[10] HH : Only Want You

2.5K 336 11
                                    

Hikari tersentak saat mendengar suara langkah kaki yang terdengar terburu-buru dari arah tangga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hikari tersentak saat mendengar suara langkah kaki yang terdengar terburu-buru dari arah tangga. Bahkan sendok panas yang jatuh hampir mengenai kakinya, jika dia tidak menghindar dengan cepat. Dia kemudian berjalan keluar dapur dan sedikit mengintip dari bawah tangga.

"Hinata, kau kah itu?" suara itu bahkan terdengar cukup keras, namun tidak ada sahutan sama sekali.

Ketika dia menoleh ke arah pintu, matanya mendapati sepatu sekolah Hinata yang tidak tersusun rapi. Tentu ini membuatnya merasa bingung. Mengingat kalau gadis itu selalu menyusun sepatunya dengan rapi di tempat yang disediakan.

"Apa yang sedang terjadi?" Hikari menatap khawatir ke arah tangga. Membuatnya cukup penasaran dengan apa yang tengah menimpa Hinata. Dia ingin menuju ke lantai dua untuk memeriksa keadaan gadis itu, namun suara bel rumah mengalihkan perhatiannya.

"Sebentar," katanya cukup keras. Saat pintu terbuka, dia mendapati dua orang pemuda yang mengenakan seragam sekolah yang sama dengan putrinya itu. "Ah, kau yang hari itu, 'kan?" Naruto mengangguk. Pandangan Hikari kembali lagi ke arah tangga.

"Apa terjadi sesuatu di antara kalian? Sepertinya Hinata tidak dalam kondisi yang baik."

"Hanya pertengkaran kecil di antara kami," kata Naruto. Dia memberikan tas Hinata kepada wanita itu. "Dia marah padaku, lalu melempar tasnya dengan sembarang. Jangan khawatir, hanya masalah kecil yang sering terjadi."

Sasuke melirik dari ujung matanya, melihat bagaimana sikap Naruto kepada wanita di depannya. Saat itu dia berpikir, kalau pemuda itu benar-benar pandai dalam bermain kata. Bahkan cara menyikapi wanita itu terlihat begitu nyata tanpa ada kebohongan.

"Masuklah, aku akan memanggil Hinata. Tidak baik kalau masalah di antara kalian terus berlanjut. Aku mengerti konflik yang sering terjadi di antara remaja."

Naruto menggelengkan kepalanya buru-buru. Dia juga menyempatkan melirik ke arah tangga. Bagaimanapun juga ini bukan waktu yang bagus untuk berdiskusi dengan gadis itu, setelah apa yang sudah terjadi. Mungkin Hinata akan lebih marah dan menampar rahangnya lebih keras kedua kalinya.

"Terimakasih, tapi hari ini aku memiliki jadwal untuk konsultasi bimbingan belajar. Aku akan datang lain kali." Naruto membungkuk, lalu mengambil langkah mundur. Disusul dengan Sasuke.

"Hei, sejak kapan kau mengikuti konsultasi bimbingan?"

"Diam, sialan!"

Sasuke tidak merespons. Dia tahu kalau kondisi pemuda itu belum cukup baik. Namun dia cukup takjub dengan sifat Naruto hari ini, sebab masih bisa menahan diri untuk bersikap sopan pada seorang wanita. Mengingat bagaimana pemuda itu selalu bersikap kasar pada ibu kandungnya sendiri.

"Setelah semua ini, kau tahu bagaimana menyikapi semuanya? Khususnya pada Hyuuga."

Naruto melirik dari ujung matanya, sekali-sekali meringis sakit pada bagian ujung bibirnya. "Tentu saja aku akan bersikap seolah-olah aku adalah kekasihnya," sahut Naruto. "Bagaimanapun juga Ibu sudah tahu kalau Hinata adalah kekasihku. Perlahan, dia akan mulai masuk di antara kami. Akan sangat berbahaya kalau dia tahu aku sedang berbohong."

Hidden HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang