Chapter 16

177 42 10
                                    


'kau mau makan apa?' tanyaku pada yeoja yang saat ini berjalan di samping keranjang belanja yang kudorong

'hmmmmmmm' satu jarinya berada di dagu, dia nampak sedang berpikir sambil menatapi makanan di sekitar

'bagaimana kalau pasta?' kepalanya berputar ke arahku

'pasta?' entah darimana semangatnya saat ini datang

'geurae, sausnya?' lagi, dia bergumam sendiri

'apa saja, semua yang oppa buat enak' dia terkikik geli

'ambillah' dengan semangat jiyeon segera berlari menuju pasta yang ada di rak. Dua kotak besar dimasukkannya ke keranjang

'lalu apa lagi?' kali ini aku yang bergumam sendiri

'oppa, sepertinya berasku juga sudah habis' jiyeon berjalan menuju rak beras dan mengambil satu karung sedang sendirian. Yeoja ini benar-benar kuat batinku. Terkadang dia nampak sangat mandiri dan tidak membutuhkan orang lain.

'hmmmm apa lagi?' dia bergumam sendiri

'oppa, kau butuh apa lagi?' aku tersenyum

'daging' jawabku membuatnya manggut-manggut. Jiyeon mendekat ke arahku, lalu menyelipkan dirinya sendiri di ruang kosong antara aku dan keranjang belanja di depanku. Dua kakinya naik ke kaki stroller dan tangannya berpegangan pada pinggiran stroller.

'apa lagi yang kau tunggu?' tanyanya sedikit menoleh padaku

'apa yang kau lakukan?' heranku

'kakiku lelah. Oppa dorong aku saja ya?' matanya mengerling beberapa kali membuatku kehabisan kata-kata. Dan dia bahkan kadang sangat manja seperti ini. Tapi haesoo yang sangat manja saja tidak pernah melakukan hal seperti ini. Itupun karena seingatku kami tak pernah belanja bersama.

'Neeeee????' rengeknya penuh aegyo yang tak bisa kutangani

'haaaaah' aku menghela nafas. Mengalah, akhirnya aku mulai mendorong keranjang yang ditambah berat tubuh yeoja langsing di antara lenganku ini. Meneruskan perbelanjaan kembali.

Mungkin satu jam lebih kami berkeliling supermarket besar itu. Tanganku membawa dua kantung besar dan satu kantong lagi dibawa oleh jiyeon yang berjalan beberapa langkah di depanku.

'gaja oppa' ajaknya setelah pintu apartemennya terbuka. Aku segera masuk dan menaruh semua belanjaan itu di konter dapur.

'pisahkan semuanya dari dalam kantong' perintahku yang dianggukinya. Sementara jiyeon mengeluarkan semua belanjaan, aku memasukkan ke dalam kulkas besar yang nyaris kosong ini.

'haaatccciiim' kepalaku otomatis menoleh pada jiyeon yang baru saja bersin. Jarinya menggosok hidungnya asal

'neo gwencanha?' jiyeon nyengir

'gwencanha, hanya sedikit flu' jawabnya santai

'aku sudah minum obat' katanya lagi

'eeeiii gwencanhayo oppa, gwencanha. Neomu geongjeongmaseyo' aku menghela nafas

'geurae, mandilah. Aku akan menyelesaikan ini' lagi-lagi jiyeon nyengir

'arasseo' lalu dengan patuh dia segera memasuki kamar mandi setelah menyambar pakaian ganti dari lemari

Jiyeon tidak pernah lama berada di kamar mandi. Sepuluh menit sudah cukup membuatnya nampak segar kembali. Rambut panjang hitamnya kali ini dibungkus dengan handuk putih yang melilit di atas kepalanya.

'woah cepat sekali' serunya mendekat, melihat semua belanjaan itu sudah tidak ada di atas konter dapur

'yah, park jiyeon' aku mengernyit

Intense LoveWhere stories live. Discover now