27. TEMAN CERITA

2.1K 245 0
                                    

ATTETION!

VOTE DULU SEBELUM MEMBACA YAW

TERUNTUK SIDER,
SEMOGA SEGERA DIBERI HIDAYAH :)

****

27. TEMAN CERITA

Zelin baru saja turun dari angkot. Cewek itu melirik keresek putih yang dia pegang sejak tadi. Senyum manis langsung menghiasi wajahnya, dia yakin Mamanya akan suka jika mengetahui apa yang dia beli tadi. Sudah lama sejak Resti divonis terkena kanker dia tidak lagi memakan pempek. Karena itu Zelin berinisiatif membelinya.

Mata Zelin menyipit, begitu melihat sebuah mobil yang terparkir di depan rumahnya. Dia belum melihat mobil itu sebelumnya. Apa ada tamu? Batin Zelin.

Memilih masuk untuk menyakinkan dugaannya. Namun baru sejengkal kakinya melangkah Zelin mendengar teriakan seseorang, itu suara Mamanya. Tak lama ada suara berat khas lelaki yang tampak tidak asing. Dirundugi rasa penasaran dia memutuskan untuk menguping pembicaraan mereka di dekat ambang pintu.

"Dulu, kamu merebut hak asuh anak-anak. Sekarang kamu mau merebutnya lagi?"

"Saya ingatkan kalau dari awal hak asuh Zelin milik saya!" ucap Resti menegaskan.

"Kamu tidak tahu apa-apa soal hak asuh, kamu saja tidak bisa mengurus Zelin dengan baik dan justru malah merepotkannya!" cibir Aldi sambil melirik sarkas mantan istrinya.

Resti menatap getir laki-laki di depannya, "Apa tidak puas sudah merebut satu putri saya?! Dan sekarang kamu kembali untuk merebut putri saya yang lainnya?! Manusia macam apa kamu! Yang tega memisahkan Ibu dan anak!"

Aldi terkekeh kecil, "Saya merebut putri kamu? Kamu tidak ingat bahwa Clarin sendiri yang memilih untuk tinggal dengan saya."

"Kamu lihat dia sekarang? Baik dari segi fisik maupun finansial dia tidak lagi kekurangan apapun. Itu berkat tinggal bersama saya."

"Apa kamu tidak mau Zelin juga merasakan hal yang sama? Kamu tidak kasihan melihat satu putri kita berkecukupan sedangkan yang lain kekurangan?" tanya Aldi, dia melihat Resti sudah mulai luluh dengan perkataannya, "Selama ini hidupnya sudah sengsara Res, jangan buat dia merasakan hal yang sama lagi."

"Lebih baik kamu menyerahkan hak asuh Zelin pada saya, ini demi masa depan Zelin."

Resti terdiam cukup lama hingga akhirnya wanita paruh baya itu menghela napas panjang. Dia yakin keputusan ini yang terbaik untuk putrinya. Cukup sudah Zelin merasakan hidup yang kesusahan, tidak lagi sekarang.

"Baik, saya akan berusaha membujuk Zelin untuk mau tinggal dengan kamu."

"NGGAK, AKU NGGAK MAU TINGGAL SAMA PAPA!"

Keduanya sama-sama menoleh begitu mendengar teriakan seseorang. Mereka membelakkan mata saat melihat Zelin yang sudah berdiri sana dengan raut wajah yang dipenuhi amarah. Apa putrinya itu mendengar semua pembicaraan mereka?

"Zelin," Resti langsung mendekati putrinya, meraih pundaknya tetapi justru ditepis oleh cewek itu.

Zelin menatap Resti tak percaya, kenapa Mamanya kini berubah pikiran dan rela membiarkan dirinya tinggal bersama Aldi? Padahal tau kalau selama ini dia membenci laki-laki itu.

"Kenapa Mama tega sama Zelin?" ucapnya dengan nada parau.

"Sayang, ini demi kebaikan kamu, nak." Resti mencoba memberi pengertian pada Zelin, karena dia sudah terlanjur tahu.

"Kebaikan apa?! Justru dengan tinggal sama Papa Zelin semakin tersiksa, Ma!" Entah sejak kapan air matan itu sudah turun membasahi pipi mulusnya.

Aldi yang sejak tadi bungkam kini membuka suara, "Zelin, dengarkan permintaan Papa dan Mama kali ini saja. Kami melakukan ini semua demi masa depan hidup kamu, nak."

FIGURAN [COMPLETED]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin