi Jongin sendiri. Jongin mengangguk sembari meneguk kembali air mineral di gelas keduanya.

"Mimpi buruk lagi? Mimpi yang sama?" tanya sang sekretaris penasaran.

Tak perlu menjawab, karena hanya dengan senyum tipis di bibir, Jongin yakin sekali sang sekretaris sudah mengerti apa maksudnya. Lagi pula, ini sudah seperti rutinitas di pagi hari, yang membuat sang sekretaris pribadi memutuskan untuk tinggal di atap yang sama untuk merawat dirinya.

Sekretaris Ha membereskan obat-obatan, beserta gelas minum dari tangan Jongin. "Ini lebih sering dari biasa, sepertinya Anda benar-benar merindu Do Kyungsoo ssi."

Kepala terangkat dengan mata elang yang mendelik tajam, ketika sebuah nama terucap dari bibir sekretarisnya. Nama indah yang cocok untuk lelaki kesayangan yang dicintai sejak lalu.

Namun, Jongin tak dapat marah karena benar itu yang tengan ia rasakan. Rasa sakit yang melumpuhkan tubuhnya ini adalah akibat rindu yang bercampur rasa bersalah yang mendalam.

"Maaf, bahkan sudah bertahun-tahun lamanya, saya tetap belum menemukan Do Kyungsoo ssi. Sejak skandal korupsi yang dilakukan ibunya—"

"Tak perlu." Jongin memotong ucapan sekretarisnya. Dia berucap dingin sembari menyeka keringat di leher. "Tak perlu membuang waktumu. Kau bahkan tak tahu dia masih tinggal di Republik Korea atau entah di negara mana. Aku dan dia adalah masa lalu."

Sekretaris Ha menghela napasnya. "Itu akan lebih menyakitkan Anda! Kurasa, ia di sana pun lebih sakit lagi! Lagi pula, kalian sudah ter—"

"Tuan!"

DetourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang