1.7 About sanity

406 62 36
                                    

Sudah kelas dua belas, saatnya fokus belajar walau lebih sering rebahan sama drakoran🙂 jadi sorry sorry aja kalo JARANG update xixi

Sudah kelas dua belas, saatnya fokus belajar walau lebih sering rebahan sama drakoran🙂 jadi sorry sorry aja kalo JARANG update xixi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Assalamualaikum! Gofood!"

"Gak usah bikin rusuh, masuk."

Rangga menyengir, dengan girang dia melengos masuk setelah pintu dibukakan oleh adik satu-satunya. Tanpa izin dan merasa berada di rumahnya sendiri Rangga langsung merebahkan diri di sofa.

"Untung kakak ipar, kalo nggak udah gue tendang lo diusir dari rumah!" nyalak Rila tak suka pada Rangga yang tiduran namun masih memakai sepatu, nanti kan bisa kotor!

Belum tahu saja dia kalau Rila berubah jadi gila kebersihan.

"Yaelah pelit amat, gue cuman numpang rebahin diri doang gak sampe maling barang. Depar kok jadi sewotan, sih?"decak Rangga. Ia masih asing pada sifat Rila yang baru ia ketahui, karena biasanya cewek itu sangat "sopan" padanya.

"Lepas dulu sepatunya, Kak! Itu sofa masih baru loh. Mahal lagi."

Rangga tak menjawab dan segera melakukan perintah dari Rila, sang pemilik rumah. Tangannya menggapai tas yang ia bawa, lalu membukanya membuat sepasang manusia terikat janji suci itu menatap Rangga kaget.

"ONYET!" seru Rila serta Al bersamaan. Si pemilik kucing tanpa bertanya lebih dulu menarik Onyet—kucing peliharaan Al—dan memeluknya.

Al menyalak kepada Rangga yang bersikap tenang. "Onyet lo masukin tas? Kalo dia mati kehabisan napas gimana?!"

"Lebih terkesan menghina yah," ucap Rangga. Kata pertama yang Al katakan memang terdengar memaki Rangga akibat nama kucing itu yang sangat tidak hewani.

"Di rumah tadi ujan, gue mau ke rumah temen buat ngambil kaos abis disablon. Sekalian mampir ke sini ya gue bawa Onyet aja, lo kangen, kan?"

Al pergi tanpa memberi jawaban, sembari memangku Onyet dan berbicara kepada kucing seolah hewan itu mengerti apa yang dilontarkan Al. Sepeninggal Al yang keluar rumah sebab sepertinya akan bermain dengan Onyet di teras, Rila menghampiri Rangga seraya membawa camilan dan satu gelas teh manis.

Meski begitu Rila masih ingat dan sadar jika Rangga adalah saudaranya, saudara sepergilaannya lebih tepatnya.

"Kak, gue kok aneh yah Al namain tu kucing pake nama hewan seperbangsaan kita," tanya Rila. Uh, Rila sadar ternyata kalau dia sama seperti binatang yang sering dijadikan ejekan.

"Btw mulut lo belum dikasih cocolan sambel yah makanya pas ngomong bikin hati nyeri? Lo aja kali yang se-spesies sama monyet, gue mah se-spesies sama Albert Einstein."

"Gaya lo selangit, diibaratin yah lo itu dapet satu per seribu dari otaknya bapak fisika!" Rila mendelik atas pujian Rangga pada dirinya sendiri. "Coba jawab, empat buah resistor—"

Felicity [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang