Chapter 4: Before the Limit

320 57 27
                                    

Disclaimer: Ansatsu Kyoushitsu hanya milik Yusei Matsui seorang, saya hanya meminjam karekternya saja :v Cerita ini? Tentunya ide dari otak saya!

~Don't like, don't read~

Happy Reading!

***

Author POV

"Pe-perkenalkan, a-aku Shiota Nagisa... Mohon bantuannya—akh!"

Nagisa kecil merintih pelan, lidahnya tergigit saat berbicara, membuat wajah yang sebelumnya telah gugup, semakin takut karena kecerobohannya, anak laki-laki itu mendongak dan mendapati seseorang didepannya tersenyum lebar.

"Jangan terlalu kaku! Aku Akabane Karma, sepuluh tahun. Salam kenal!" Ucap Karma dengan seringai khasnya, kemudian mengulurkan tangan sebagai bentuk perkenalan. "Karena orang tua kita berteman baik, kuharap kita juga, nee, Nagisa-kun!"

Mendengarnya, senyuman tipis merambat di wajah Nagisa. "A-aku juga, merasa senang, kuharap kita jadi teman baik..., Karma-kun."

'Walau ini hanya sementara, setidaknya aku bisa mengingat kenangan indah ini...' Gumam anak bersurai biru langit itu, senyumannya sedikit memudar saat membayangkan jalan yang dilalui dirinya dan Karma sangatlah berbeda.

Keluarga Shiota bukanlah pengusaha yang baik.

Karena pada malam hari, pekerjaan mereka adalah membunuh. Dengan itulah keluarga ini bisa hidup sampai sekarang.

'Dan aku, telah dididik untuk menjadi calon assassin berikutnya, bersiap untuk meneruskan kutukan ini di usia ke-20.'

Iris mercury dan aquamarine bertemu, senyum tulus dari keduanya.

'Setidaknya sampai saat itu, jadilah sahabatku, Karma.'

.
.
.

"KARMA!!"

Nagisa mendobrak pintu, menemukan Hiroto yang terduduk lemas di kursinya, menggenggam erat tangan kecil berbalut perban dari pasien yang tengah tertidur nyenyak.

"Oh, tidak..." Cicitnya pelan, hampir tidak dapat menahan berat tubuhnya lagi, terlalu khawatir dengan keadaan sahabat terbaiknya itu. "Kar...ma.."

Ini bahkan lebih buruk dari perkiraannya.

Akabane Hiroto menoleh, memperlihatkan wajah bengkak akibat menangis tak henti selama dua hari. Suaranya yang serak membangunkan anak kecil lain dari lamunannya, "...Karma, menangis setiap malam..."

'Nyuut—'

Tidak ada yang tau siapa dalang dibalik insiden ini, bahkan para polisi sudah melakukan yang terbaik, tapi inilah hasilnya.

Apa ini karena keserakahannya?

Membuat orang yang paling berharga baginya, menderita karena keinginan sepintas untuk sang pemeluk kegelapan?

Apa calon pembunuh sepertinya memang tidak bisa bahagia?

"Sebagai kakak, aku sudah gagal..." Ucap Hiroto pelan, mengeratkan pegangan pada adik kecil seolah tidak ingin ia pergi jauh lagi.

The Broken DollTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang