Babak II : 4. Nasib Seorang Putri.

1.3K 213 17
                                    

Desember 1974.

Tanpa terasa, Ambar sudah waktunya melahirkan. Wiwik sudah tinggal di rumah keluarga Oetomo. Remaja itu senang sekali karena selain pekerjaannya tidak berat, hanya menjaga Arjuna saja, ia juga masih dikasih sekolah oleh Ambar. Pagi ke sekolah, pulangnya merawat cucunya Lastri. Keluarga Wiwik juga senang. Sekarang ia bisa membantu perekononiam keluarganya.

Pada suatu pagi, Ambar sudah mulai merasakan kalau akan melahirkan hari itu. Dia meminta Wiwik untuk tidak pergi ke sekolah agar bisa bersama Arjuna. Lalu Ambar meminta suaminya membawanya ke rumah sakit.

"Apa kau masih manja juga? Anak kedua masih juga meminta suamimu untuk menemani? Kalau Ibu dulu pergi sendiri," omel Lastri kejam. Harjo diam tak menanggapi ibunya tapi tetap bersiap-siap mengantar Ambar.

"Lelaki yang cari nafkah itu pantang nungguin istri melahirkan."

"Buk ... biarkan saja. Nungguin anaknya," kata Lintang pelan.

 Nungguin anaknya," kata Lintang pelan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Tapi kan Harjo harus ngurus toko. Belum lagi konveksi harus ada yang mandorin."

"Aku nanti yang ke toko lalu singgah ke pabrik konveksi. Heru aku ajak," kata Lintang.

"Arjuna ..."

"Ada Wik yang jaga," balas Lintang cepat sampai Lastri tak bisa berkata apa-apa lagi untuk menahan Harjo. Sang Kakak menatap Lintang mengucapkan terima kasih tanpa diucapkan.

"Pergilah, Jo," bisik Lintang tanpa diketahui ibunya. Harjo mengangguk lalu buru-buru pergi agar tak lagi mendengar omelan Lastri.

Ambar melahirkan anak perempuan hari itu juga. Lastri tak pergi melihat keadaannya karena alasan yang agak kejam.

"Buat apa dilihat, anak perempuan."

"Anak perempuan juga adalah cucumu, Ibuk," tukas Lintang.

"Kau tahu zaman Ibu waktu seusia dia, hanya anak lelaki yang berharga," balas Lastri. Lintang mendengkus.

"Terus sekarang apa bagi Ibuk, Puspa, Nonik, Dewi juga tak berharga?"

"Mereka yang sudah nikah juga bukan milik Ibu lagi," jawab Lastri ketus.

"Mereka masih milik Ibuk kok. Masih pulang jenguk Ibuk cuma bedanya sekarang mereka tinggal sama keluarganya."

"Nah itu, beda anak laki sama perempuan. Anak laki adalah milik orang tuanya. Mereka ada kapan pun kita sebagai orang tua membutuhkan."

Lintang menggeleng. "Milik istrinya, Buk. Orang tua tidak memiliki anak-anaknya. Semua anak akan menjadi milik pasangannya," ralatnya.

"Aku akan memiliki Harjo untuk diriku."

Nyonya Rumah. (Tamat)Where stories live. Discover now