❀ BAB 012❀

1K 148 25
                                    

Kagumi duduk di meja kantin. Gadis itu menghela napas berat melihat cowok di depannya yang berekspresi datar. Kagumi diam sejenak, memastikan kantin sudah benar-benar sepi dan tidak ada anggota MPK atau pun OSIS yang sedang ada di sekitar sini.

"Sebenernya ini gak ada hubungannya sama gue,"

Kagumi mengangkat satu alis. Cewek itu menyedot Milo kotak di tangannya sambil menatap heran pada kakak kelasnya, Giyuu Tomioka. Cowok itu terlihat antara pasrah dan tidak peduli. Padahal ini soal Shinobu.

"Minta Milonya dong,"

"Yeh, enak aja lu nyet."  kata Kagumi langsung menjauhkan diri. Giyuu kembali menatap datar pada cewek itu, membuat Kagumi akhirnya menghela napasnya panjang. "Denger ya, tadi tuh pas mau jam pulang sekolah, Kak Shinobu minta nomornya anak gue."

"Anak lo banyak," tegur Giyuu mengingatkan wakil ketua kelas 11 Bahasa 3 ini. "Siapa?

"Akihito." jawab Kagumi singkat lalu menyedot Milonya. "Gue juga gak bakal ngasih tau ke elo kalo lo gak kenal orangnya yang mana,"

Giyuu mendecak pelan, sangat pelan. Cowok itu berpikir beberapa saat, tentang reaksi apa yang harus ia berikan pada Kagumi. Giyuu jadi sedikit paham mengapa Pak Erwin sudah sambat di hari pertama kenaikan kelas tentang gadis ini.  

Kagumi Satou itu berbahaya. Baru mengenal beberapa hari, cewek di depannya ini sudah tahu banyak tentang Giyuu. Cowok itu kini paham mengapa Kagumi mendapat juara pertama dalam bidang diplomasi. Kemampuan analisisnya hebat, bahkan walau terlihat konyol, Kagumi sebenarnya sedang 'membaca' lawan bicaranya.

"Seharusnya lo gak ngomongin itu ke gue," kata Giyuu berhati-hati. "Semua soal Shinobu udah bukan urusan gue. Gue minta tolong ke elo cuma buat dapetin data kritikal. Soal mantan gue gak perlu lo kasih tau gue gue."

"Ha?" Kagumi menaikkan satu alisnya tinggi, menatap jengkel pada cowok di depannya. Gadis itu memijat pangkal hidungnya, seakan pusing. "Elu tuh nyebelin. Pantes aja putus. Kalo gue jadi Kak Shinobu juga udah dari seribu tahun sebelumnya gue minta putus,"

Giyuu balas menaikkan satu alis, tidak terlalu peduli. Kagumi yang duduk hanya berbatas meja kantin di depannya kembali menghela napas.

"Lo tau? Lo ngomong gitu seolah lo gak pernah ngasih efek luar biasa ke Kak Shinobu," katanya sedikit menunduk. "Lo mungkin gak sadar. Tapi cara Kak Shinobu perlakuin elo itu beda. Dari cara tatapnya pun beda."

Giyuu mengernyit tak paham, "maksud lo?"

Kagumi menghela napas cukup panjang. "Gue sebagai orang luar, bisa liat ada harapan di mata Kak Shinobu. Dan cahaya di mata Kak Shinobu gak pernah seterang itu waktu dia natap ke Kak Douma." katanya penuh arti. "Mulut mungkin bisa bohong. Tapi mata selalu nyatain perasaan lebih dari ucapan, Kak."

Giyuu mengatupkan bibir, matanya sedikit melebar. Batinnya serasa tertampar oleh setiap kata dari Kagumi. Apa semua anak bahasa seperti ini? Sial, Kagumi benar-benar berbahaya.

"Jadi..." Kagumi menatap dalam pada Giyuu. "Mana yang lebih lo percaya? Ucapan dari mulut, atau tatapan dari mata?"

Giyuu terdiam. Cowok itu menggulum bibirnya ke dalam. "Gue—"

Giyuu tak melanjutkan saat ponselnya yang di saku bergetar. Ia mendecak pelan, mencoba tak peduli. Tapi getarnya di dada. Bikin geli.

"Angkat aja," kata Kagumi paham dengan cepat.

Giyuu menghela napas. Namun langsung tersentak saat melihat nama Makomo terpampang di layar. Membuat Giyuu refleks berdiri menjauh dari Kagumi, baru mengangkat telepon itu. "Halo? Kenapa kamu, Dek?"

"Mantan Kakak.... bukan tipe pelabrak kan?"

"Hah? Kok tiba-tiba? Ada apa emang?"

"Kak Shinobu, sekarang datengin rumah Mirai, Kak."


❀❀❀


Shinobu tersenyum tipis. Tatapannya jatuh lurus pada seorang gadis berambut cepak dengan kacamata kotak berwarna merah. Kepalanya perlahan terdongak menatap Shinobu tak percaya. Mulutnya bahkan bergetar kecil, kehilangan kata-kata.

"Kak, saya—"

"Jangan ngomong kaku gitu." potong Shinobu cepat. "Gue makin merasa bersalah."

Mirai menggigit bibir bawah, maniknya bergerak menghindari tatapan lurus Shinobu yang jatuh tepat pada kacamata kotak merahnya. "Tapi Kak, semua ini mahal."

"Hm?" Shinobu mengangkat satu alis santai.

Mirai nampak gugup melirik belasan pohon bonsai yang dibawa Shinobu. Mulai dari yang kecil sampai yang besar, hingga yang umum sampai yang langka di pasaran. Gila! Semua ini dibeli Shinobu hanya untuk menebus rasa bersalahnya pada Mirai? Mirai tertegun tak percaya.

"Terima aja. Gue malah merasa semua ini belum cukup," balas Shinobu lirih. "Gue bener-bener minta maaf sama lo, Rai. Gue terlalu dramatis waktu itu, gue cuma mikirin perasaan gue tanpa cari tau fakta yang se—"

"Shin."

Suara serak yang mendekat membuat dua cewek itu menoleh. Dua mata Shinobu melebar saat melihat Giyuu datang dengan nafas terengah-engah. 

"Lo ngapain?" tanya Giyuu menginterogasi.

"Kak Shinobu beliin aku bonsai banyak banget!" sahut Mirai cepat, tidak ingin cowok itu sampai salah paham. Lalu menunjuk pada taman kecil di depan rumahnya dengan dagu. "Nih, banyak banget kan?"

Giyuu menatap tak percaya. Lalu menoleh pada Shinobu. "Lo yang lakuin semua ini?"

"Iya. Dan lo gak perlu khawatir, karena gue gak apa-apain dia." kata Shinobu menjawab dengan tegas, sebelum akhirnya pandangannya tertunduk. Kemudian gadis itu menghela napas cukup panjang. "Gue cuma mau nebus rasa bersalah gue, Yuu. Biar beban di hati gue juga ilang."




Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


ps: yg mau kepoin kagumi bisa cek ineffable classmates bagian awal, tqu!<3

Re-Hi | Giyushino✔️Where stories live. Discover now