42. Misteri Dynamid

115 27 0
                                    

Keesokan harinya Alister terbangun, ia yang kamarnya dekat dengan taman belakang sepintas mendengar suara air yang diobok-obok.

Alister pun menuju taman belakang, ada dua pangeran kembar yang sedang berlatih di halaman belakang dengan kedua ember besi berwarna putih di depannya.
Surya sang abang tengah berhadapan dengan Suryo adiknya.
Surya menggerakkan telapak tangan ke kanan lalu ke kiri begitu juga sang adik, air di ember itu mulai melayang di udara, mereka secara bersamaan mengepal tangan lalu air di hadapan mereka membentuk bentuk matahari, air yang seperti beku itu saling berbenturan menghujam ke arah berlawanan dan mereka berdua terus menahan telapak kanannya sampai keluarlah cahaya ungu dari tubuh Surya lalu ia menggerakkan tangan ke depan, hal itu membuat air keras menyerang seluruh tubuh Suryo sehingga menempel es beku matahari di baju ungu muda yang ia kenakan.
"Wah hebat kak," puji Suryo pada kakaknya.

Alister tidak menghampiri mereka, hanya melihat dari kejauhan dan saat ia berbalik badan untuk menuju ke kamarnya kembali untuk mandi, ia mendapati Akira di belakangnya.
Mati kutu rasanya Alister melihat sosok wanita itu.
"No-nona Akira," ujar Alister sembari memberi salam.

Senyum lembut khasnya ia keluarkan kembali, kemarin memang terlihat biasa saja saat ia mengeluarkan senyum itu tapi kini senyum yang terukir di wajah Akira seperti mengandung beribu makna bagi Alister.
Akira melangkah maju masih dengan senyumannya pada Alister.
Ia melewati Alister dan saat di sampung Alister, ia meletakan jari telunjuknya di pundak Alister lalu menyeretnya pelan sampai ke bahu Alister.
"Pangeran Alister, apa kabar?" tanya Akira setelah itu.
Alister menoleh ke sampingnya dan menemukan senyum Akira yang semakin lebar.
"Saya baik, saya ingin pergi mandi nona Akira," jawab Alister.
"Perlu diteani?" balas Akira dengan masih tersenyum.
"Tidak perlu, saya permisi"

Alister meninggalkan Akira dan menuju ke kamarnya, saat di kamar ia mengeluarkan patung singa.
Sinyal pun terkirim ke Ervan, tak lama Ervan menjawab panggilan Alister, mereka seperti sedang berbicara di telpon.

"Ada apa?" tanya Ervan.
"Ada yang aneh, kau tau di sini ada Akira," cetus Alister.
"Di sini juga ada Diona," ungkap Ervan.
"Nanti malam kita bertemu di danau saja, ada fakta tentang Akira yang pasti kau tidak akan menyangka," tandas Alister.
"Baiklah kak, dua pengeran dari kerajaan Simo juga akan ke sini sebentar lagi, nanti malam kita bertemu," balas Ervan.

Alister pun mandi dan setelah itu ia dipanggil oleh salah satu pengawal untuk menyambut seorang pangeran dari barat di depan gerbang istana bersama dua pangeran Dynamid dan Yang Mulia raja.
Keempat pria itupun sudah berdiri di depan gerbang istana, dari kejauhan nampaklah seorang pangeran dengan kudanya yang sedikit kecoklatan.
Bajunya hampir sama dengan baju yang dikenakan Alister hanya terdapat perbedaan corak yaitu di belakangnya tidak memiliki jubah tetapi ada ukiran elang di ikat pinggangnya dan bajunya dominan merah bercampur sedikit hitam, terdapat sabuk untuk pedang disamaping bajunya itu.
Pangeran kerajaan Simo turun dari kudanya.
"Salam pada Yang Mulia dan pada para pangeran, namaku Kino dari kerajaan Simo di barat," cetusnya sembari memberi hormat.
Pangeran itu sedikit memiliki kantung mata menghitam di bawah matanya, pangeran berambut hitam, berhidung kecil dengan bibir yang sedikit tebal itu lalu masuk ke dalam istana ikut dengan empat pria yang telah menyambutnya.

Tibalah gelapnya malam, langit dipenuhi limpahan warna putih kecil yang banyak bertaburan di atas sana.
Benda kecil yang sebenarnya besar membentuk rasi yang beranekaragam malam itu.
Alister berencana keluar tengah malam untuk bertemu dengan Ervan tetapi suatu hal memancing perhatiannya melebihi dari pertemuannya dengan Ervan.

Dua pangeran yang seperti mengendap-endap berjalan sambil memperhatikan sekitar, ditangan Surya ia memegang toples kaca kecil yang memancarkan cahaya biru yang sangat terang dari toples itu sementara Suryo memegang selembar kertas berwarna cream berbentuk serigala dan seingat Alister Ervan pernah mengatakan bahwa singa adalah lambang Memars, naga adalah lambang Dynamid, elang adalah lambang Simo dan serigala adalah lambang Jiramda.

