¦ 3 ¦

1.9K 320 26
                                    

"Keluar lo. Gue tau lo sembunyi disana." Pria berpakaian serba hitam itu mengacungkan katananya ke arah tempat Jeongin bersembunyi. Jeongin menelan ludah. Sial, ia semakin terlihat seksi di mata Jeongin. Hm, Jeongin tidak sabar untuk segera menggodanya.

"Keluar, atau gue tebas lo sekarang juga." Perintah kembali terdengar. Kali ini suara merdunya kian memberat.

"Okay okay, i'm out." Jeongin keluar dari persembunyiannya sambil mengangkat tangan. Pura-pura terancam.

Pria yang masih mengacungkan katananya itu, mengenali lelaki ini. Lelaki yang ia temui saat sedang melakukan misinya di rumah Ms. Kim. Pergerakannya cepat dan lincah, jelas lelaki ini sudah terlatih. Saat itu, pakaiannya tertutup. Kaus putih yang dibalut jaket bomber dan celana training hitam. Tapi sekarang, ia seperti melihat lelaki sewaan. Pakaiannya terlalu terbuka untuk ukuran seorang lelaki. Croptee merah muda yang ikut terangkat saat lelaki yang lebih pendek darinya itu mengangkat tangannya, membuat pinggang ramping dengan abs samarnya terlihat. Serta celana ketat hitam yang hanya sepanjang setengah paha. Ah, namun kali ini ia tidak membawa tongkat baseball ㅡsenjatanya. Karena keberadaannya tidak mengancam, maka pria itu menurunkan katananya.

"Gue cuma numpang lewat tadi. Gue kepo, dan ya.. Gue mampir kesini." Jeongin nyengir. Ia jujur kok.

"I didn't ask." Nada bicaranya sangat datar. Kemudian ia berbalik memunggungi Jeongin dan melangkah meninggalkannya menuju jendela. Agaknya pria ini ingin menghilang lagi, seperti pertemuan sebelumnya.

"Eh? W-wait!" Terlambat, lagi-lagi Jeongin terlambat. Pria itu sudah lebih dahulu lompat dari jendela, turun ke bawah, kemudian menghilang.

"Holyshit! I just want to know his name! Jutek banget sih jadi orang??" Jeongin memukul kaca yang ada disebelahnya. Geregetan.

"Well, gue harap takdir bisa nemuin gue sama dia lagi." Jeongin berbalik, mengambil jalan keluar yang normal dengan menuruni tangga. Sebenarnya, lompat ke bawah melalui jendela bukan perkara sulit untuk Jeongin, tapi ia sedang dalam mood yang tidak bagus. Langkahnya sebelum mencapai tangga tiba-tiba terhenti karena dirasa menginjak sesuatu. Bukan puing gedung yang ditimbulkan karena pertarungan tadi, bukan. Tapi sebuah emblem, tidak besar, hanya seukuran ibu jari dan terukir sebuah lambang ular di dalamnya.

"What the hell is this?" Jeongin menatap intens lambang itu, merasa seperti pernah melihatnya di suatu tempat. Emblem itu bisa jadi milik si pria berpakaian hitam, atau bisa juga milik salah satu komplotan yang menyerang pria itu. Banyak kemungkinan.

"Well, i will keep it. Mungkin Jiji tau sesuatu tentang ini." Jeongin mengantongi emblem itu dan bergegas pulang. Biarlah Jeongin kecil kita beristirahat. Masalah emblem yang ditemukannya, bisa belakangan.

Pagi harinya, Jeongin mendapati ponselnya bergetar, ada pesan masuk

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pagi harinya, Jeongin mendapati ponselnya bergetar, ada pesan masuk. Dilihatnya pesan itu yang ternyata dari sahabatnya, Jisung. Semalam, Jeongin memang bertanya kepada Jisung perihal emblem yang dia temukan dan Jisung baru membalasnya sekarang.

☆ inquisitione (seungmin x jeongin)Where stories live. Discover now