LTL || Part 28

598 20 0
                                    

"Sayang ..., Papa berangkat, ya. Kamu jangan nyusahin Mama."

Raka membungkukkan tubuhnya, mendekatkan telinga kirinya pun dengan mengusap perut besar Valenzi menggunakan tangan kanannya.

Valenzi mengulsa senyum di wajahnya. "Kalo ada apa-apa langsung kabarin aku ya, Zi."

"Kamu kalo udah sampai, jangan lupa kabarin aku, ya."

Raka mengangguk. "Jaga diri kamu sama bayi kita ya, Zi. I love you."

Valenzi mengangguk. Dia kembali ke rumah setelah mengantar Raka sampai depan pintu rumah. Karena kondisi perut Valenzi yang sudah besar, Raka melarangnya untuk ikut mengantar ke bandara. Karena kepergian Raka kali ini, akan memakan waktu lama, membuat Valenzi khawatir. Meski dia pun tidak tahu, dia merasa khawatir untuk apa.

"Mba Zizi, mau sarapan apa, Mba?"

Valenzi menoleh. Sesaat dia menatap mba Marni lekat. "Apa aja deh, Mba."

Valenzi berjalan ke living room. Duduk sembari meluruskan kedua kakinya. Semakin usia kandungannya bertambah, semakin rasa takut yang Valenzi rasakan bertambah pula.

Valenzi memeluk dirinya sendiri. Sembari menatap lurus ke luar jendela besar dengan tatapan kosong. Setiap kali mengingat persalinan, semakin sakit pula hatinya. Jika dia tidak bisa berjuang, bagaimana nasib bayinya nanti.

Ponselnya berdering.

"Halo, Ma."

"Halo, Zi. Mama kira kamu ganti nomor."

"Enggak, Ma. Ada apa?"

"Mama kangen sama kamu, Mama kira kamu ganti nomor."

Valenzi terkekeh.

"Zi ..., kabar kamu baik, 'kan?"

"Hm. Kalo Mama gak sibuk, Mama main kesini ya, nemenin Zizi."

"Siap."

Di seberang terdengar kekehan dari Diana. Begitupun dengan Valenzi yang ikut terkekeh.

Dia mengusap perutnya setelah memutuskan panggilan Diana.

"Mba Zizi, sarapannya udah siap," kata mba Marni yang sudah berdiri tak jauh dari Valenzi.

"Mba, kayaknya Mama mau kesini deh, aku makannya nanti aja, ya."

Mba Marni menganggukkan kepalanya. "Biar saya bikinin lagi juga ya, Mba."

"Gak apa, Mba?" tanya Valenzi. Mba Marni menggeleng dan justru terkekeh.

🍁

"Kamu check up rutin 'kan, Zi?"

Valenzi mengangguk. Keduanya tengah asik berbincang di living room. Sekedar melepas rindu layaknya seorang ibu dan anak.

"Sama Raka, 'kan?"

Kali ini, Valenzi terdiam sesaat. Setelahnya, dia menggeleng pelan. "Dia kerja, Ma."

Love To LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang