¦ 5 ¦

1.9K 287 116
                                    

Cuaca pagi ini sangat cerah. Kicauan burung-burung terdengar merdu. Hembusan anginpun terasa sangat sejuk. Seakan memberi semangat untuk kita semua menjalani hari. Namun, tidak untuk lelaki berumur 20 tahun ini. Perjalanan menggunakan mobil dari apartemen sampai ke rumah Jisung terasa seperti berada di kandang jangkrik. Krik banget. Padahal, biasanya Jeongin bawel.

"Je, plis lah jangan gini. Masa ngambeknya ke gue? Kan yang kabur si Seungmin." Keluh Jisung sambil membuka pintu rumahnya yang dua kali lipat jauh lebih besar dari ukuran tubuhnya. Jeongin masih diam dengan bibir yang maju satu sentimeter.

"Papa ntar marahin gue kalo liat lo kayak gini." Jeongin masih mengekori Jisung menuju ruang televisi ㅡmencari ayahnya.

"Pa, ada Jeje nih." Sang ayah yang sedang bersantai sambil meminum coklat panas, menyelesaikan puzzle, dan bermain tictactoe sontak menoleh ke arah Jisung berada. Ia seakan melihat aura kehitaman di belakang anak semata wayangnya. Itu Jeongin, yang terlihat sangat suram.

"Ah, Jeje! Lama gak ketemu, baby~" Ayah Jisung merentangkan tangannya, bermaksud untuk memeluk lelaki bersurai biru itu. Jeongin pun menghampiri dan langsung memeluknya.

"Om Han, aku mau cerita.." Jeongin menatap Om Han dengan tatapan sayu dan berkaca-kaca, persis seperti anak anjing. Om Han pun mengangguk, siap untuk mendengarkan cerita Jeongin.

"Aku tinggal ya, pa? Jejenya jangan di apa-apain." Jisung melambaikan tangan, pamit.

"Iya, Ji. Paling cuma papa nikahin. Kamu punya mama baru deh."

"Yeu, titit udah mengkerut, jangan macem-macem." Jisung pun meninggalkan mereka berdua. Jeongin yang sejak kemarin sudah kesal karena oknum bernama Kim Seungmin, mencurahkan semua kepada Om Han. Bercerita dari awal pertemuannya sampai kejadian yang membuatnya kesal kemarin.

"Je, kita cari waktu yang pas buat nemuin dia ya?"

"Gak. Aku mau ke markas Magnus sekarang juga. Jiji udah ngasih tau aku lokasinya." Jeongin melepas pelukan Om Han dan bangun dari posisi rebahannya.

"E-eh? Yaudah, kalo gitu om temenin ya?"

"Gausah om, Jeje bisa sendiri." Jeongin mengambil Steve dan bergegas pergi.

"Makasih Om Han, udah mau dengerin cerita Jeje! Bye!" Pria paruh baya itu menghela napas berat. Ia sangat tahu tipikal Jeongin, keras kepala. Percuma jika ia menahannya. Maka, dengan terburu-buru ia mengeluarkan ponsel pintarnya dan mencari kontak anak semata wayangnya.

"Halo? Ji, Jeje lagi otw ke markas Magnus."

"What theㅡ nghh ahh w-wait jin!"

"Ji? Do you hear me?"

"I-iya pa, aku dengㅡ nghhㅡ jin! Enough!"

"Han Jisung? Kamu masih disana?"

"Yes pa! Aku bakal nyusul Jeje. Papa tenang aja ya. Bye!" Sambungan telepon terputus setelahnya. Papa Han hanya bisa menggelengkan kepala.

"Dasar, anak jaman sekarang ngewe gak tau waktu."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
☆ inquisitione (seungmin x jeongin)Where stories live. Discover now