Bab 1

670 104 63
                                    

Dongheon terbangun karena suara gaduh di lantai bawah rumahnya. Selain suara gaduh ada suara teriakan anak kecil yang sangat kencang lalu disusul suara tangis.

Perlahan namun pasti Dongheon mendudukkan dirinya lalu menyibak selimutnya dan merasakan jiwanya berangsur-angsur kembali.

Ketika kesadarannya pulih ia mendengus teringat bahwa mulai hari ini ia akan merawat balita-balita yang bahkan belum pernah ia temui sebelumnya.

Ya, Tuhan bagaimana mungkin ia akan kuat menjalani semua ini selama sebulan ke depan nanti?

Bagaimana jika salah satu balita tersebut mati lalu Dongheon di penjara akibat kelalaiannya?

Apalagi ia akan merawat semua balita itu bersama Hoyoung, sahabatnya sejak kecil yang mana mereka tidak bisa akur. Mereka berdua bersahabat tetapi lebih banyak bertentangan pendapat karena jalan pikir mereka berbeda.

Beberapa saat kemudian pintu kamarnya terbuka menampilkan sosok sang Mama yang telah berpakaian rapi, siap pergi ke bandara. "Dongheon, cepat keluar, Nak. Mereka sudah menunggu."

"Iya, Dongheon cuci muka dulu."

"Cepet ya, lucu-lucu kok anaknya."

"Lucu sih iya, tapi kalau modelan zombie ya sama aja bohong!" gerutu Dongheon yang untungnya tidak terdengar oleh sang Mama.

Dongheon belum tahu bahwa ada salah satu dari kelima anak itu yang memiliki hobi menggigit bahu, layaknya zombie.



***



Dongheon menuruni tangga perlahan dan betapa terkejutnya dia melihat ruang tamu rumahnya udah porak-poranda.

Ia tergesa-gesa turun lalu berbisik pada Mamanya. "Ma, mereka agresif."

"Namanya juga anak kecil."

"Ma--"

"Baik, semuanya mohon perhatian."

Semua mata tertuju padamu--eh, pada Mama Dongheon.

Dongheon mengedarkan pandangannya keseluruh ruang tamu dan mendapati Hoyoung telah memangku salah satu anak. Dongheon melotot pada Hoyoung dan dibalas hal yang sama oleh Hoyoung.

Lalu tanpa di duga salah satu dari kelima anak tersebut tiba-tiba melemparkan jelly pada Dongheon dan tepat mengenai keningnya.

Sontak Dongheon mengaduh seraya memijit keningnya. Hal itu mengundang tawa semua anak di sana.

"Kangmin, Mama udah bilang gak boleh gitu."

"Hyung jelek!" jawab anak bernama Kangmin tersebut.

Rasanya Dongheon ingin segera menyembelih anak itu.

"Gak gue rawat tahu rasa lo!" umpat Dongheon lirih di samping sang Mama. Hal itu jelas didengar oleh Mamanya hingga ia mendapat lirikan tajam.

Mamanya kembali tersenyum pada semua orang. "Ini anak saya namanya Lee Dongheon."

Semua anak dipaksa memberi salam pada Dongheon karena mereka semua tidak ada yang mau inisiatif sendiri. Jadi Mama mereka meletakkan tangan di kepala anaknya terus dipaksa nunduk gitu buat hormat.

Ya mau gimana lagi mereka bandel sih :(

Lalu Mama Dongheon mulai memperkenalkan satu-satu kelima anak di sana. "Yang ngelempar kamu jelly tadi namanya Yoo Kangmin, dia baru berumur 3 tahun."

"Baru 3 tahun mah gue pites juga bisa." gerutu Dongheon lirih.

"Yang lagi sisiran itu namanya Hong Minchan, umurnya udah 7 tahun, terus disampingnya itu yang lagi diem namanya Jo Gyehyeon umurnya 6 tahun. Di samping Gyehyeon yang lagi ehm-- gigit-gigit bantal itu namanya Ju Yeonho umurnya 5 tahun. Dan terakhir yang lagi tidur dipangkuan Hoyoung namanya Kim Yongseung umurnya sama kayak Yeonho, 5 tahun. Jadi nanti kamu antar mereka ke sekolah juga, kecuali Kangmin karena umurnya baru 3 tahun."

Dongheon mah iya-iya aja. Penting di'iya'in biar cepet selesai.

Kemudian sang Mama memeluknya singkat. "Semangat ya, Nak."

"Iya."

Setelah itu Mamanya kembali menatap rekan-rekan satu organisasinya. "Ayo Bunda, kita berangkat. Oh iya Dongheon, kamu nggak perlu khawatir semua anak itu sudah saling mengenal kok, jadi kamu gak perlu repot mengenalkan mereka satu sama lain."

Dongheon mengangguk.

Mereka semua segera melangkah pergi meninggalkan anak-anak mereka yang menangis karena ditinggal. Hoyoung sibuk membujuk semua anak yang bersikeras menarik baju mamanya sedangkan Dongheon hanya bisa menatap kejadian didepannya pasrah.

Ketika pintu rumahnya benar-benar tertutup, semua anak menangis kencang, termasuk Minchan yang umurnya sudah tujuh tahun. Yongseung yang tadi tidur pun kini bangun dan ikut menangis padahal dia gak tahu apa yang sebenarnya terjadi.

"Dongheon lo kenapa cuma berdiri di situ sih?! Bantuin gue dong!"

Dongheon mendengus lalu menghampiri Gyehyeon dan Yongseung yang sepertinya bisa ia tangani. Dua anak itu kelihatan yang paling waras dari yang lain--

--kalau dilihat dari wajahnya.

"Hyung kenapa nangis?" tanya Yongseung pada Gyehyeon yang sesenggukan.

"Mama aku pergi." jawab Gyehyeon sedih.

Yongseung segera mengusap air mata di pipinya dengan kedua tangan mungilnya. "Kan meleka emang mau pelgi selama sebulan hyung."

"Iya Yongseung aku tahu!"

"Olang tua kita jahat udah ninggalin kita makanya tadi kita susun lencana kan? Masak hyung lupa sih?!" omel Yongseung pada Gyehyeon membuat lawan bicaranya itu langsung berhenti menangis.

"Maaf aku kelupaan, ehe :D"

Dongheon menatap kedua bocah itu aneh. Ia sejak tadi berdiri di hadapan mereka berdua tapi dua bocah itu mengabaikan keberadaannya.

"Mereka udah diem." ujar Dongheon pada Hoyoung seraya menunjuk Gyehyeon dan Yongseung yang saat ini udah tiduran di sofa. Ayem banget lah pokoknya.

"Kalau gitu tenangin Minchan sama Yeonho, ini gue nenangin Kangmin daritadi gak mau berhenti nangis."

Dongheon mengangguk lalu pergi ke sisi sofa yang lain untuk menghampiri Minchan dan Yeonho.

"Huaaaa mamaaaaa... Hyung jelek, dedek gak mau sama hyung jelek, huaaaaa."

Hoyoung menepuk-nepuk pantat Kangmin untuk menenangkannya. "Eh, iya deh nanti hyung dandan ya biar ganteng kayak Kangmin."

Kangmin menggeleng cepat. "Bukan hyung ini, tapi hyung itu."

Dongheon yang baru saja berhasil menenangkan Minchan dengan iming-iming parfum baru segera menoleh. "Heh lo bocil kalau ngomong enak banget ya!"

"Dongheon!" tegur Hoyoung mengingatkan.

"Hyung jelek kalau malah tambah jelek."

"Wah semena-mena nih—ARGHHHHHHH!"

Dongheon menoleh dan mendapati bahwa bahunya telah menjadi santapan Yeonho.

"(=゚Д゚=)" —Dongheon.

"(○゚ε゚○)" —Yeonho.

Baru beberapa menit dan semuanya berubah menjadi neraka.



















Tbc
111120

With the Baby | VERIVERYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang