?¿ 20

2.7K 191 5
                                    

"Permisi Bu, ada yang bisa saya bantu?"

Sejak kapan resepsionis di perusahaan Xavi ganti? Apakah dia tidak tau bahwa aku ini istri dari bos nya? Bukannya aku bermaksud sombong atau apalah itu, benarkah dia tidak mengenalku? Mengingat ada banyak awak media yang menyorot pernikahan kami.

"Saya mau bertemu CEO perusahaan ini, apakah dia ada di ruangannya?" Lagian kenapa aku tidak langsung masuk ke lift khusus CEO saja, kenapa aku harus menjawab pertanyaan resepsionis ini?

"Apakah ibu sudah ada janji dengan beliau?" Perlahan tapi pasti, suara resepsionis yang bernama Milka sedikit sinis. Ada apa dengannya apakah dia menyukai Xavi?

"Apakah saya membutuhkan itu untuk bertemu dengannya?" Sebenarnya niat awal aku ingin mengakui bahwa aku adalah istri Xavi, tapi tidak apalah aku ingin melihat maksud Milka ini.

"Memangnya anda siapa? Apakah anda istrinya yang tidak membutuhkan janji?" Semakin kesini dia tidak memiliki sopan santun saja, dia bahkan melipat tangan nya di dada. Songong sekali resepsionis yang satu ini.

"Jika aku mengaku sebagai pacarnya atau selingkuhannya, apakah kamu akan percaya?" Tidak mau kalah, aku maju selangkah mendekatinya. Aku ingin melihat jelas wajahnya yang dipoles dengan makeup setebal 5 cm.

"Apakah seseorang seperti anda layak dilirik oleh pak Xavi?" Apa dia bilang? Lancang sekali mulutnya.

Aku hanya diam menilai penampilannya dari ujung rambut sampai ujung kaki. Bagaimana mungkin Xavi menerima resepsionis ini yang penampilannya sungguh berlebihan.

Make up tebal seperti yang aku katakan tadi, kemeja super ketat, rok mini dan high heels tujuh centimeter ditambah lagi kukunya yang panjang. Dan aku pastikan butuh waktu yang lama untuk membuat penampilan nya ini.

"Apakah kamu iri kalau Xavi tertarik atau bahkan mencintaiku?"

"Saya iri dengan anda? Malahan saya kasihan dengan anda, anda mengaku-ngaku sebagai pacar pak Xavi padahal mungkin saja pak Xavi tidak tau jika seseorang seperti anda ada di dunia ini. Menyedihkan sekali bukan?"

"Menyedihkan? Lihatlah penampilan mu, kamu sudah berusaha berpenampilan seperti ini, apakah Xavi pernah melirik mu?" Jlep, Milka speechless. Tentu saja jawabannya tidak pernah, mana mungkin Xavi mau dengan perempuan berpenampilan berlebihan.

Ada banyak karyawan yang berlalu-lalang melihat kami, tapi tidak ada satupun dari mereka yang mau menegur Milka, atau mungkin saja mereka segan melihatku.

"Siapa bilang, saya bahkan sudah pernah bahkan sering tidur dengan pak Xavi." Baiklah, aku tidak percaya.

"Makin lama ucapan mu makin mengada-ngada."

"Tidak. Saya berkata jujur, pak Xavi bahkan mengatakan bahwa istrinya tidak pernah melakukan tugasnya sebagai istri dan saya datang sebagai penggantinya." Kurang ajar, jika apa yang Milka bilang benar bahwa Xavi sering menceritakan masalah rumahtangga kami, maka aku akan membunuhnya, atau aku akan mencabik-cabik mulut perempuan ini jika itu tidak benar.

Aku menarik napas panjang, aku tidak boleh kemakan api amarah.

"Benarkah? Apakah Xavi menjadikan kamu tempat pelariannya?" Milka mengangguk dengan semangat.

"Sayang sekali dia hanya menganggapmu sebagai tempat pelarian bukan tempat berpulang nya, dia hanya datang saat dia membutuhkanmu dan dia akan membuangmu kapan saja dia mau. Benar bukan? Maka tunggulah saat dia tidak membutuhkan mu lagi." Aku berbalik tidak mau melanjutkan perdebatan ini.

"Itu lebih baik daripada anda seorang penipu yang mengaku sebagai pacarnya, pasti pak Xavi juga ngak kenal."

"Satu hal yang perlu kamu ketahui, saya adalah Quella Princessa istri dari Xavier Agriel." Aku mengucapkan dengan suara lantang, bahkan suaraku sampai ke sudut-sudut ruangan ini.

"Dan satu hal yang harus anda ketahui, seorang penipu tetaplah penipu."

"Hei, dia memang istri pak Xavi." Aku masih mendengar bisikan itu. Seorang perempuan berbisik tepat ditelinga Milka.

"Apakah penipu itu menyogokmu?"

"Ada apa ini? Kenapa ribut sekali?" Xavi berbicara dengan suara dinginnya yang mampu mengintimidasi lawan bicaranya. Ternyata suamiku se berwibawa ini rupanya.

Dengan suara centilnya Milka menjawab. "Itu pak ada perempuan yang tadi mengaku-ngaku sebagai pacar dan selingkuhan bapak, eh sekarang malah ngaku-ngaku jadi istri bapak." Aku masih membelakangi mereka. Aku ingin melihat apakah Xavi bisa mengenali ku dari belakang atau tidak. Dan ternyata..........

"Ela? Kamu kok bisa ada disini?" Otomatis aku berbalik. Ternyata Xavi baru dari luar, mungkin dia baru saja ketemu sama klien buktinya sekretaris nya ada disini juga.

"Kenapa? Kamu ngak suka gitu?" Mereka yang ada disana yang menjabat sebagai penonton langsung bubar seketika melihat arti tatapan Azura sekretaris Xavi, eits kecuali si Milka mungkin dia belum percaya.

"Ini dia pak si penipu."

"Apa kamu bilang penipu?" Xavi ingin memastikan pendengaran mungkin sih.

"I-i-ya pak." Takut juga sih Milka.

"Kenapa takut gitu ngomongnya? Bukannya kalian udah sering sharing masalah pribadi, sampe tidur berdua? Kenapa harus grogi?"

"Bu-bu-kan gitu pak. Saya tidak mengatakan itu pak, dia saja yang mengada-ngada."

"Apakah kamu sedang mencoba membuat saya untuk percaya dengan ucapan mu dan membuat istri saya membenci saya?"

"Udahlah aku mau pulang. Makin bete datang kesini, eits jangan pulang sebelum resepsionis kamu ganti, aku tidak menyuruhmu untuk memecatnya jangan tempatkan dia disini setidaknya saat aku datang kesini lagi aku tidak harus berpapasan dengannya." Aku melewati Xavi begitu saja.

Bahkan Xavi tidak meminta maaf padaku, tunggu apakah Xavi melakukan kesalahan yang mengharuskan dia meminta maaf? Yang penting disini Xavi juga bersalah titik ngak pake koma.

"Berterima kasihlah kepada istriku yang membuatmu tidak jadi kehilangan pekerjaan." Samar-samar aku masih mendengar suara Xavi.

Apakah Xavi tidak berniat mengejarku?

Yuhu aku muncul lagi kepermukaan.

Kuy ramein part ini.

5 followers + 5 vote + 5 comment = next part.

Ayo.... Biar up nya makin semangat 😊😁💖😍

Why Not ?¿  [END]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن