CHAPTER 7 - I Fell in Love with The Devil

6 2 0
                                    


Aku salah, sekali badboy, selamamya badboy. Tak peduli setampan apapun rupanya, seindah mungkin senyumannya, karena.

Aku menunggunya pulang latihan sore itu. seminggu lagi ia akan debut dan harus memperketat latihannya.

“Kamu menungguku?” ujarnya. Ia mengenakan seragam hitam putih untuk shooting musik video.

Aku  membawanya ke bukit pantai.

“Waaaaah. PANTAIII!!!! Woooo!!" Ujar Samuel.

Dengan mudahnya, aku tertipu oleh visualnya.

“Aku punya pertanyaan…” tanyaku.

“Tolong jangan tentang bahasa inggris lagi. Aku sangaaaaaattt lelah, Lain kali saja." Jawabnya.

“Apakah kou masih sama...dengan anak laki-laki yang memotong rambutku dengan katananya di saat SMA?"

Bersama deburan ombak yang datang, ia menatapku perlahan. Auranya seketika berubah drastis. Tiba-tiba ia menutup wajanya dengan tangannya, iapun tertawa seperti psycho di film bergenre dark.

 Tiba-tiba ia menutup wajanya dengan tangannya, iapun tertawa seperti psycho di film bergenre dark

Ops! Esta imagem não segue as nossas directrizes de conteúdo. Para continuares a publicar, por favor, remova-a ou carrega uma imagem diferente.

“Ahhh, apaan ini. Kau sudah ingat rupanya, Agashi.” Seketika aku melihat sosok Samuel Lee di matanya.

“Padahal aku ingin memainkan peran lelaki polos yang dapat membodohimu. Bagaimana kou tahu? Tidak-tidak…aku harus menyapa dahulu. Karena ini sudah 9 tahun lamanya.”
“(dengan tatapan Samuel Lee, ia mengulurkan tangannya) lama tak jumpa, Agashi.” Ia mengkhiri kalimatnya dengan senyuman.
"Kou benar-benar tidak berubah." Ujarku.
“Kita dahulu saling mencintai, apakah sekarang kou masih mencintaiku, agashi?”

“(memalimgkan muka) Aku…menyukai lelaki lain.”

Wajanya tiba-tiba berubah serius. Angin membawa poni bondenya jatuh ke wajah tampannya. Ia menarik poni yang emnutupi matanya ke belakang telinga.

“Siapa dia?”
“Why? Kou akan melenyapkannya?”

“Ucapanmu masih sama tajamnya seperti dahulu. Siapapun lelaki itu, dia tak akan dapat memilikimu, Agasih. Karena aku akan mematahkan seluruh tulangnya jika perlu.
“Dengar…meskipun aku tak mengingat masa lalu dengan jelas. Kou tak akan bisa menyakitiku kedua kalinya. Aku telah berubah sekaran." Aku meninggalkannya di pantai itu seorang diri.

******************************

2011 | 27 Oktober | Taman bermain

“Kenapa..kita kesini?” tanya Samuel.
“Ada yang ingin aku katakan…namun! Sebelum itu ayo kita bermain dulu.” jawabku bersemangat.

Aku menunjuk rollercoster didepan kami.  Kedua alisnya terangkat. Awalnya aku excitement namun wahana dengan mengandalkan kecepatan dan ketinggian itu membuatku takut. Aku menutup mata sembari memegang besi keamanan dengan erat. Saat aku mengintip kearanya, ia tersenyum bak anak-anak.

LOVE & SAMUEL: When you love SomeoneOnde as histórias ganham vida. Descobre agora