2. Janji [M]

3.9K 318 95
                                    

Musim dingin, tujuh tahun yang lalu ....





"Segera masuk jika sudah selesai!"

Ada emotikon mencebil manja di akhir pesan singkat berisi kalimat perintah yang diterima Jongin, senyum tipis bahkan tersemat tak disangka-sangka di bibir Jongin setelah membaca pesannya.

Ada lelaki Omega kesayangan yang menunggu di dalam kamarnya. Ia datang ke markas ketika Jongin sedang sibuk membicarakan beberapa hal dengan anggota pula sekutunya. Barangkali ia sedang bosan menunggu sendirian saja di dalam sana.

Padahal, Jongin terus mengatakan jika tak baik berduaan saja ketika berada di dalam sebuah kamar. Namun, sang Omega begitu bengal dan kerapkali menyelinap masuk ke dalam kamar Jongin. Ia terus-menerus membuat Jongin menyerah akan tingkah lakunya.

Terlebih, kini Jongin sudah dikuasai, ia semakin terjatuh saja pada pesona sang Omega yang begitu menghanyutkan. Jongin begitu mencintai sehingga tak mampu lagi untuk melepasnya.

"Kai?!" Seorang anggota mengagetkannya.

"Lanjutkan!" perintah Jongin menyadari jika kini mereka tengah mengadakan rapat.

"Mereka akan mengadakan pesta besar atas kemenangan mereka menguasai blok barat. Pada saat itulah kita dapat menyerang mereka dan menguasai dua blok sekaligus." Ide itu terdengar dari salah satu sekutu Jongin. Demi memperluas kekuasaan, orang-orang seperti mereka mau tak mau menyerang satu sama lain dan berusaha untuk menang.

Jongin ingin menjawab, tetapi kemudian mengernyit menangkap beberapa anggota kelompoknya melirik sekeliling dan mengendus sesuatu aroma yang asing untuk mereka.

"Aroma manis apa ini?"

Jongin tersentak, ikut menghirup dan menyadari jika aroma ini tidak lain adalah feromon milik Omega kesayangannya. Jongin tak tahu apa gerangan yang terjadi, tetapi aroma ini begitu pekat dan kuat. Padahal, letak kamar terlalu jauh dari ruang rapat di markasnya.

"Kita sudahi sampai sini saja! Kalian boleh pergi!" Jongin beranjak dari tempat duduknya. Dia harus segera menjenguk kekasihnya.

"Tapi Kai, rencana kita—"

"Aku akan mengurusnya dan akan kuhubungi nanti! Jadi, sekarang kalian pergi!"

"Tapi, Kai—"

"Kubilang pergi dari sini!" Tatapan tajam Jongin menusuk para anggotanya. Dia melirik Ravi, sang tangan kanan, untuk membawa orang-orang ini pergi dari markasnya.

"Ayo pergi, Bos akan menghubungi kita." Seakan mengerti bahasa isyarat Jongin, sang tangan kanan membawa mereka pergi.

Jongin lantas bergegas, melewati lorong cukup panjang dan menaiki anak tangga di ujung lorong. Bangunan yang ia gunakan sebagai markas dan rumahnya sendiri adalah sebuah bangunan tua sekolah dasar yang tidak digunakan lagi. Jongin sudah bersumpah akan menaklukkan seluruhnya dan akan menjadi oran sukses, sehingga ia bisa tinggal di sebuah hotel untuk selamanya, bukan lagi bangunan tua semacam ini.

Setelah menaiki tangga, ia berlari cepat dan membuka pintu serta memasuki sebuah ruangan yang tepat berada di ujung anak tangga.

"Soo ya?!" sapanya khawatir.

Lelaki Omega kesayangan sudah tergolek lemah di atas ranjangnya. Tubuhnya begitu polos tak berpakaian sama sekali. Di sekelilingnya, pakaian-pakaian Jongin berserakan mengerumuni tubuh mungil yang bugil. Dengan sengaja sekali, ia mengendus pakaian-pakaian Jongin itu.

"Jongin ...." desahnya.

Napasnya tersengal, wajahnya memerah dan dipenuhi peluh, pandangan pun tampak berkaca-kaca dan terlihat sayu. Jongin bahkan harus menutup hidung karena feromon yang menguar dari tubuh sang Omega begitu pekat tercium di inderanya.

DetourWhere stories live. Discover now