3

2 0 0
                                    

Tepuk tangan makin mendominasi ketika nama Mita terpanggil. Semua keluarga yang hadir bersorak paling keras dan berdiri sembari melambaikan tangan pada Mita yang perlahan berjalan menaiki podium yang lebih tinggi bersamaan dengan atlet lain yang sudah terpanggil lebih dahulu. Tangis keluarga semakin pecah ketika Mita tiba-tiba sujud syukur di atas podium. Lantas dia berseru dengan lantang sampai membuat seisi aula hening seketika.

"Ayah, ibu dan semua keluargaku. Terimakasih telah mendukungku hingga sampai di titik ini. Aku sayang kalian" dia berseru dengan air mata yang terus berderai

Ucapan Mita barusan berhasil membuat keluarganya meneteskan air mata haru. Bahkan sebagian penonton pun ikut meneteskan air mata dan banyak para atlet yang ikut menangis pula mengingat keluarga mereka. Dan ditengah-tengah tangis mengharukan ini, aku seperti kehilangan kesadaran atas jiwaku. Membicarakan tentang keluarga tak pernah membuatku senang. Aku malah emosional ketika disinggung masalah keluarga. Mungkin karena keluargaku tak sempurna seperti mereka di luar sana.

Setelah sekian lama menunggu akhirnya pengumuman kelolosan untuk atlet lari tiba. Aku bersama dengan dua puluh atlet lain bediri bersamaan dengan wajah tegang. Hanya empat terbaik diantara kami yang terpilih, tiga orang untuk mengikuti perlombaan dan satu orang untuk cadangan barangkali ada suatu hal terjadi diantara atlet inti. Dan atlet cadangan yang terpilih akan menjadi atlet inti di tahun depan.

"Baik, sekarang giliran atlet lari. Oh Tuhan... lihat wajah mereka!" MC itu menunjuk ke arah kami sambil tertawa "Nampak sekali ketegangan di wajahnya. Baiklah tanpa menunggu lama akan saya bacakan atlet pertama yang terpilih. Dan dia adalah..... Gita!"

Gita? Aku turut senang mendengarnya. Dia memang atlet yang disiplin dan banyak mencetak prestasi, dia juga sering dijuluki cheetah karena kemampuan lari yang tiada tandingannya, setidaknya diantara atlet yang lain.

"Dan yang kedua adalah.... Lara? Ada yang bernama Lara? Lara mana Lara?"

Kakiku tiba-tiba lemas, aku tak salah dengar bukan? Namaku disebut setelah Gita. Aku tak bergeming, jiwaku seakan melayang entah kemana. Inikah rasanya mencapai mimpi yang selama ini di perjuangkan? Apakah setelah ini aku akan mendapat kesuksesan? Aku benar-benar bahagia sampai tak tahu bagaimanapun cara mengungkapkannya

"Ra! Maju !" Feli yang berdiri di sampingku mendorong tubuhku agar berjalan ke atas podium para pemenang itu. Aku pun menurut meski berjalan setengah sadar.

Kami -para pemenang diberi sambutan oleh gubernur lantas diberi beberapa arahan oleh pelatih di cabang kami masing-masing. Selain itu, kami diberi hadiah uang tunai sebesar dua puluh juta rupiah sebagai imbalan kerja keras kami selama ini dan untuk mempersiapkan segala kebutuhan sebelum berangkat ke luar negeri. Tanganku bergetar hebat ketika menerima amplop tebal itu sampai-sampai Gubernur yang memberi amplop itu menatap khawatir atas diriku. Aku tersenyum membalas tatapannya, seolah memberitahukan bawa 'aku baik-baik saja' meskipun sebenernya tidak

Setelah semua berakhir, yang pertama aku cari adalah boneka beruang raksasa. Dia tidak terlihat di tempatnya semula. Aku mencoba mengelilingi pandangan ke seluruh penjuru aula dan menemukan sosoknya di pojok kanan dikerumuni anak-anak kecil. Aku tersenyum sekilas, dia nampak senang sekali bermain bersama anak-anak itu. Dan tanpa membuang waktu lagi, aku langsung mengeluarkan keahlian berlariku dan sampai di depannya dalam waktu yang terhitung singkat. Tiga puluh detik.

"LEO!" Aku berseru keras supaya terdengar olehnya ditengah-tengah riuh suara anak-anak kecil

Beruang raksasa itu terdiam, dia menatapku cukup lama. Dan anak-anak yang tadi berkerumun sudah pergi karena dipanggil oleh orang tua mereka. Ada apa dengan leo? Kenapa dia diam saja? Baru saja hendak bertanya, beruang itu melepaskan kepalanya. Dan ternyata seseorang dibalik kostum beruang itu bukan Leo. Dia adalah seorang lelaki paruh baya berusia sekitar lima puluh tahunan. Aku langsung meminta maaf padanya dan menunduk dalam. Dia tersenyum ramah seolah berkata 'tak apa'

Dan ketika aku berbalik, memutar tubuhku 180 derajat, seseorang berdiri tepat di depanku. Dia tersenyum sangat manis dengan kedua jempol yang diangkat. Itu Leo. Tanpa disuruh, aku langsung menyambar tubuhnya, memeluknya dengan erat sembari menangis sejadi-jadinya. Tangisan yang sedari tadi kutahan akhirnya tumpah di pelukan leo.

