LTL || Part 11

521 29 2
                                    

Sekembalinya dari ruangan Raka dengan membawa selimut tebal serta bantalnya, dia segera meletakkannya di sofa kamar. Berharap jika Raka mengindahkan ucapannya. Hanya dengan melihat Raka yang meringkuk terbalut selimut tebal di pagi hari, di kamar ini bersamanya.

Keadaan dapur pagi ini sudah dipenuhi dengan bau harum khas masakan. Valenzi bersenandung pelan sembari menyiapkan makanan di meja makan. Tidak sia-sia semalam dia berkhayal. Raka benar-benar masih tertidur seperti kepompong di atas sofa saat Valenzi bangun pagi tadi.

Raka berjalan menuruni anak tangga, sembari merapikan dasi juga lengan jas yang dia pakai.

Valenzi menyambut Raka di meja makan dengan senyum lebarnya, meskipun dia sudah amat tahu, tidak akan ada respon ramah dari suaminya.

Mereka lagi-lagi menyantap sarapan mereka dalam diam. Tidak ada yang berani melontarkan pertanyaan masing-masing dari mereka.


🍁

Valenzi membereskan selimut tebal yang dipakai Raka semalam. Ekor matanya tidak sengaja melihat ke arah kotak P3K di atas meja. Valenzi meraihnya dan membukanya.

Dia kembali mengambil botol obat yang berisi banyak kapsul, obat penenang.

Opininya kemarin belum sempat terpecahkan. Dia mambuka botol tersebut, dan menghitungnya.

"Kemarin 20, sekarang kok tinggal 18," gumamnya.

Banyak sekali pertanyaan yang berkecamuk di hatinya. Obat penenang, dan foto itu.

Valenzi ingat, foto dua anak laki-laki yang tersenyum. Dia seperti mengingat-ingat sesuatu. Iya, foto dua anak kecil ini mirip sekali dengan foto di kamar Raka. Yang dia lihat kemarin.

"Gue yakin itu Raka. Tapi ..., di sebelah Raka siapa?"

Valenzi mencari-cari kertas foto yang sempat hilang di kotak. Dia tidak bisa mengingat dengan jelas wajah anak laki-laki di sebelah Raka.

Valenzi mencarinya di kamar, tapi nihil. Dia bergegas mencari di seluruh penjuru rumah.

Dia menyerah. Sudah lebih dari satu jam dia mencari sebuah kertas foto yang sudah sedikit kusam.

Ada beberapa ruangan yang belum ia jamah. Toilet, dapur, dan ..., ruangan kerja Raka.

Tanpa pikir panjang, Valenzi beranjak dan segera melangkahkan kakinya menuju ruangan kerja suaminya.

Dia mencari mulai dari meja kerjanya, hingga lemari-lemari tempat Raka menyimpan berkas. Merasa lelah dan tidak menghasilkan apapun, Valenzi terduduk di atas sofa dengan pikiran yang berkecamuk.

Matanya menangkap sesuatu di kolong meja. Dengan segera di menggeser meja sofa di depannya.

Kertas yang hampir seharian dia cari, dia temukan di kolong meja. Dahinya mengernyit, foto itu sudah disobek. Sekarang, sobekan dari foto itu harus segera ia temukan, dia harus memastikan jika dugaannya benar.

Dia kembali beranjak, dan sesuatu seperti remasan kertas, tidak sengaja mengalihkan perhatian Valenzi. Benar saja, remasan kertas itu adalah potongan dari foto yang Valenzi pegang.

Foto Raka dengan anak laki-laki yang terlihat lebih muda darinya. Sekarang sudah terpisah menjadi 2 bagian yang membuat mereka terpisah.

Remasan kertas itu, adalah foto Raka. Sesuatu yang mengganjal di hatinya semakin bertambah. Hal itu hanya membuat kepala Valenzi pusing.

Kali ini, dia harus menyimpannya dengan baik, agar tidak kembali hilang. Valenzi menyandarkan punggungnya di sandaran kasur. Hanya tubuhnya yang beristirahat, otaknya benar-benar tengah melalang-buana entah ke mana.

Love To LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang