11 : another dating

306 37 19
                                    



"It's fine to cry too, don't hold it in
After tears and rain, you'll definitely be able to see a rainbow."

—TWICE Fanfare—

"ada apa dengan pagi ini? mengapa rasanya berbeda sekali." wanita bersurai coklat pendek itu kini terbangun di kesepian dorm nya.

"masih jam setengah delapan, mengapa sangat sepi?" Jeongyeon memutuskan untuk turun kebawah. mencari tahu apa yang terjadi.

"aaakkk!" teriakan wanita di dapur membuat Jeongyeon menoleh.

"Jihyo? kau kenapa? apa kau terluka?" Jeongyeon yang sedang berada di ujung tangga, langsung menghampiri Jihyo untuk melihat apakah Jihyo terluka atau tidak.

"kau mengejutkanku. sungguh." Jeongyeon dibuat bingung dengan hari ini. dia memutuskan untuk bertanya pada Jihyo.

"kemana semua orang? mengapa sepi sekali?" Jihyo yang sedang membuat sarapan untuk dirinya menoleh saat Jeongyeon bertanya.

"Dahyun, Tzuyu dan Chaeyoung pergi ke supermarket membeli bahan masakan karena semuanya hampir habis. Nayeon eonnie dan Sana eonnie pergi bersama pasangan mereka. Mina dan Momo pergi ke pusat perbelanjaan untuk membeli sesuatu." Jeongyeon mengerjapkan matanya saat Jihyo menjelaskan kepadanya.

"apa eonnie juga ingin pergi? mungkin sebentar lagi Dahyun, Chaeyoung dan Tzuyu akan tiba. jadi eonnie bisa pergi jika mau."

"pergi? aku tidak punya pasangan untuk diajak pergi. sungguh kasihannya diriku." ucapnya dengan nada bersedih. Jihyo menggelengkan kepalanya saat Jeongyeon malah menonton tv dan tidak memutuskan untuk mandi, atau setidaknya membantunya membuat sarapan? Jihyo jadi memasak sarapan lagi untuk eonnienya tercinta.


****


"oppa, berhentilah mendiamiku seperti itu." Sana merengek sebab Taehyung malah cemberut dan memainkan ponselnya. sekarang mereka berada di depan BigHit Entertainment, hari ini mereka berniat untuk pergi bersama. tetapi karena Sana yang begitu lama untuk bersiap-siap dan Taehyung jadi semakin lama untuk menunggu. alhasil, pria itu merasa kesal kepada Sana. entahlah hari ini suasana hati Taehyung sedang buruk.

"oppa jebal! kau menyebalkan, sungguh." pria itu masih mendiami Sana.

"ada apa denganmu? apa aku tadi terlalu lama? baiklah aku minta maaf untuk itu." akhirnya Taehyung menoleh, dilihatnya Sana sedang menatapnya dengan tatapan sendu miliknya.

"tidak usah seperti itu, kau membuatku lemah." ucap Taehyung dengan nada dingin khasnya.

"peluk..." tubuhnya menurut akan perkataan si gadis, tapi tetap saja egonya berkata untuk terus bersikap seperti itu.

"oppa, aku ingin bertanya padamu. berhentilah bersikap seperti itu, aku sangat tidak suka jika di diamkan." tiba-tiba saja suasanya menjadi serius. Taehyung juga dengan cepat melawan egonya.

"jika aku menduakan oppa, apa yang akan kau lakukan." terkejut? tentu saja. pertanyaan yang tidak disangka-sangka keluar begitu saja dari mulut Sana.

"kau ini bicara apa? tidak mungkin kau seperti itu." Taehyung menoleh dengan perasaan yang sangat terkejut, tapi dia cukup pintar untuk menyembunyikan ekspresi wajahnya.

"mungkin saja, suatu hari yang kita tidak tahu kapan. apa yang akan oppa lakukan? apa kau akan meninggalkanku? atau justru sebaliknya? aku tidak menginginkan jawaban bohong." Taehyung berfikir, mengapa Sana sangat serius? apa karena tadi dia mendiaminya. tetapi, mengapa dia menanyakan hal itu? sangat tidak masuk akal.

"aku yakin kau tidak melakukan itu, bersiaplah." kini giliran gadis itu yang menoleh kearah Taehyung.

"untuk?" tubuhnya seketika merinding melihat senyum miring si pria.

"aku akan melamarmu dalam waktu dekat." Sana melebarkan matanya karena sangat terkejut oleh perkataan Taehyung. masih mencerna segala ucapan yang baru saja Taehyung lontarkan kepadanya. tanpa basa-basi Taehyung melajukan mobilnya dengan kecepatan yang bisa dibilang tinggi, tenang saja dia pasti berhati-hati. apalagi mengingat jika dia membawa wanita tersayang setelah ibunya.


****


"apa makanannya enak? kau menikmatinya? kau ingin pesan lagi? atau kau ingin desert atau es krim? pesan saja sesuka hatimu." Wanita bergigi kelinci itu mengerjapkan matanya saat sang kekasih melontarkan banyak pertanyaan.

"tidak oppa, kita sudah memesan sangat banyak makanan. lihat, bahkan meja kita hampir tak terlihat. ugh, aku rasa aku tidak akan sanggup untuk menghabiskan semua ini." Seokjin terkekeh mendengar jawaban dari Nayeon.

"sehabis ini, kau ingin kemana?" seakan lupa akan statusnya yang merupakan seorang idol terkenal yang pastinya semua orang tahu siapa dirinya, dengan mudah mengajak Nayeon ke tujuan yang berbeda. pasti mereka akan dicurigai oleh orang-orang, apalagi mereka belum juga memberitahu dunia soal hubungan mereka.

"jangan banyak bicara oppa, habiskan dulu makananmu, kau bisa tersedak. selanjutnya? nanti kita pikirkan lagi." Seokjin menuruti perkataan Nayeon dan lanjut fokus pada makannya. baginya makanan adalah yang terpenting setelah Nayeon dan keluarganya.

terlalu asik dengan makanan, hingga mereka tidak sadar jika diluar turun salju. Nayeon yang sudah selesai dengan makananya menoleh ke luar restoran untuk menyaksikan Salju pertama di bulan ini.

"sangat indah." Seokjin menoleh mengikuti arah mata Nayeon.

"eoh? bukankah ini salju pertama di bulan ini?"

"sepertinya, sangat indah bukan?"

"indah, tetapi keindahannya tidak dapat mengalahkan indahnya dirimu." Nayeon tersipu malu mendengar ucapan Seokjin. pipinya tiba-tiba saja merasa panas dan muncul kemerahan.

"kau bisa saja. eoh? mengapa tidak habis? apa kau sudah kenyang? baiklah, kita akan membawa pulang snack yang tersisa." Seokjin mengangguk sebagai jawaban.

Setelah memanggil pelayan untuk membungkus makanan mereka, keduanya kembali fokus pada Salju yang turun dengan lebat. Seokjin menggenggam tangan Nayeon, dingin. itu yang dirasakannya, mencoba untuk menyalurkan hangatnya suhu tubuhnya.

"kenapa tidak bilang jika kau kedinginan?" Seokjin melepas hoodie miliknya dan meminta Nayeon untuk memakainya agar dia tidak kedinginan lagi.

"pakai ini..."

"bagaimana dengan oppa?" Seokjin tersenyum tipis.

"aku membawa Jaket dimobil. sementara kau pakai ini. jangan pedulikan aku, dirimu lebih penting." Nayeon meraih hoodie milik Seokjin dan memakainya. parfum milik Seokjin dapat dia rasakan bersamaan dengan rasa hangat yang menyelimuti tubuhnya.

"terimakasih..." anggukan diterima oleh Nayeon. tangan Seokjin kembali digenggam oleh Nayeon, untuk menghangatkan tangan Seokjin, Nayeon memasukkan tangan seokjin ke dalah kantung depan hoodie.

"hangat bukan?"

"hm..benar, ini sangat hangat." Nayeon menyenderkan kepalanya ke bahu Seokjin, sambil menunggu makanan mereka datang. masih menyaksikan keindahan Salju yang semakin lama semakin tebal di tanah.


****


TBC.
Semoga suka!
maaf kalo pendek:')

Vomment Juseyo😊
pai pai!!

definitely youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang