4.

117 68 143
                                    

Hari ini setelah bel pulang sekolah telah berbunyi, Naura ingin pergi ke rumah sakit. Sebelum itu, ia sudah pamit kepada orang tuanya maupun Kevin.

Koridor rumah sakit nampak lumayan sepi, Naura berjalan menuju satu ruangan yang paling ujung. Tibalah ia di depan pintu ruangan tersebut, ia pun membukanya.

Klik.

Woyyy gimana sih bunyinya😭. Oke skip.

Terbukalah pintu ruangan tersebut dan nampaklah seorang laki-laki berbaring lemah dengan mata setia terpejam beserta alat-alat medis yang terpasang di tubuhnya. Naura menghela nafas seraya mendongak agar tetesan air di pelupuk matanya tidak jatuh.

Ia melangkahkan kakinya ke tempat dimana laki-laki tersebut berbaring, Naura mendudukan dirinya di tempat yang telah disediakan.

"Hai," sapa Naura dengan tersenyum paksa seraya menggengam tangan dingin laki-laki tersebut.

Kalian kepo gak sih?🌚

"Gak bosen apa tiduurr terus, hm?" tanya Naura dengan suara serak menahan tangis.

"Gue kangen sama lo, pengen cerita ini itu tapi lo-nya gak bangun-bangun. Kebo banget sih lo," Naura terkekeh paksa.

"Mimpi apa sih disana? Ada yang cantik yah?"

Naura terus berbicara walaupun tak ada sautan dari sang laki-laki. Sekitar 2 jam di rumah sakit, akhirnya Naura berberes untuk pulang.

"Gue pamit pulang yah, cepet buka mata dong," ucap Naura seraya mencium kening laki-laki tersebut.

Naura berjalan menuju halte terdekat menunggu jemputan Kevin. 5 menit kemudian Kevin datang dengan mengendarai motor sport kesayangannya, Baby.

"Udah?" tanya Kevin saat sudah sampai di hadapan Naura.

Naura mengganguk lesu.

"Udah dong jangan sedih, ntar dia ikut sedih loh," ucap Kevin menenangkan.

"Tapi dia udah 1 tahun belum buka mata bang, gue merasa bersalah banget," Naura meneteskan air mata yang sedari tadi ia tahan.

Melihat itu, Kevin segera memeluk tubuh rapuh adiknya itu, "Sstt, jangan maen-maen,"

"Bang, bengek woi lagi sedih juga ah elahh," Naura tertawa seraya menghapus air matanya. Kevin selalu memiliki cara agar Naura tidak sedih lagi.

"Udah dong, jangan sedih lagi nanti cantiknya ilang terus ga ada yang mau sama lo, terus lo jomblo seumur idup terus jadi perawan tua gimana," cerocos Kevin dramatisir.

Naura mendatarkan wajahnya.

Pletak!

"Nyenyenye," Naura menye-menye.

"Berdosa kau nak!" Kevin mengelus dadanya, sabar.

"Kamu setan!" sengit Naura.

Kevin melototkan matanya, "Heh!"

"Apa?! Beliin anak sembarangan, ngajak berantem?!"

Kevin melongo lalu menggeplak kepala Naura, "Anak saha anjir!"

Naura meringis, "Mana saya tau, saya kan cangtip,"

"Dibacok-bacok airnya dibacok-bacok," nyanyi Kevin asal.

"Ayo pulang elahh lama bener," Naura memukul lengan atas Kevin.

"Iye-iye, turun gih katanya mau naik," ucap Kevin enteng.

"Bang mau ku sleding sampe pluto gak?" tanya Naura dongkol.

"Omeygatt jauh bener, ntar lo gak bisa ketemu gue lagi dong kalo lo sleding trus lo nangis-nangis bombai gityuhh," ucap Kevin alay.

"Udah deh bang! Mending kita pulang dari pada adu bacot di tengah jalan gini, mau ntar jadi ironman?" ceplos Naura.

"Ampun mbak jago," Naura segera naik ke motor sport Kevin, mereka pun melesat pulang ke rumah.

***

"Assalamu'alaikum," salam Arkan saat memasuki rumah.

"Wa'alaikumsalam, eh udah pulang bang?" tanya Lyta - Bunda Arkan.

Arkan mendengus kesal, "Belum Bun, masih diperjalanan ini,"

Lyta terkekeh, "Bisa aja kamu bang, udah sana ganti baju terus istirahat,"

"Iya Bun, Eza mana?" balas Arkan diakhiri pertanyaan.

"Eza lagi main tuh di rumah tetangga,"

Arkan mengangguk, "Yaudah, Arkan ke kamar ya Bun,"

Arkan menaiki tangga menuju kamarnya, ia pun masuk dan membersihkan badannya.

Setelah itu, ia keluar dari kamar mandi hanya dengan menggunakan handuk yang melilit di pinggangnya sehingga terlihatlah perut kotak-kotak dan handuk kecil di tangannya guna mengeringkan rambut yang basah. Arkan tersentak kaget saat ada sosok manusia yang ada di kamarnya dengan menatap polos dirinya. Dia menghela nafas lalu berjalan menuju orang tersebut.

"Heh Cil! Main masuk aja kamu, kalo abang tadi nggak pake handuk gimana?!" tanya Arkan tak santai pada Eza, adik laki-laki  yang masih berusia 3 tahun.

"Ya nanti keliatan itunya," ucap Eza polos.

Arkan gemas sampe pingin sentil ginjal Eza, "Nah itu tau, lain kali kalo masuk ketuk pintu dulu oke?!"

"Hooh,"

"Iyoh,"

"Hooh,"

"Iyoh,"

"Hooh,"

"Iyoh,"

"Ho-" dengan cepat Arkan menyela.

"Heh kok kamu malah jawab terus, sih?"

"Abang yang duluan, Eza cuma ngikutin," ucap Eza, polos lagi.

"Sama aja itu Udiinnnn!" gemas Arkan.

"Mana Eza tau, Eza kan ganteng," ucap Eza santai.

"Ya iyalah siapa dulu abangnya," bangga Arkan.

"Telselah abang aja deh, yang penting Eza ganteng," sombong Eza.

"Heh masih bocil udah tebar pesona kamu, mau gede nya jadi fuckboy?" sarkas Arkan.

Eza menggeleng polos, "Kata bang Putla enakan jadi badboy,"

Arkan melotot, "Heh! Kamu jangan nakal, gak boleh,"

"Emang kenapa? Kata bang Putla kelen jadi badboy," keukeh Eza.

"Keren palamu soplak Cil!" greget Arkan. Sepertinya Eza harus Arkan jauhkan dengan manusia tak punya akhlak itu, bisa-bisanya pikiran adik kecilnya ternodai oleh titisan sayton yang satu ini.

"Kata bang Galen gapapa jadi badboy yang penting gak jadi sadboy," polos Eza.

Apalagi ini ya Allah, demi sempak mimiperi kenapa pikiran adiknya ini ternodai oleh titisan setan semua. Arkan tak habis pikir.

"Serahmu Cil serahmu," dongkol Arkan.

"Btw, kamu ngapain ke kamar abang?" tanya Arkan heran.

Eza cengegesan, "Mau pinjam game,"

"Jangan lama-lama mainnya, nanti matanya capek," peringat Arkan.

"Siap pak bos," Eza memperagakan hormat.

"Yaudah abang mau tidur dulu, minggir kamu," usir Arkan.

"Dasal kebo," gumam Eza seraya berpindah tempat.

***

HALOHAAA GIMANA KABAR KALEAN? BAIK DONG PASTI.
Maap ye pendek ehhe

JANGAN LUPA VOTMENT YA MANTEMANNN!! BIAR AKU TAMBAH SEMANGAT NGETIKNYA. SHARE JUGA KE TEMAN-TEMAN KALIAN.

OHIYA, ADA PESAN/KRITIK/SARAN GAK? KALAU ADA KASIH TAU DONGG😵.

Makasi buat yg udh votment!
See you next part..

WITH YOU WAKETOSWhere stories live. Discover now