CHAPTER 4

88 16 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Udah dateng lu Jis" suara perempuan yang ternyata Bona itu membuat Hwasa dan Jisoo menoleh ke belakang.

"Lagi ngapain nih Mak?" Tanya Bona pada Hwasa saat sudah berada di samping Jisoo.

"Ck, biasa" jawab Jisoo.

Bona mengangguk mengerti.

"Jadi jadi.." mulai Hwasa.

"Hmm?" Satu alis Bona terangkat.

"Itu tadi gimana mbak nya, cerita apa lagi dia? Udah lu kasih solusi? Ada nangis nangis gak?" Hwasa nanya dengan kecepatan seribu tahun cahaya.

"Oh, jadi dia tadi cerita." Bona mengambil kursi dan duduk diatasnya. Jisoo juga ikut ngambil kursi, gak sadar dia dari tadi berdiri jadinya kerasa capek kakinya.

"Dia nikah setelah dilamar sama suaminya pas lagi kuliah semester tiga, katanya waktu kuliah dulu mereka adem ayem aja sama sekali gak ada masalah, karena mereka pada sibuk diorganisasi juga." Hwasa dan Jisoo saling berpandangan.

"Yah pantesan belum siap, nikah muda toh" komen Hwasa.

"Mereka tinggal di rumah orangtua masing-masing, jadi mungkin masih berasa belum nikah, gak ada beban."

"Terus setelah mereka namatin kuliah, mbak itu baru tinggal sama suaminya dirumah orang tua suaminya. Mereka berdua sama-sama kerja, dan gak punya waktu satu sama lain. Mulailah konfliknya."

"Tinggal sama orang tua lagi, udah pasti orang tua juga bakal ikut campur!" Komen perempuan di samping Hwasa. Ternyata Sowon yang udah buru buru nyelesain pekerjaannya dan ikut mendengarkan Bona.

"Iya, bener. Ibu mertua mbak itu nyuruh dia biar berhenti dari pekerjaannya dan ngelayanin suami aja. Katanya, “Buat apa coba perempuan kerja diluar dari pagi sampai sore, suaminya gak diurusin, masak juga enggak bisa, bantu bantu dirumah pun enggak.” Dan ibu mertuanya itu juga gak sekali dua kali ngeluh begitu, sampai di bawa ke arisan RT juga ternyata. Yah malu banget gitu." Bona juga niru niru suara ibu ibu pas dialog ibu mertua.

Sowon, Jisoo, dan Hwasa cuma bisa ketawa dengernya.

"Tapi mbak itu juga cerita, selain karena dia memang sayang banget sama pekerjaannya yang dia udah dapetin dengan usaha sendiri, dia juga sekalian nabung bantuin suaminya buat bikin rumah mereka sendiri" lanjut Bona.

"Pantesan aja!" Sowon ngegas. Kesel dia tuh dengernya, males juga ngebayangin nya.

"Yeuh, itu mah memang belum pada siap mau nikah"

"Hmm, dari mbak itu sendiri yang harusnya belajar masak dulu sebelum nikah, juga gak bisa beresin rumah ya kacau. Apalagi dari cerita itu, mereka juga bareng bareng kan lagi usaha bangun rumah? Berarti bukan yang keuangannya wow gitu. Dikira pakai pembantu gak keluar duit apa?!!" Greget Hwasa.

"Lagian suami nya juga, gegayaan banget pakai nikah nikah pas masih kuliah. Gak ada tabungan juga buat bikin rumah dulu gitu, ini malah ribut sama istrinya padahal dibantu biar kelar tuh urusan rumah."

"Minimal ya, ringanin masalah istrinya sama ibunya kek yang sampai urusan menantu nya dibawa bawa keluar rumah. Gak malu apa?" tambah Hwasa.

"Malahan ibu mertua mbak itu nyuruh mereka pisah aja, ternyata pas awal kuliah suaminya itu mau dijodohin sama anak teman ibunya." Bona menjelaskan puncak konflik nya.

Dan pecah.

"Wah... Parah..." Jisoo geleng geleng kepala gak abis pikir.

"Sarap!" Timpal Sowon.

"..." Hwasa gak bisa ngeluarin suara. Perempuan itu cuma buka mulutnya, dan nutup lagi, begitu untuk beberapa kali.

"Padahal pernikahan mereka udah jalan lima tahun, dan satu hal lagi yang dijadikan masalah sama ibu mertuanya," Bona memajukan badannya.

"Gak bisa ngasih anak."



























Jderrr.





























"Wah, cem macem!"

"Gila!!!"

"Udah diluar batas sih itu!"

"Emangnya dia pikir asal mau, tiba tiba jadi gitu!"

Ya mau gimana lagi, masalah kayak gitu udah termasuk nyinggung perasaan mereka juga sebagai perempuan, dan jadi ikut mikir gimana kalau hal itu nanti kejadian sama mereka...



































☕☕☕





































"Mbak, piring udah bersih semua. Saya pulang duluan ya mbak." Pamit Lua.

"Oh, iya. Hati hati dijalan ya!" Kata Jisoo.

Lua pun keluar dari cafe.

"Gue masih kepikiran loh, sama pelanggan yang konsul tadi siang" Sowon membuka suara.

Jisoo mengalihkan atensinya ke Sowon.

"Yah... udah biasa juga kan masalah semacam itu." Sahut nya

"Apalagi tentang anak, kok bisa-bisanya sih sampai dijadiin bahan bicara diluar gitu." Hwasa ikut ngeluarin suaranya. Masih gak abis pikir dia tuh, kok bisa.

"Tapi untuk anak..." Bona menggantung ucapannya.














































"Mbak itu lagi hamil tiga bulan, dan belum ada rencana ngasih tau keluarganya." Lanjutnya.

"HAHHH!!!"

☕☕☕

Sooyaaa CaféTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang