Bab - 24 | Rekonsiliasi

868 127 0
                                    

Kana merasa bersalah. Semalaman ia habiskan untuk memandangi ponselnya. Berharap Noah membalas pesan berisi permintaan maafnya.

Ia takut sekali. Bagaimana kalau setelah ini, Noah memilih menjauhinya? Apakah akhirnya ia akan sendiri lagi? Terdengar kekanakan mungkin. Tapi, untuk pertama kalinya Kana menemukan teman yang mau mengajarinya banyak hal. Memberi banyak ilmu. Mengerti bagaimana dirinya. Belum pernah ia menemukan teman yang mau masuk ke dalam kehidupannya sedalam ini. Lalu, kalau setelah ini Noah berjalan keluar dari hidupnya bagaimana? Kana harus bagaimana?

Bahkan sampai pagi, tak ada balasan pesan yang datang dari Noah. Bahkan ponsel pria itu tidak aktif, ketika Kana mencoba menghubunginya. Apa Noah semarah itu?

Lagipula kenapa sih tante Anna harus mempermasalahkan dirinya yang mengendarai motor? Kana gak pernah mempermasalahkan tantenya itu yang terkadang jalan-jalan keliling kota dengan om Farhan naik motor. Motor om Farhan motor gede lagi. Kan itu lebih bahaya. Tempat duduknya aja nungkik ke atas gitu. Lalu dimana masalahnya ketika Kana naik motor yang bahkan tempat duduknya rata?! Tante Anna bener-bener gak adil.

Kana lagi-lagi menghidupkan layar ponselnya. Hingga pagi menjelang, ia tidak menemukan adanya tanda-tanda notifikasi balasan dari Noah.

Dan Kana berakhir di sini. Berdiri di depan rumah Noah yang entah mengapa tampak ramai seperti ada acara. Ia bahkan tidak bisa tidur untuk memutuskan apakah ia perlu datang ke rumah Noah atau tidak. Tapi melihat keramaian ini, apa ia datang di waktu yang salah?

Mungkin Kana harus menelpon pak Diman untuk kembali menjemputnya.

"Kana?"

Kana yang tengah mencari kontak pak Diman, sontak menaikkan pandangannya ke sumber suara. "Zaki?"

"Wih. Memang cuma lo yang beres, Na. Manggil gue Zaki bukan Joko. Seneng banget gue masih ada orang waras di dataran bumi pertiwi ini."

Kana mengernyit bingung, "Nama kamu kan emang Zaki."

Dibalas kekehan lucu oleh Zaki. "Lo ngapain berdiri di sini? Kenapa gak masuk? Acaranya udah selesai. Orang-orang lagi pada makan. Telat lo ya?"

"Emangnya ada acara-"

"Joko!" Teriak sebuah suara yang mengintrupsi dari jauh.

"Apaan?!" Zaki balas berteriak.

"Kabur lo ya?! Bantu angkat piring nih!"

"Kampret. Kalo piring kotor aja, nyarinya gue. Kalo cewek cantik, lo embat sendiri," gerutu Zaki tak terima. Walau pria itu sendiri bergerak mengambil baskom berisi beberapa piring kotor.

"Kana?"

Lagi-lagi Kana terkejut melihat salah satu teman angkatannya berada di rumah Noah. "Hai, Li?"

"Ngapain? Kok gak masuk? Si Bos ada kok di dalem," Lian mengeluarkan pertanyaan yang sama dengan Zaki.

Karena tak kunjung mendapat jawaban dari Kana, Lian bergerak menyerahkan tumpukan piring di tanggannya pada Zaki. "Yuk masuk,Na. Gue temenin."

"Kalo cewek aja lo cepet geraknya, Setan."

"Diem lo. Urusi tuh piring. Jangan taunya nyelipin kotak kue aja lo."

"Lah.. anjir. Kok lo tau?"

Pertanyaan itu berakhir dengan dengusan kuat dari Lian yang menuntun Kana masuk.

Kana berjalan masuk mengekori Lian dari belakang.

"Boss!" Panggil Lian. "Cewek lo nih."

"Itu, Na. Gue ke belakang dulu ngurus Joko. Feeling gue dia nyelipin kotak kue lagi, nih."

CWTCHWhere stories live. Discover now