Ia mengikuti kedua pangeran tentunya dengan kemampuan menghilang yang Alister miliki.
Ternyata dua pangeran itu masuk ke ruangan kerja raja, mereka berdua membuka laci dan mengeluarkan tumpukan kertas dari sana.
Sangat tak disangka Alister apa yang mereka lakukan, mereka merobek beberapa lembar kertas dari tumpukan itu lalu Suryo yang memegang kertas berbentuk serigala meletakan kertas itu di atas kertas yang telah mereka robek, Surya perlahan membuka toples kaca yang ia peluk dan mencurahkannya di atas kertas itu.

Cahaya biru terang seperti mengambang di atas tumpukan kertas di bawahnya lalu mereka berdua pergi dari ruang kerja raja begitupula Alister yang menuju ke arah gerbang istana untuk menemui Ervan di danau.
Begitu sampai Ervan belum ada di sana.
"Apakah dia pulang lagi karena aku tak datang?" gumam Alister.
Alister hendak pergi tapi suara Ervan terdengar dari kejauhan.
"Kakak!" teriak Ervan yang mulai turun dari terbangnya.

"Maaf aku terlambat, kakak pasti menunggu lama, tadi aku menyaksikan sesuatu yang luar biasa," pungkas Ervan.
"Aku juga baru datang dan kupikir kau sudah pergi karena menunggu lama," balas Alister.

Mereka saling menatap lalu mengarahkan pandangan ke arah pohon besar bermaksud untuk mengajak saling bercerita di sana.
Mereka duduk di bawah pohon yang akarnya sedikit timbul ke atas, mereka jadikan sebagi tempat duduk.
"Apa yang kau lihat?" tanya Alister.
"Di kerajaan Dynamid ada Akira dan Jiramda ada Diona, itu kita sudah saling tau kan kak tapi di kerajaan Jiramda tak hanya ada Diona tapi dua pamgeran kerajaan Simo kau tau ternyata siapa?" tutur Ervan pada Alister.
Alister menatap dalam mata Ervan bermaksud mencari jawaban akan pertanyaan yang Ervan ajukan.
"Salah satu teman kita?" jawab Alister dengan penuh keraguan.
"Yup tepat, Akio dan Riski adalah pangeran kedua dan ketiga kerajaan Simo, dan pangeran pertama di Dynamid sekarang yaitu pangeran Simo, apa dia sudah datang?"
"Iya sudah datang tadi siang, kira-kira kenapa bisa ada mereka semua di sini?" gumam Alister.
"Kenapa Dityo tidak ada?" balas Ervan.
"Mereka bukan seperti yang kita kenal, mereka berbeda," ungkap Alister.
"Maksudnya?" tanya Ervan penuh tanya.
Alister mulai beranjak dari akar pohon besar yang tengah ia duduki, Alister menatap bintang yang berhamparan di langit sembari menceritakan pada Ervan apa yang ia lihat tentang Akira.
"Akira hantu? Mana mungkin!"
Ervan merespon Alister dengan sedikit tidak terima sembari berdiri dari duduknya.
"Memang itu kenyataannya," jawab Alister santai.

Ervan melangkah maju ke arah Alister, tepat di samping Alister ia berdiri.
"Kalau Akira hantu otomatis semua teman kita yang lain juga?"
Kata-kata Ervan entah itu sebuah pertanyaan atau pernyataan, tak bisa dibedakan.

Alister mengalihkan pandangan dari bintang-bintang dan menatap wajah Ervan.
"Entahlah, kita harus lebih mencari tahu," respon Alister.
Alister sedikit berjalan dan mondar-mandir di hadapan Ervan.
"Kenapa lagi kak?" tanya Ervan.
"Tadi sebelum ke sini aku melihat dua pangeran Dynamid merobek berkas diruangan raja lalu meletakan cairan kebiruan di atas kertas berbentuk serigala, tanda khas kerajaan Jiramda."
Ervan sedikit kaget mendengar itu karena ia pun sebelum pergi bertemu Alister melihat sesuatu yang janggal.
"Aku juga kak, aku melihat seorang pelayan kerajaan membasahi berkas raja dengan air, lalu meletakan benda seperti es beku berbentuk bunga di atas kertas itu."
Ervan bicara dengan sangat antusias.

"Artinya mereka saling menjebak?" Alister bersuara lagi sementara Alister sedang berpikir, mereka hening sesaat sebelum Alister menyatakan spekulasinya.
"Pelayan di kerajaan Jiramda itu mungkin saja suruhan, bisa jadi suruhan dua pangeran"
"Hah?" Ervan bertanya heran.
"Dua pangeran Dynamid ini menjebak kerajaan Jiramda dengan meletakan sendiri cairan biru dan kertas di sana, pasti esok pagi raja akan salah paham bahwa kerajaan Jiramda yang melakukannya dan bisa jadi masalahnya ada di kerajaan Dynamid," terka Alister.
"Bisa jadi!" seru Ervan.
"Sekarang pulanglah! Besok malam kita bertemu lagi di sini, aku akan lebih mengawasi dua pengarengan itu," pungkas Alister.

Death Story!(End)Where stories live. Discover now