13. A Great Desire

2.2K 157 20
                                    


Hai hai !

Malam minggu ketemu lagi dengan Nayka Leona dengan cerita Mitha

Selamat membaca dan kali ini aku tetap masih senang membuat hubungan rumit antara Mitha dan Sena :) juga semakin panas hehe

Semoga suka part ini, teman-teman dan jangan lupa untuk vote, comment and follow.

I love you dears 

Mitha

Bagaimana bisa Sena menjebakku tadi malam, ia benar-benar memuakkan. Apa dia ingin membalas dendam karena aku tidur dengannya waktu itu. Apa dia mengira aku memanfaatkan kesempatan ketika dia mabuk berat dan menerima ajakannya untuk tidur.

Ia selalu mengataiku perempuan murahan, menganggapku peganggu, perusuh dan wanita angkuh. Apapun sebutan yang buruk keluar dari mulutnya untuk sekedar membenciku.

Kini aku termenung sejenak di kursi dekat jendela. Aku tidak percaya untuk mengingat bagaimana Sena menatapku dengan intens sambil menyisir rambutku.

Ingin sekali saja, aku diberi kekuatan untuk membaca isi kepalanya. Dan akan ku pakai di waktu dia menatapku dengan lembut seperti dia saat merapikan rambutku.

Untuk pertama kali dia menatapku tanpa kebencian, apakah aku akan seperti ini, memikirkan pria jahat itu hanya karena menyisir rambutku dengan jemarinya. Apakah perasaanku kembali lagi.

Kenapa sangat sulit melupakan pria ini?

Apakah aku sedang mendapatkan guna-guna?

Atau mungkin saja tante Elia melakukannya?

Aku bergidik ngeri membayangkan itu. Tidak mungkin keluarga White memiliki black magic.

"Apakah mereka keluarga penyihir?" aku menggigit jariku sendiri, mungkin saja mereka bagian dari Hogwarts

"Siapa penyihir?" tanya Megan mendekatiku, duduk bersebelahan denganku di kursi panjang yang sama menempel langsung ke jendela.

"Sena White." jawabku singkat.

"Apakah kau jatuh cinta lagi pada pria itu?" tanya Megan lagi, menelisik ke dalam tatapanku.

Aku menggeleng kepala, menyangkal perasaan itu.

"Kau terlihat seperti wanita jatuh cinta, Mitha." Megan menyentuh pipiku dan menjelaskan,"kedua pipimu kemerahan, terlihat jelas karena kau berkulit putih."

"Aku tidak mungkin jatuh cinta, Megan. Hanya saja aku pikir ini terlalu membosankan."

"Ceritakan padaku." Megan terlihat antusias sambil tersenyum, menungguku untuk bercerita.

"Aku jatuh cinta berulang-ulang kali dengan orang yang sama. Jatuh cinta padanya sejak umur kecil sekali, aku mengira itu hanya sekedar cinta monyet dan melupakannya seiring waktu karena mengenalnya hanya sekedar dari anak sahabat mamaku. Dan aku jatuh cinta lagi, tapi pada bocah yang sama, dalam bentuk tubuh lebih besar, saat umur tiga belas tahun, aku yakin sekali itu hanya rasa kagum. Tapi kekaguman itu semakin menjadi-jadi, aku seperti ingin lebih mengenalnya, mengetahui apa yang dia lakukan."

"Itu wajar." sela Megan dan memintaku melanjutkannya lagi.

"Dan aku ketahuan sangat jelas menyukainya karena selalu mengikutinya kemanapun sampai ia juga terang-terangan berkata ketus padaku untuk menjauhinya. Ia seolah tidak menyukaiku yang menempel dengannya. Dan sejak itu juga, aku mengetahui ada perjodohan di antara kami. Jelas dia tidak menyukai hal itu dan semakin membenciku. Semulanya, dia hanya anak lelaki pendiam tetapi ramah sekali, dia manis dan juga penolong. Karena itu, aku menyukainya tetapi keadaan berubah, ia selalu mencaciku, selalu memarahiku. Dia terlihat emosional denganku, tetapi tidak untuk orang lain. Aku seperti satu-satunya manusia yang ia benci."

MITHA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang