Bab 8

8.2K 866 25
                                    


Usai memilih sepatu yang menguras energi tadi, Seina dan Gavin memutuskan makan di kafe, desain kafe yang minimalis memberi kesan sederhana namun elegan.
Di sudut dinding terdapat lukisan-lukisan estetik dengan hiasan di bawahnya, sangat cocok tempat mengambil photo. Di sudut kanan dekat pintu terdapat panggung kecil tempat menyanyi atau yang ingin bermain musik.

"Mau pesen apa?" Pecah Gavin ketika mereka baru saja mendaratkan tubuh ke kursi.

"Apaya??" Bingung Seina. "Emang menu nya apa aja?"

Gavin menggeser kan menu kearah Seina, "Pesen banyak boleh gak nihh." Semangat Seina tak tau malu.

"Pesan sama pemiliknya juga boleh," canda Gavin. "Pesen sesuka Lo sein, itung-itungan balas Budi gue karena Lo udah capek keliling bantuin gue nyari sepatu." Ucap Gavin sedikit tak enak telah membuat Seina Kelling membatunya.

Seina menunjuk pesanannya dengan semangat waiter yang menyatat terkekeh melihat pasangan itu. Ehhh??

Seina menghembuskan nafasnya pura-pura merasa lelah, "Bagus deh Lo sadar, capekk banget gue."

Gavin menoyor kepala Seina menggunakan sumpit, "lebayy Lo!Biasanya juga lebih dari ini, bareng geng Lo itu,"

"Sama mereka mah beda cerita," ejeknya sambil menjulurkan lidah. "Mereka asik jadi gak kerasa."

"Ohh gitu?" Gavin tersenyum smirk. "Gue gak asik gitu?"

"Ia enggak asik BANGET." Tekannya, semakin semangat menggoda Gavin.

"Gue tinggal balik nih, biar Lo pulang sendiri, di tambah bayar makanan lagi."

Muka Seina cemberut, Gavin tersenyum puas karena berhasil membalas Seina.

"Lo enggak punya cewek apa kak? Pake acara ngajak gue?"

"Punya," senyumnya.

"Lohh lohh.. ngapa enggak diajak ntar gue di cap pelakor lagi. Gini-gini gue juga takut di labrak ya." Ancam Seina.

"Cewe gue di sini Lo." Gavin semakin menjadi menggoda.

Mata Seina melotot diedarkan nya pandangan ke seluruh ruangan, meneliti kemungkinan yang menjadi kekasih lelaki di depannya ini.

"Berarti cewek Lo lagi selingkuh?" Curiganya. Pasalnya hampir seluruh isi kafe ini orang yang duduk berpasangan.

Kini gantian Gavin yang melotot "Ngadi-ngadi Lo!"

"Teruss?"

"Ini cewek gue yang di depan gue."

Seina sadar maksud Gavin adalah dirinya langsung menoyor-noyor gemass Gavin.

"Ampun-ampun Seinn, hahaha" Gavin berusaha melepaskan serangan Seina sambil tertawa. "Woyyy kadall lepasss!" Seina semakin semangat menjambak, memukul Gavin.

Mereka menjadi pusat perhatian "Sein Udah-udah.. Malu itu di liatin orang-orang."

Seina mengedarkan pandangan, terkejut ternyata mereka jadi pusat perhatian. Ia menggumankan maaf kepada pengunjung lain, "sorry.." sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Bar-bar amat jadi cewek." Gavin mengusap-usap kepalanya yang terkena sasaran Seina.

"Siapa suruh bercandanya gitu?"

"Yakan bener elo cewek gue. Liat gehh." Tunjuk nya keseluruh ruangan, "Isi kafe ini tu semuanya orang pacaran."

"Ituuu," tunjuknya lagi ke pasangan di sebelah kanan mereka.
"Pasti mereka lagi ngomongin kita,"

"Sok tau banget!"

"Pasti itu. Soalnya mereka abis ngomong, selalu ngelirik kita." Ucap Gavin sok serius.

Stupid I Love You (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang