Patah, panas, retak!

663 84 31
                                    

Boruto terus membolak-balikkan badan di atas kasur. Dia benar-benar gelisah saat ini. Bagaimana tidak? Malam hampir larut, tapi matanya tak kunjung ingin menutup.

Bayang-bayang Sarada sore tadi terus berputar di kepala kuningnya, seakan tak lelah mengganggu malamnya yang tenang.

Boruto memejamkan mata erat, berusaha untuk tidur.
"Tolong jangan hantui gue lagi! Gue mau tidur!" Decihnya kesal.

Namun, tetap saja. Tiap kali ia memejamkan mata, senyum dari samping milik Sarada kembali terpatri di otaknya. Dan setiap mengingat senyum itu pula, jantungnya mulai berdetak kencang tak karuan.

Bayang-bayang alat pengukur detak jantung di rumah sakit mulai menghinggapi kepalanya. Terkadang bayangan keranda berisi dirinya juga mampir dengan elegan di dalam benak sang Uzumaki sulung.

Boruto mengingat awal dari berbagai ketidaknormalan ini. Oh sungguh, semua sumbernya adalah Sarada! Apa gadis itu malaikat maut yang diutus dalam wujud manusia? Jika benar, pantas saja Boruto merasa terbunuh pelan-pelan karena ulahnya!

.
.
.

Sarada, Sumire, dan Chocho sudah menghabiskan masing-masing sebuah dogan. Ditambah semangkuk mie ayam dan 5 buah siomay telah memasuki perut Chocho. Tapi tetap saja, orang yang ditunggu-tunggu Sarada tidak kunjung datang.

"Sar, Sum, aku pulang duluan ya! Mau beresin rumah, dahh!" Chocho bangkit dari duduk dan mulai berjalan ke arah parkiran.

"Tunggu Cho, aku mau pulang juga!" Sumire ikut beranjak mengejar Chocho.

"Duluan ya, Sar. Assalamu'alaikum!"

"Wa'alaikumussalam" jawab Sarada dengan raut kesal.

"Mamas Mitsu, Sumi pulang dulu! Esok Insyaa Allah dateng lagi. Dahhh!"

"Iya hati-hati!" Jawab Mitsuki

Mitsuki sudah memiliki kemajuan. Dia tak hanya tersenyum lagi kali ini, tapi juga mulai sering menimpali.

Bagaimana dengan Boruto?
Sudahlah, lupakan!

Sepeninggal Chocho dan Sumire, kebetulan orang yang ditunggu-tunggu Sarada akhirnya tiba.

Sarada melambaikan tangan. "Bang Uto!!" Panggilnya.

"Lo lama banget, tuh anak udah nunggu dari tadi!" Timpal Inojin seraya menunjuk Sarada yang sedang memamerkan deretan gigi.

Sarada mulai mendekati Boruto. "Hei, Bang!"

"Apa?!" Ketus Boruto.

Sarada menelisik wajah Boruto dan mendapati ada sesuatu yang berbeda dari sebelumnya.

"Bang?"

"Apaan sih?!"

"Muka abang kok kayak orang kurang tidur, sih? Abang ngapain semalem? Begadang? Nongkrong? Main game sampe larut? Atau ngapain?!" Tanya Sarada bertubi-tubi.

"Bukan urusan lo!" Ketus Boruto.
'gue jadi gini karena lo, cewek aneh!'

Sarada memasang raut cemberut. "Ish abang! Orang nanya itu karena perhatian. Hargain, dong!"

"Berapa harganya?!"

"ABANGGG!!! Gemes banget deh mulutnya, jadi pengen Sara jahit!"

"Ya maap."

"Eh Sara nggak salah denger? Abang barusan bilang maaf? Wah keajaiban dunia!" Sarada berujar girang.

"Apaan sih! Lo ini ngeselin banget, tau nggak!"
'lo ngeselin! seenaknya bikin kesel, terus muter-muter dalem pikiran orang!' Lanjutnya dalam hati.

Aishiteru Abang Bakso! ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang