Part 26

449 30 10
                                    


Gomen ne.... Buat para pembaca yang setia menunggu dimohon untuk membaca ulang jika sudah lupa dengan jalan ceritanya🙏🏻🙏🏻🙏🏻


Happy reading

Raka kembali ke rumah sakit setelah dari rumah Dikky. Raka tidak ingin ada perkelahian saat gadis mungilnya terbaring lemah dirumah sakit, maka dari itu Raka lebih baik menahan amarahnya meski Raka sangat ingin meninju wajah Dikky.

Walaupun Dikky bukan pelakunya, Raka hanya ingin melampiaskan amarahnya seolah-olah Dikky telah melakukan kesalahan besar, saat ini ia sangat ingin melampiaskannya. Tapi, lagi-lagi Raka hanya bisa menahan amarahnya dalam.

Raka berjalan keruangan tempat Kayla terbaring, sudah didepan pintu Raka hanya mampu melihatnya dari jendela luar.

Karena Raka tidak mampu untuk masuk disaat keluarga Kayla berada didalam menemaninya.

Raka memilih duduk di kursi tunggu, dan hanya mampu menghelakan nafasnya berat.

Suara pintu inap terbuka, menampilkan wajah Ferry dengan lebam dipipinya.

Raka mengabaikannya saat Ferry yang ikut duduk di kursi yang hanya berjarak satu kursi darinya.

"Tidak masuk?" Ferry membuka percakapan, karena suasananya begitu canggung.

Raka diam hanya diam.

"Dia baik-baik saja?"

Ferry menghelakan nafasnya dan mulai menyamdarkan kepalanya pada punggung kursi.

"Kayla baik-baik saja, bukankah lo dengar sendiri apa yang dikatakan Dokter."

Raka tau itu, hanya saja Raka berharap saat ia bertanya seperti itu jawabannya Kayla sudah siuman.

***

Beberapa jam yang lalu Dikky mendapatkan telpon dari seseorang untuk menjemput mereka dibandara tanpa sepengetahuan Bianca.

Dan sekarang Dikky menunggu mereka dibandara sambil menatap jam digital ditangannya dan sesekali menatap sekeliling.

"Brengsek Raka! Bakal gue balas lo." umpat Dikky sambil memegang pipinya yang sudah ada lebam biru tercetak disana.

"Dikky?" panggil orang itu sambil menepuk pundak Dikky.

Dikky menoleh dan mendapatkan kedua orang tua Bianca.

"Om, Tante." sapa Dikky sopan.

"Gimana kabarmu Dikky? Bianca baik-baik aja kan, apa dia merepotkanmu?" tanya Mom Bianca- Gea.

"Saya Baik Tante, Bianca juga baik tentunya, dan dia tidak merepotkan"

"Hahh, syukurlah kalo begitu." senyum Gea.

"Ada apa dengan wajahmu Dikky?" tanya Papa Bianca -Stevan- saat melihat lebam biru di pipinya.

"Biasalah Om, laki-laki." cengir Dikky.

"Haha, kau ini. Gimana, Bianca tidak tau kan kami datang?" lanjut Stevan.

"Tidak Om, dia asik sama televesi."

Kedua orang tua Bianca terkekeh mendengarnya.

"Kebiasan Bianca." kekeh Gea.

"Itu sifat darimu," kekeh Stevan mengejek.

"Akh! sakit sayang." ujar Stevan yang mendapatkan cubitan di pinggangnya.

"Mau lagi hm?"

Stevan menyengir bertanda bahwa tidak mau, kemudian memeluk istrinya itu sayang. Meski Gea masih cemberut lucu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 22, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RaKayla Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang