Bersekongkol Untuk Mengganggu

1.2K 159 3
                                    

Ditemani Ervin, gue sibuk memeriksa nota belanjaan gue, memastikan bahwa nggak ada satu pun bahan atau pun alat yang terlewat.

"Iya, ini udah semua kok, Mbak," kata gue ke pelayan toko tempat gue belanja. Gue sengaja belanja di toko grosir, karena harganya jauh lebih murah dibanding kalau beli di supermarket.

"Kalau gitu tinggal bayar aja ke kasir, biar belanjaannya saya packing," sahut pelayan itu sambil menunjuk ke arah kasir.

Gue berjalan menuju kasir. Beruntung gue hanya perlu mengantri dua orang pengunjung. Saat giliran gue, gue maju sambil menyerahkan dua lembar nota yang tadi diberikan oleh pelayan toko. "Bayar ini, Cik"

Perempuan paruh baya berparas oriental itu segera menghitung total tagihan gue. Setelahnya kami terlibat transaksi pembelian. Seorang pelayan laki-laki menghampiri gue mengatakan bahwa barang belanjaan gue sudah siap diangkut ke mobil. Ervin yang dari tadi berdiri di samping gue segera membantu pelayan tadi membawa barang-barang gue menuju mobilnya.

"Makasih untuk hari ini," ucap gue ke Ervin saat mobilnya berhenti di depan rumah gue.

"Nggak masalah, Lui."

Dari dalam rumah gue lihat Dave menghampiri kami yang baru keluar dari mobil. Dia terlihat sangat antusias begitu melihat Ervin. "Kak Ervin!"

"Hai, bro!" Mereka melakukan tos ala pria.

"Kalian habis dari mana?" tanya Dave.

"Kita habis belanja barang-barang kebutuhan gue buat besok," gue menyahut sambil membuka pintu bagasi.

Tanpa di suruh Dave ikut membantu membawa barang-barang gue yang cukup banyak itu. Bahkan Mama yang melihat pun ikutan membantu. Ya, keluarga gue sangat antusias begitu mendengar gue akan memulai usaha sendiri. Papa langsung memberi gue beberapa tips dan langkah-langkah yang harus gue kerjakan. Mendapat begitu banyak dukungan membuat gue merasa begitu semangat.

"Makasih banyak nak Ervin, udah banyak bantuin Lui," ujar Mama pada Ervin.

"Nggak masalah kok, Ma. Aku seneng bisa bantuin Lui," sahut Ervin. Gue bisa mendengar ketulusan dari suaranya.

Setelah selesai membongkar belanjaan gue tadi. Keluarga gue memaksa Ervin untuk tetap tinggal barang sebentar. Terutama Papa sama Dave yang merengek agar Ervin tak terburu-buru pulang. Jadilah, mereka berempat bercengkrama di ruang tengah, sementara gue sibuk di dapur memasak makan malam untuk mereka.

Gerakan gue yang tengah memotong sayur terhenti saat ponsel gue berdering. Dengan tangan kanan gue meraih ponsel dan langsung mengangkat panggilan itu begitu melihat Derry yang menghubungi gue.

"Hai, Der?"

"Lo lagi ngapain?"

"Lagi masak nih," jawab gue sambil mengapitkan ponsel di antara telinga dan bahu gue.

"Beralih ke vc aja ya," pinta Derry yang langsung gue setujui.

Gue memposisikan ponsel di depan gue. Di layar, terpampang jelas Derry yang tengah bersandar di sofa.

"Masak apa, Lu?"

Gue menunjukkan beberapa bahan masakan ke Derry. "Masak udang asam manis sama bikin green salad."

"Tanggung jawab! Gue jadi laper."

Gue terkekeh mendengar Derry menggerutu. Tak mengindahkan gerutuan Derry, gue melanjutkan memotong zucchini.

Chef LuiWhere stories live. Discover now