12. PERJANJIAN

2.4K 299 11
                                    

12. PERJANJIAN

"HAI PANDAWA!"

Suara bariton khas seorang cewek berhasil membuat Pandawa yang sedang melakukan ritual pagi alias menyalin jawaban sontak mendongak. Mereka bertanya-tanya dengan kehadiran seorang cewek yang kini tengah berdiri di ambang pintu seraya menampilkan cengiran kearah mereka.

"Ngapain si cewek ice cream kemari? Salah kelas kah?" seru Iko yang tampak kebingungan. Dia bahkan sampai menggaruk rambutnya yang tak gatal.

"Kagak mungkin salah kelas lah, tadi aja panggil kita." Billy menyahuti, menepis dugaan Iko. Tidak masuk akal, sudah jelas-jelas dia menyapa mereka.

"Gue yang nyuruh dia datang kesini," tukas Satria, spontan keempatnya langsung menoleh kearah cowok itu.

"Ngapain dah?" tanya Juan.

"Rapat,"

"Wanjir! Kayak pejabat-pejabat aja gaya lo bang!" seru Billy diiringi kekehan kecil.

Genta menyerngitkan kening, "Rapat apaan Sat?"

"Nanti juga lo pada tau sendiri, yang jelas gue udah berhasil buat dia berubah pikiran." ucapan cowok itu yang membuat keempatnya terkejut. Satria memang sengaja merahasiakannya dari semalam. Karna dia tahu temannya itu tidak akan percaya kalau tidak ada bukti. Dan sekarang Satria sudah membawakan buktinya, Zelin si cewek keras kepala mau disuruh datang ke kelasnya.

"Yang bener lo?" ulang Billy yang masih tak percaya.

Satria mengangguk sekali, "Demi keteknya Iko yang bau comberan gue nggak bohong!"

"Lho kok bawa ketek gue segala!" desis Iko yang tidak mengerti apapun tiba-tiba disangkut pautkan.

Zelin datang menghampiri mereka, mengambil kursi yang entah punya siapa lalu mendudukinya. Tangannya dilipatkan di depan dada, iris matanya lurus kedepan menatap orang di depannya. Senyum yang tadi dirinya tampilkan kini hilang dalam sekejap.

"Sebelum kita keintinya, gue punya beberapa perjanjian yang harus disetujui." tukasnya.

"Oke!" Satria menganggukkan kepala enteng. Zelin yang melihat itu tersenyum simpul.

"Pertama, gue bakal bantuin lo cuma dalam waktu 1 bulan. Dan kalau dalam waktu yang udah ditentuin lo masih belum bisa mencapai tujuan, maka otomatis itu bukan salah gue. Perlu digaris bawahi juga disini, saat itu juga utang gue udah lunas."

"Kedua, disini enggak ada yang boleh ngatur. Berpendapat boleh, atau mengoreksi rencana yang kita susun saat menurut lo ada yang salah juga boleh. Asalkan jangan ada yang sok jadi bos!" timpal Zelin sambil melirik Satria saat menekankan kata kerakhir.

"Dan yang terakhir, saat lo udah dapetin apa yang lo mau, selain hutang gue lunas maka otomatis kerja sama ini berakhir. Dan saat itu juga, kita lupain semuanya, seakan enggak saling kenal ataupun pernah ketemu. Gimana? Deal?" Zelin mengulurkan tangannya.

"Deal!" balas Satria sambil menjabat tangan cewek di depannya.

"Kalian berempat jadi saksi kita berdua," seru Zelin menatap mereka yang sejak tadi ikut menyimak pembicaraan keduanya. Spontan keempatnya mengangguk bersamaan.

"Bebeb!"

Tiba-tiba saja dari arah pintu terdengar suara melengking milik seseorang, tak lama muncul cewek berambut blonde yang sudah mendekat kearah mereka. Juan yang melihat kekasihnya itu langsung mengajaknya keluar. Tapi ditolak oleh Bianca.

"Eh kenapa ada si cewek nyebelin disini?!" kaget Bianca saat netranya menangkap Zelin. Cewek itu langsung menampilkan senyum sarkas kearah Bianca.

FIGURAN [COMPLETED]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant