Chapter - 35. The Truth (21+)

1.5K 101 21
                                    

HAPPY READING 📖

-----------------------------------------------

Rizzo mengeluarkan tangannya dari saku lalu bertepuk tangan. Ia sengaja mengantar Hannah ke villa-nya untuk ke sini karena ia tahu ada yang tidak beres. Sejak Kim menatapnya tak sedap, ia gusar dan mengendarai mobil secepat yang ia bisa. Dan baru melangkah memasuki rumah saja, ia sudah disuguhkan pendengaran yang memojokkannya dari kasus pembunuhan ... Aida.

"Kadang seekor katak sering bersembunyi saat bersuara agar siapa pun takut dengan keberadaannya. Setelah tertangkap, katak pun tak bisa melarikan diri dengan berbagai cara dan pasrah menemui kematian." Ia melipat tangan di dada. Melihat Kim di pelukan Avery, ia jadi jijik. Bukan, bukan jijik pada Kim. Melainkan Avery. Ia tetap tenang, membalas tatapan Kim yang menyorotinya penuh amarah. Ia tahu Kim sangat marah bahkan ingin memukulinya. Hanya saja ia membutuhkan waktu sedikit lama untuk mengelabui mereka.

Ia berjalan santai ke kamar, meninggalkan mereka yang termangu. Suara teriakan Kim memanggilnya tak ia pedulikan. Biarkan saja mereka ingin berpikiran apa tentangnya. Ia tak peduli.

"Aku tak percaya dia melakukannya! Dia ... oh, God!" pekikan Kim semakin histeris. Kenapa Rizzo masih sesantai itu? Kenapa Rizzo tak melawan bahwa bukan dia pelakunya? Kenapa aksi pria itu seakan menunjukkan bahwa dialah yang membunuh ibunya? Elusan di punggungnya sama sekali tak menenangkan.

"Bukti kertas bisa direkayasa, namun orang yang melihat ini akan tahu siapa benar." Rizzo tersenyum santai, tangan kanannya ia menunjukkan sesuatu dengan raut mencekam. "Bumi akan tahu pembunuhnya melalui ekspresi."

Kim menoleh cepat ke Avery. Tatapan yang tampak marah sebelumnya ke Rizzo, kini beralih ke Avery. "Kenapa gelangmu ada pada Rizzo?"

Avery berusaha tenang. Ia tahu Rizzo akan memutarbalikkan keadaan. Ia harus waspada dan menjaga kata-kata agar tak salah langkah.

"Aku tidak tahu. Dia bisa saja mencurinya dariku untuk membuatku menjadi tersangka."

"Kau memang tak tahu diri. Kenapa tak mengaku saja kau membunuh Aida? Kenapa harus aku yang menjadi kambing hitam?"

"What?" Kim terkejut bukan main. Tatapan yang semula tertuju pada Rizzo, perlahan bergerak menuju Avery.

"No, Kim! He's lying! Seperti yang dia bilang, bukti bisa saja direkayasa. Gelang itu pun bisa saja dia rekayasa!"

"Aku tidak mengatakan bukti bisa direkayasa. Bukti kertaslah yang mudah dipalsukan dan kau menuduhku membunuh Aida untuk membatalkan pernikahan kami agar Kim menikah denganmu? Cukup pintar, sayangnya tidak sepintar aku. Niat busukmu sudah kuketahui sejak awal."

Kim menjauhkan tubuhnya dari Avery. Terlalu syok dengan kebenaran gila ini. Ia terduduk di tepi ranjang, menunduk sekilas lalu mendongak. "Drama apa yang kalian mainkan, hah?! Kalian membuat drama membunuh ibuku untuk membuatku tersanjung?"

"Dia—"

"Tepat saat kau pergi ke danau setelah melihat ibumu mati, dia bak pahlawan mendatangimu dan berlagak polos." Raut dingin dan tatapan tajam, ia layangkan ke Avery. Ia tidak mau membuka kedok ini, sayangnya situasi memaksa. Ia bisa bekerja sama, tapi memang pria sok pahlawan ini ingin menuduhnya. Bibirnya tertarik ke atas, membentuk senyum miring mematikan.

***

Pukul 18.00.

Semua tengah sibuk dengan pesta, tak menyadari sepasang mata meneliti sekitar. Menemukan gadisnya dengan kemeja cokelat dan celana panjang hitam. Ia tesenyum miring, mendapati kesayangannya di kerumunan ibu-ibu. Ia meminum cocktail dan duduk dengan jarak cukup jauh di antara mereka. Sudah lama ia ingin membawa gadisnya pergi. Mendengar sosok itu dijodohkan dengan pria lain, ia tak terima. Ia sudah sangat lama menunggu, namun hasil yang ia dapat tak sesuai ekspetasi.

Unexpected Psychopath ✅Where stories live. Discover now