"Untuk tugasnya, kalian kerjakan dalam kelompok. Dalam satu kelompok boleh tiga sampai lima orang. Minggu depan kalian akan mempresentasikan hasil tugas kalian." Ucap bu Ati, guru sejarah kami.
Bel istirahat berbunyi. Dengan cepat kelas menyisakan aku, Seli, dan Ali.
"Ra, Seli, kantin?" Ali berdiri dari tempat duduknya dan menatap ke arah aku dan Seli.
"Ayo." Seli menatapku, aku mengangguk.
***
Kantin penuh dengan manusia-manusia yang hendak mengisi perutnya. Untung saja kami menemukan tempat untuk duduk.
"Kalian pesan apa?" Ali bertanya.
"Kayak biasa." Aku menjawab Ali. Seli mengangguk, "Kamu traktir ya, Li?"
Ali ber hmm pelan dan pergi memesan makanan. Tak lama kemudian Ali datang membawa nampan berisikan 3 mangkok bakso dan 3 gelas es teh.
"Terimakasih, Tuan Muda Ali." Ali melotot ke arahku, "Jangan memanggilku seperti itu, Ra." Aku mengangkat bahuku, aku tidak peduli.
"Sudahlah kalian berdua, kasihanilah aku yang tidak mempunyai pasangan disini." Seli tertawa kecil sambil menyendok baksonya ke mulut.
Aku melotot.
"Ra." Seli memanggil
"Apa?" Kini giliran aku yang menyendok bakso ke mulut.
"Kelompok untuk tugas sejarah nanti sudah fix kan kita bertiga?"
Aku mengangguk.
"Kapan kita akan mengerjakan tugasnya?"
Aku menghentikan kegiatan makanku dan berpikir sejenak.
"Bagaimana kalau besok sepulang sekolah? Hari ini kan Ali ada latihan basket." Aku menatap Ali, meminta kepastian jadwal latihan basket.
Ali mengangguk. Itu artinya memang ada latihan basket.
"Apa kalian akan menemaniku latihan?" Ali bertanya sambil mengunyah makanannya.
"Ya, itu sudah menjadi rutinitas kami, Ali." Jawabku.
"Jadi kita akan mengerjakan tugasnya besok. Di rumahmu ya, Ali?"
Belum saja Ali mengangguk, Seli sudah memutuskan akan mengerjakan tugas sejarah di rumah Ali besok. Benar-benar, dia yang bertanya, dia yang menjawab.
***
"AYO ALI! SEMANGAT!"
Seli berteriak di sampingku, menyemangati Ali yang sedang latihan basket. Huh, menyebalkan. Ditambah lagi dengan fans-fans Ali yang berteriak ketika Ali mencetak angka.
"Ayo, Ra. Kamu juga kasih semangat sama Ali." Seli mengayun-ayunkan tanganku.
Aku menatap tajam Seli. Seli dengan segera berhenti mengayun-ayunkan tanganku.
"Ayolah, Ra. Sekaliiii saja." Seli memohon padaku dengan jurus andalannya.
"T-I-D-A-K." Aku menolak dengan tegas.
Seli memanyunkan bibirnya dan kembali menyemangati Ali.
***
Keesokan harinya, di basement Ali.
"Kita mau membahas tentang apa, Ra?" Seli bertanya padaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
RaSeLi
Short StoryKisah tentang 3 sahabat yang juga merupakan petualang dunia pararel yang berasal dari klan yang berbeda. • • • • Sesering apapun aku bertengkar dan berbeda pendapat dengan sahabatku. Tetap saja, mereka sahabatku, aku menyayangi mereka. ~Raib~ Bahagi...