"Selamat ya" Dia berbisik pelan tepat di telingaku

Aku melepaskan pelukannya sembari menghapus air mata yang tersisa. Mata kami terkunci satu sama lain.

"Dari mana kau dapatkan kostum beruang itu?" Tanyaku akhirnya. Meskipun ditengah adegan haru ini, aku benar-benar penasaran akan hal itu

"Ah itu" Dia tampak salah tingkah, menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal. "Anu Ra... Tadi si bapa-bapa nya nganter anaknya ke rumah sakit. Ya, aku gantiin dulu sebentar"

"Kenapa kamu selalu sebaik itu?"

Dia semakin salah tingkah lantas tiba-tiba menarik tanganku untuk mengikutinya. Selalu saja begitu ketika kusebut dirinya baik. Rendah hati sekali Leo ini.

***
Aku menatap diriku di cermin. Wajah ini, wajah yang mirip sekali dengan mama. Berbicara mengenai mama, aku teringat satu hal. Akankah dia turut berbahagia atas apa yang aku dapat hari ini? Tapi mengenali pembicaraan kami di mobil tempo hari, mama sepertinya tidak mempermasalahkan lagi tentang lomba lari ini. Buktinya, dia tidak menyinggung sedikit pun masalah itu.

"Neng Lara!" Suara Bi Tuti menggema di sudut kamar. Wajahnya nampak panik sekali. Ada apa?

"Itu neng.. i-itu.. Le-o.. Llele-o--"

"Leo kenapa bi? Coba bicara pelan-pelan"

"Tt-tadi bibi nyuruh dia benerin lampu taman, eh dia jatoh dari tangga. Kayaknya dia pingsan neng, diem aja dari tadi. Bibi harus gimana?"

Aku tertegun sejenak. Lantas langsung berlari menuju taman disusul bi Tuti. Dadaku berdebar lebih cepat. Bukan, bukan karena lari yang tak seberapa ini. Aku takut jika suatu hal yang tak diinginkan terjadi pada leo.

Ketika aku sampai di taman. Aku kembali tertegun. Lihatlah, taman ini disulap menjadi taman yang penuh dengan bunga dan balon. Dan Leo, dia sedang berdiri dibelakang meja bersama dengan ibunya. Aku memutar kepalaku ke belakang dan meminta penjelasan pada Bi Titi yang baru sampai. Dia tidak bisa menjelaskan apapun, dia sibuk mengatur nafasnya yang tak beraturan.

Dan ketika ku berbalik lagi menatap keberadaan leo, Tante Juli berjalan ke arahku diikuti leo yang membawa sebuah kue kecil berdiameter sekitar 30cm. Tante Juli menarik tubuhku ke pelukannya, dia mengelus rambutku dengan lembut sambil sesekali mengecup keningku.

"Selamat sayang. Tante bangga sekali sama kamu" bisiknya lirih

Aku tak kuasa menahan tangis. Air mataku jatuh sangat deras hingga membasahi baju yang tante Juli pakai. Kenapa aku tiba-tiba teringat akan sosok mama? Apakah mama akan sebahagia ini? Akankah mama memelukku erat dan berkata mama bangga padaku seperti yang dikatakan Tante Juli? Tangisku semakin menjadi ketika membayangkan yang memelukku saat ini adalah mama.

Dia melepaskan pelukannya, tangannya mengusap tetesan air mata di pipiku. Dia tersenyum hangat, dengan mata yang berkaca-kaca.

"Ini perayaan kecil untuk Lara. Dan seperti yang kamu duga, Leo dalang dibalik semuanya"

"Terimakasih Leo"

Kami menghabiskan malam dengan saling bercerita, memakan kue dan memanggang sosis bersama. Udara dingin saat itu tidak menggangu kehangatan kami. Kami tertawa seolah tak memiliki beban padahal aku yakin masing-masing dari mereka memiliki beban yang enggan mereka ceritakan. Suasana semakin hangat ketika ayah Leo datang, Paman Heri. Dia mantan vokalis band di SMA nya. Alhasil selain saling bertukar cerita, kami menghabiskan malam dengan bernyanyi sepuasnya.

Aku menatap wajah mereka satu persatu. Inikah keluarga? Kenapa orang asing terasa seperti keluarga disaat keluarga sendiri memilih untuk mengasingkan diri? Aku tersenyum getir ketika lagi-lagi terbayangkan akan sosok mama.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 31, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

LARAWhere stories live. Discover now