#23

391 46 5
                                    

"Hei, Ino kau yakin tidak ingin diet huh?" Tenten menatap khawatir kearah wanita bersurai emas itu.
Sedangkan yang ditanya masih sibuk menjejal mulutnya dengan sesuap daging dari makanan yang ia pesan, Yakiniku.

"Itu bisa dipikirkan nanti saat aku sudah naik 5 kilo. Lagipula jarang jarang kan kita bisa menikmati makanan senikmat ini bersama teman lama?"

Hinata mengangguk setuju. Tangannya ikut mengambil 2 lapis daging sapi yang sedang dipanggang itu keatas cawan kecil didepannya.

"Hah~ terserah kau saja. Sakura? Kau makan kan?" Kini wanita berambut merah muda itu menatap lurus kedua bola mata coklat nya. "Tentu saja. Aku sudah hampir mati kelaparan" Tak ingin kalah, tangannya ikut mengambil beberapa daging sapi yang mengepul indah didepannya.

Sejak itu, keempat wanita berbeda marga itu saling berlomba mengisi perutnya. Tak terhindarkan pula canda dan tawa lepas begitu saja dari bibir mereka. Tak hanya itu, teriakan seorang Tenten yang tidak terima dengan dagingnya yang diambil begitu saja oleh Sakura membuat kesan ramai dari meja makannya. Tidak terlalu menyebar luas suara teriakan nya karena suasananya yang ramai membuat suaranya ikut teredam.

Kebahagiaan seperti inilah yang diinginkan Yamanaka Ino dalam hidupnya. Jika ia memiliki kesempatan untuk memutar ulang waktu, sudah pasti ia akan pulang ke zaman SMA. Dimana ia bisa terbebas dari ikatan pekerjaan diluar rumah maupun didalam rumah. Sudah pasti ia sangat menikmati masa masa dimana ia hanya mengenal candaan dan masalah percintaan masa remaja seperti itu. Walaupun pada saat itu dirinya sangat dibebani oleh ujian kelulusan yang membuat hatinya berdebar kencang. Tapi sungguh, ia merindukan masa masa indah seperti itu.

Namun kini walaupun tak sepenuhnya ia dapatkan, tapi yah, cukup senang bisa terlepas dari tanggung jawabnya sebagai ibu rumah tangga dan kembali menjadi seperti gadis remaja seperti ini. Setidaknya ia nikmati dulu kan?

Melihat teman temannya tertawa lantang tak terbebani seperti itu saja sudah membuatnya bahagia. Dunia seperti miliknya sendiri sekarang. Mungkin jika tidak ada yang menghentikan mereka, jujur mereka tidak akan pernah berhenti.

Hingga sebuah dering telepon masuklah yang mengalah untuk menghentikan sejenak kebahagiaan mereka. Deringan telepon yang masuk dalam handphone canggih wanita berambut indigo panjang itu membuat yang lain ikut diam. Segera, pemilik handphone itu bergegas merogoh benda berbentuk persegi panjang itu dalam tasnya yang berwarna hitam pekat.

"Moshi moshi Naruto kun?"

Jeda sejenak untuknya mendengar ucapan Naruto.

"Begitu ya, iya baiklah aku segera pulang. Oh tidak apa apa kok aku bisa pulang sendiri. Iya, tunggu ne"

Setelah percakapan singkat antara sepasang suami istri itu berakhir, Ino menatap Hinata yang duduk didepannya.

"Ada apa dengan Naruto?"

"Himawari sedang menangis sekarang dan Naruto kesulitan untuk menenangkan nya." Dengan senyum tipisnya ia memasukan kembali handphone canggihnya.

"Sou ka." Ketiga temannya mengangguk paham.

Wajar saja kan jika Naruto tidak bisa mengurus seorang anak yang baru menginjak usia 5 tahun itu. Mengurus Boruto saja sudah membuatnya kewalahan, apalagi ditambah satu lagi. Walaupun Naruto sudah meyakinkan Hinata bahwa dirinya bisa menjaga kedua anaknya itu disaat dirinya pergi. Tapi nyatanya?

Ia tidak bisa.

Naruto hanya tidak ingin membebani Hinata. Ia ingin melihat istri nya itu meluangkan waktunya walau  sebentar saja bertemu dengan teman lamanya. Itu saja alasannya tidak lain dan tidak lebih.

𝐅𝐥𝐚𝐰𝐥𝐞𝐬𝐬 「 ᴄᴏᴍᴘʟᴇᴛᴇ 」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang