[22] HH : You Will be Fine

1.9K 276 8
                                    

Saat sekolah mengadakan acara resmi, kehadiran orang tua sangat diharapkan bagi anak mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat sekolah mengadakan acara resmi, kehadiran orang tua sangat diharapkan bagi anak mereka. Namun tidak dengan Hanabi, dia justru lebih mengharapkan kehadiran kakaknya. Padahal di acara itu, semua teman-teman duduk bersama dengan menggelar tikar sembari menikmati bekal yang dibawa dari rumah.

"Kau yakin tidak mau bergabung dengan kami?" salah satu anak laki-laki menghampiri dirinya. Mengajaknya bersama untuk gabung bersama menikmati bekal.

Hanabi menggeleng kepalanya, bersikeras untuk menunggu kakaknya. Dia sangat yakin kalau kakaknya akan menepati janji. "Apa kau sudah makan?" tanya anak laki-laki itu. Hanabi berbohong dan menganggukkan kepalanya, namun sialnya suara dari perut itu membuat wajahnya merona.

Dia ditertawakan, beberapa anak lain yang bersama dengan anak laki-laki itu juga ikut menertawakan dirinya. "Ibuku memberikan ini padaku," anak itu memberikan bola-bola kepada Hanabi. "Kalau aku kembali dan bola-bola nasi itu masih ada di tanganku, ibuku benar-benar akan marah. Setidaknya untuk saat ini kita bekerja sama."

"Terimakasih." kata Hanabi, lalu dia mengambil langkah mundur untuk menjauh dari taman sekolah. Taman itu dijadikan tempat istirahat bagi para orang tua yang hadir. Semakin lama dia berada di sana akan membuat dirinya semakin kesal. Karena itu dia memilih ke arah belakang sekolah, duduk menyandar pada wastafel di sana.

"Aku mencarimu," dia tersentak saat seseorang menepuk bahunya. Wajah cemberut itu berubah seketika. Hinata berjongkok di depan adiknya, mengelap wajah yang kotor karena debu yang menempel di sana. "Tiba-tiba aku teringat sesuatu, aku lupa membawa bekal yang disediakan oleh ibu. Karen itu aku harus membeli beberapa makanan untuk kita, maaf jika membuatmu menunggu."

Hanabi benar-benar ingin menangis, hampir saja dia membenci kakaknya karena tidak menepati janji. Padahal dia berharap kakaknya melihat dirinya lalu mengambil gambar saat dia benar-benar berada di garis finish, menjadi orang pertama yang melewati tali berwarna merah itu.

"Seharusnya kau datang bersama dengan ayah dan ibu. Kau tidak cemburu dengan teman-temanmu?" Hinata mengusap air mata Hanabi dengan tisu yang dibeli olehnya. "Aku berpikir acara seperti ini lebih pantas dihadiri oleh orang tua."

Adiknya menunduk takut, kalau seudah begini, Hinata tidak bisa mengabaikan adiknya itu. Ia memberi pelukan berharap untuk menenangkan. "Aku ingin bersama denganmu selamanya."

"Kau tidak boleh mengatakan hal seperti itu," Hinata melepaskan pelukannya. "Kau harus menjadi perempuan yang mandiri dan tidak bergantung pada orang lain."

"Kalimat itu terdengar seperti kau akan pergi meninggalkanku."

Dia bergeming di tempatnya. Hinata tersenyum kemudian. Dia membuka beberapa makanan ringan yang sengaja dibeli olehnya, susu kotak dan beberapa potongan buah segar. "Aku tahu kalau aku melewatkan penampilan terbaikmu. Tapi aku berpikir masih ada nomor lomba yang akan dipertandingkan. Karena itu, kita harus pulang membawa hadiah untuk ditunjukkan kepada ibu dan ayah!"

Hidden HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang