Chapter - 28. The Hypocrite Killer

933 93 25
                                    

HAPPY READING

--------------------------------------

Kim menggeliat. Tangannya tiba-tiba meraba ke tempat yang ia tiduri. Dahinya berkerut samar karena merasakan punggungnya meniduri benda empuk. Ia terduduk lalu melihat ke samping sekaligus bajunya. Kesadaran yang belum terkumpul cukup membuatnya panik karena tertidur di ranjang dan belum menyadari ia berada di hotel yang sama. Ia melihat ke arah jendela dan menepuk jidat. Ia sudah tenang, namun terselip kebingungan. Ke mana Rizzo? Kenapa Rizzo menidurkannya di sini padahal pria itu bisa menidurkannya di sofa atau di lantai seperti biasa?

Lamunannya terpecah saat Rizzo masuk sembari memaki di telepon.

"Shut up, Asshole! Lakukan saja pekerjaanmu dan bergerak lebih cepat! Dasar lambat!" Lalu mematikan sambungan telepon disertai geraman.

Kim melirik jam dinding, menunjukkan pukul 8:25. Ia melotot lalu bertanya pada Rizzo. "Kau sudah makan?"

Rizzo melirik Kim, terheran dengan perhatian kecil yang baru saja ia dapat. Ia menggeleng.

"Maaf aku bangun terlambat." Saat menginjakkan kaki ke lantai, pusingnya mendera. "Damn ...."

Rizzo memperhatikan dari jauh. Matanya bahkan tersirat pertanyaan. Kenapa Kim lebih perhatian dari sebelumnya? Dan ini juga saat mereka akan pulang beberapa jam lagi. Biasanya mereka akan berdiam diri dan sibuk pada tugas masing-masing. Tidak ada perbincangan dan pertanyaan tentu saja. Apa karena Jack Daniels semalam jadi ada saraf yang disambungkan?

"Ingin kumasak atau kita makan di luar?"

Rizzo tersentak kecil lalu menggosok belakang lehernya, agak canggung. "Makan di luar saja."

Kim menggangguk lalu berjalan ke kamar mandi. Rizzo pula menghempaskan tubuh ke ranjang.

Sebelum itu, Kim menghentikan langkah lalu berbalik. "Rizzo."

Rizzo menaikkan alis, terheran Kim memanggilnya.

"Terima kasih sudah membawaku pulang." Senyum Kim menjadi perpisahan sementara karena gadis itu memasuki kamar mandi.

Rizzo terpaku. Tatapannya masih terarah pada tempat Kim berdiri. Ia tersenyum tipis. "Sama-sama."

***

Mereka kembali ke rumah setelah mengabiskan waktu seminggu. Kenangan yang dapat mereka simpan hanyalah waktu meminum Jack Daniels hingga mabuk. Tidak ada yang spesial, namun tanpa disadari mulai membentuk sesuatu yang akan mereka rasakan. Semua rasa yang tak pernah hadir, mulai muncul ke permukaan sedikit demi sedikit.

Kim menekan bel, sesekali melirik Rizzo yang masih dengan raut datar menunggu pintu terbuka. Ia kembali menekan dan Dane-lah yang membuka pintu, menyambut mereka.

"Hai, bagaimana liburan kalian? Menyenangkan?" Kim memeluk Dane sembari mengangguk. Tidak mungkin ia mengatakan pada Dane bahwa liburan mereka hanya dihabiskan di hotel dengan tak berbuat apa-apa lalu sekali keluar dari kandang, mereka agak liar. Bisa-bisa Dane berpikiran buruk.

"Apa Rizzo mengabaikanmu di sana, Kim?" Kim menoleh ke belakang, bersitatap dengan Rizzo lalu kembali ke posisi semula sembari tersenyum.

"Tidak. Dia tidak mengabaikanku."

"Really?" Kim mengangguk pasti. Ia tidak akan mengatakan apa yang terjadi di sana. Sama saja ia membuka aib dan menunjukkan bahwa Rizzo tidak memperlakukannya dengan baik. Setidaknya, ia membela Rizzo agar tak mendapat omelan. Jika Rizzo mendapat omelan, ia pun akan dapat ... percayalah.

"Di mana Ken?"

"Dia memesan tiket karena besok kami akan ke Texas untuk peresmian restoran terakhir Ken," jelas Dane. Rizzo menerobos masuk meninggalkan mereka, sementara Kim melihat punggung itu menjauh.

Unexpected Psychopath ✅Where stories live. Discover now