34. I See You Again

2K 185 15
                                    

Para pelayat mulai memadati rumah duka. Meskipun waktu sudah menunjukkan hampir pukul 11 malam, tak mengurangi niat mereka untuk berbela sungkawa. Kematian Jiraiya yang mendadak sangat mengejutkan bagi semua orang, bahkan kolega bisnisnya. Seakan tak percaya melihat tubuh pria itu terbujur kaku di dalam peti.

Sudah tak terhitung berapa kali Nyonya Minami jatuh pingsan. Setiap kali dia siuman, dia akan kembali pingsan seakan tak siap menahan cobaan yang bertubi-tubi. Setelah calon cucunya dikebumikan tadi siang, kini suaminya ikut menyusul. Bahkan kondisi putri semata wayangnya belum juga siuman. Entah apa yang akan dikatakan Minami nantinya apabila Kiyeko sadar.

Dengan sabar Kushina menemani  Minami. Sesekali dia mengoleskan minyak kayu putih di leher Minami. Jiwanya pun sama terguncangnya. Dia tak habis pikir dengan semua rentetan kemalangan dalam satu hari. Padahal baru kemarin dia melihat Jiraiya dan Minami berdansa mesra di pesta pernikahan Naruto. Tetapi kini mereka harus berpisah untuk selama-lamanya.

"Bagaimana kondisi Ibu?" Dengan setelan jas serba hitam, Pain tampak seperti mafia. Wajahnya semakin terlihat kusut karena tidak bisa beristirahat sedetikpun. Sebagai menantu Namikaze-Uzumaki, dia harus siap mendengar puluhan ucapan bela sungkawa dari para pelayat. Untung saja Naruto bersedia menggantikan posisinya sekarang. Jika tidak dia mungkin tidak punya kesempatan untuk memasuki kamar mertuanya.

Mumpung Ibu Mertuanya sedang pingsan, dia ingin melihat-lihat isi kamar beliau untuk pertama kali. Mungkin saja ada peta harta karun disini. Namun sialnya dia saat melihat Kushina yang senantiasa menjaga beliau. Sejak tadi dia tidak melihat Kushina karena berpikir dia sedang pulang ke rumahnya, ternyata dia tidak kembali juga. Dalam hati Pain mendengus kesal. Ibu Naruto ini sungguh menghambat rencananya.

Kushina menoleh ke belakang saat suara bariton menyapanya. Dia menatap sosok pria jangkung yang semakin mendekati ranjang dimana Minami berbaring. "Sejak tadi Minami belum juga sadar," gumam Kushina. Dia melirik Pain yang tampak sedang mengamati ruang kamar Minami. Cara Pain memandang begitu detail, seolah ingin mencari sesuatu. Mata ungu Pain menelisik ke segala penjuru kamar ini. Meskipun ini bukan kamar Kushina, tetapi tetap saja dia merasa risih. "Apa yang sedang kau cari?" tanyanya ketus.

Pain terkejut. Sesaat dia melupakan keberadaan Kushina. "Bukan apa-apa," jawab Pain sekenanya. Dia berbalik dan pergi meninggalkan Kushina yang masih saja tak mau melepaskan tatapannya dari punggung kokoh Pain.

"Aku merasa ini adalah awal kehancuran keluarga Namikaze dan Uzumaki," gumam Kushina setelah pintu kamar tertutup rapat. Jantungnya berdegup kencang disertai perasaan gelisah. Dia merasa sangat buruk hari ini. "Ya Tuhan, semoga firasat jelekku tidak benar," doanya dalam hati.

🌺🌺🌺

"Naruto-sama!"

Naruto menoleh ke arah suara nyaring yang menyebut namanya. Dia mendapati Goku, supir pribadi Jiraiya, sedang berjalan cepat ke arahnya. Dia tampak seperti terburu-buru. "Ada apa Goku-san?"

"Naruto-sama, saya mohon pamit," ujar Goku dengan napas terengah-engah. "Saya dan keluarga memutuskan untuk kembali ke kampung halaman."

Alis Naruto tertaut mendengar penuturannya. "Kenapa mendadak sekali?"

Goku menarik napas panjang saat matanya bersibobrok dengan kemilau biru sapphire Naruto yang tampak sendu. "Ibuku sedang sakit parah, aku harus segera pulang." Goku ingin menangis kala harus berbohong. Suaranya bergetar ingin mengatakan bahwa kematian Jiraiya adalah kejanggalan dan kesengajaan. Tetapi wajah istri dan anak semata wayangnya menari-nari di pikirannya untuk menyuruh bungkam. "Aku juga memutuskan untuk menetap disana sambil menemani ibuku yang sudah renta."

Blessing in DiguiseOnde histórias criam vida. Descubra agora