?¿ 11

3.1K 229 6
                                    

Cklek

"Sok-sokan bilang dia pria sejati. Eh, punya istri lain, istrinya hamil lagi. Ini juga jantung, lemah banget. Masa gitu aja udah salting. Lain kali saltingnya tau tempat ya." Aku bak orang gila yang baru keluar dari kamar mandi dengan rambut berantakan.

Aku sedang berbicara sendiri di depan cermin. Memang jantung ini ngak tau diri. Masa gitu aja udah lari maraton.

"Yang tadi itu cuma teman " Xavi berdiri tepat di belakang ku. Jadi  gulungan selimut yang ku lihat tadi ternyata bukan bantal melainkan Xavi. Untung saja aku sudah mulai terbiasa melihat kelakuan Xavi yang bisa muncul secara tiba-tiba.

"Oh, teman hidup maksudnya?" Aku membalikkan tubuh ku menjadi menghadapnya.

"Bukan, dia teman kuliah dulu."

"Oh, teman kuliah. Tapi dia lagi hamil anak kamu, itu yang dimaksud teman kuliah?" Dari mata Xavi, aku tau kalau dia jujur. Tapi, aku ingin melihat sampai mana batas kesabarannya meladeni ku.

"Bukan, tadi dia bercanda doang. Dia ngak tau kalau kamu istri saya, dulu saat pernikahan kita, dia ngak bisa datang. Dia emang lagi hamil, tapi bukan saya yang hamilin, dia punya suami kok."

"Becandanya ngak usah pake acara kiss juga kali."

" Dia orangnya emang gitu, apalagi sama teman dekat."

"Ya iyalah, kamu juga orangnya terima terima aja kan digituin. Baru sadar, pria mana sih yang gak mau dikasih kek modelan tadi, ya langsung dah umpannya dimakan idup-idup. Lagian kenapa tadi kamu ngak ngejar aku buat jelasin semua? "

"Ngak gitu juga. Bentar, jadi kamu pengennya tadi aku ngejar kamu gitu?"

"Ih apaan sih, bukan itu maksudnya." Salah ngomong lagi kan jadinya. Aduh, senjata makan tuan deh.

"Kalau kamu pengen dikejar, harusnya kami bilang aja. Aku siap kok."

"Dih emang kamu aja jadi suami yang peka dong." Teriakku dalam hati.

"Tadi, mama nelpon katanya lusa kita datang kesana." Lebih baik mengalihkan pembicaraan bukan?

"Pinter banget sih ngalihin pembicaraan. Mau ngapain katanya?"

Sebelum berbicara, aku menyengir. "Katanya mau makan bareng, sama bunda juga. Kata mama, Geral juga datang." Geral adalah adik Xavi. Dia adalah fotografer profesional.

"Oh iya. Katanya, Geral mau ngenalin pacarnya sama mama. Mungkin sekalian lusa." Aku hanya ber-oh-ria saja. Yang aku tahu, Geral sangat akrab dengan Xavi.

"Yaudah sana kamu mandi. Aku mau masak makan malam dulu."

"Gak usah masak. Tunggu lima belas menit lagi, kita makan diluar aja." Xavi masuk kedalam kamar mandi tanpa menunggu jawaban ku.

Aku sih mau-mau aja. Sekalian, udah jarang juga makan diluar. Benar, lima belas menit kemudian Xavi sudah keluar dari dalam kamar mandi dengan wajah segar. Dia menggunakan celana pendek dan kaos hitam.

Sedangkan aku menggunakan hoodie pink dipadukan dengan celana jeans.

"Ayo" Xavi berjalan mendahului. Dia langsung masuk ke bangku kemudi, tanpa berniat membukakan pintu untuk ku. Emang apa yang sedang ku harapkan?

Tidak sampai sepuluh menit kami sampai. "Kamu mau pesan apa?"

"Terserah. Pesan apa aja." Aku tidak berniat melihat daftar makanannya.

"Kamu nggak alergi seafood kan?"

"Ngak kok." Untung saja aku tidak seperti kak Gibran yang alergi dengan seafood.

"Ok yang ini, ini, ini sama ini aja."

"Di tunggu ya mba, mas."

"Banyak banget. Emang kamu mau makan semua?"

"Kan masih ada kamu."

"Enak aja. Emang porsi aku sebanyak itu?" Aku memang doyan makan, bukan sih doyan ngemil lebih tepatnya. Tapi, porsi makan ku tidak sebanyak itu.

"Biar kamu ngak kurus."

"Ini namanya bukan kurus. Tapi langsing Xavi." Emang dia ngak tau bedain mana yang kurus mana yang langsing apa?

"Sama aja. Ntar dikira lagi kalau saya ngak kasih kamu makan."

"Ngaco kamu."

-_-_-_-_-_-_-Vote-_-_-_-_-_-_-

"Wah pengantin baru udah datang." Geral kalau ngomong ada ada aja ya. Dia memang memiliki sifat humoris yang tidak dimiliki oleh Xavi.  Berbanding terbalik lah.

"Kamu ada ada aja. Mama sama yang lain dimana?"

"Itu kak di dapur, para ibu-ibu lagi masak."

"Bukannya kamu bawa pacar ya?"

"Kakak tau dari mana? Pasti kak Xavi ya yang ngasih tau" Geral menyipit matanya.

Xavi mengangkat bahu acuh.

"Kamu ngak suka gitu kalau kakak tau kamu udah punya pacar?"

"Bukan gitu, rencana kan aku mau bikin suprise gitu ke kakak ipar." Geral mengedip-edipkan matanya.

"Belagu banget sih, udah ayo kenalin kakak sama pacar kamu." Aku menggandeng tangan Geral. Xavi ada di belakang kami. Mungkin dia juga ingin ke dapur.

"Ini yang suami istri siapa, yang gandengan siapa?" Mama menggelengkan kepalanya.

"Iya nih. Ngak nyadar apa, ada yang lagi cemburu" Ternyata kak Gibran ada disini juga. Yang dia lakukan hanya makan kue kering yang baru jadi. Tunggu ada yang cemburu?

Aku melihat sosok perempuan asing yang tersenyum ke arah ku. Tidak, sama sekali wajahnya tidak menampilkan wajah cemburu. Atau jangan-jangan Xavi...

Nggak juga, wajah Xavi masih sama aja. Datar. Tapi matanya seperti menandakan bahwa dia sedang marah. Untuk apa dia marah? Apakah dia marah karna aku menggandeng Geral? Tidak mungkin juga, Geral kan adiknya sendiri.

"Ada yang bisa aku bantu?" Mungkin aku bisa membatu mereka sebelum makan malam dimulai.

"Tidak perlu, pengantin baru duduk aja." Ibu mertua lah yang menjawab.

"Gimana, Ela udah hamil belum?" Aduh pertanyaan mama sulit banget buat di jawab.

"Baru juga dua bulan ma. Kita juga lagi berusaha, iya kan Ela?"

"Dua bulan juga udah ada kok yang hamil." Ini juga bunda bukannya belain Xavi malah ikut memojokkan.

Aku tidak tau lagi harus bagaimana.

"Kalian harus cepat-cepat dong ngasih kita cucu. Udah pengen banget ini gendong cucu."

"Iya aku juga udah pengen gendong ponakan aku"

"Sama aku juga." Seharusnya kak Gibran sadar diri dong.

"Makanya sana nikah kak."

"Tenang aja, kita bakal berusaha semaksimal mungkin kok."

Apanya yang diusahain?

Voment nya guys jangan lupa

ilo_man3

Why Not ?¿  [END]Where stories live. Discover now