-EMPAT BELAS-

3.5K 355 2
                                    

"Bukan hari ini harusnya kau kembali.
Terlalu lama engkau menyadari.
Kar'na hari ini tak akan ada lagi.
Tersisa penyesalan dalam hatiku.
Selamanya."

-
🍃
-


Nadia mendorong trolley-nya dengan malas-malasan. Tara yang mengekor di belakangnya sibuk memilah spaghetti yang akan di masukkannya ke dalam belanjaan Nadia. Sesekali matanya membaca list barang yang perlu dibeli Nadia, wanita itu memang terlalu cuek dengan hidupnya sendiri.

"Ukuran 10 atau 11 sama aja, tetep bakal aku makan." Ujar Nadia konyol, menoleh ke belakang karena Tara masih sibuk membandingkan.

Tara mengabaikannya, ia kemudian mengambil beberapa bahan makanan dan ia masukkan ke trolley Nadia. Wanita yang lebih tinggi itu memutar bola matanya malas karena barang di trolley-nya hampir penuh.

"Udah, Ra. Banyak banget ini." Ucap Nadia ketika Tara masih juga mengambil beberapa bahan olahan.

"Stop complaining." Tara mendesis. "Kamu juga kenapa sih, nggak bisa makan makanan yang bener? Stok di kulkas kamu cuma bir dan vodka, buah hanya 5 biji, sayur nggak ada, daging atau ikan kosong. Kamu mau makan apa?"

"Delivery order kan bisa. Jajan bisa. Drive thru bisa. Take away bisa." Nadia masih saja ngeyel.

Tara berhenti di sampingnya, mengerucutkan bibirnya tanda ia mulai gemas dengan Nadia. "Boros. Mending masak sendiri aja."

"Males." Ucap Nadia yang kemudian langsung meninggalkan Tara di bagian bumbu.

"Aku masakin." Kata Tara melembut, ia sebenarnya tidak mau ngomel ke Nadia, cuma wanita itu terlalu keras kepala.

Nadia mengabaikannya, ia sudah berdiri di antrian kasir dan menoleh ke arah beberapa minuman beralkohol yang terletak agak jauh dari jangkauan jika tidak benar-benar melihatnya. Tara yang turut menoleh dan melihat apa yang dituju Nadia hanya menggelengkan kepalanya heran tetapi menahan Nadia yang hendak beranjak.

"No. That's enough." Ujar Tara yang membuat Nadia memutar bola matanya tepat di hadapannya. "Don't be so goddamn stubborn, Nad. You gotta think about yourself from now on. You're no longer young, kesehatan itu perlu dijaga. Kemarin kamu hampir kena gejala tifus, masih aja ngeyel."

"Can you stop giving me lecture in the middle of the day?" Nadia memutar bola matanya dengan perasaan konyol.

Setelah membayar, mereka pulang ke apartemen Nadia. Tara sedari tadi sibuk menata bahan-bahan makanan itu ke dalam kulkas dan Nadia hanya bersandar di konter dapur sembari melihat Tara.

Tara tidak keberatan karena itu kebiasaan mereka sedari dulu. Urusan dapur adalah urusan Tara, Nadia hanya perlu membeli bahan dan barang yang mereka butuhkan.

"Tara, stop." Ucap Nadia, dari suaranya terdengar sangat tegas namun Tara mengabaikannya. "Just fucking stop, goddamn it!"

Secepat kilat Tara menoleh. "Kamu kenapa teriak-teriak, sih?"

"When I say stop, that means stop." Terang Nadia yang kini raut wajahnya berubah galak. "Stop from whatever you're doing to me."

"Maksud kamu?" Kening Tara berkerut, ia menghentikan aktivitasnya dan menatap Nadia dengan bingung.

"I can't do this anymore, Tara." Nadia menghela nafas berat. "Dan kamu nggak bisa terus-terusan bersikap seperti ini."

Kerutan di kening Tara semakin dalam. "Sikap apa? Gimana? Care to elaborate?"

"Ya kayak gini, exactly like this." Tangan Nadia memberikan gestur tentang mereka. "Berhenti bersikap kalau kita masih kayak dulu, Ra. Aku cuma teman kamu sekarang dan sikap kamu ke aku itu sudah melebihi batas seorang teman kepada temannya yang lain."

Tara langsung menangkap maksud Nadia, wajahnya berubah sedih, ia menunduk. "Nad, please."

"No." Nadia menolak dengan cepat dan tegas. "Kamu nggak bisa seenaknya kayak gini sama aku, perhatian yang berlebihan kayak kita masih pacaran. Jangan bersikap kayak kamu ngasih harapan ke aku karena aku tahu, at the end of the day bukan aku rumah yang akan kamu tuju."

"Aku nggak bermaksud kayak gitu ke kamu, Nad. I swear aku tulus cuma mau bantu kamu merubah pola hidup kamu biar nggak asal-asalan lagi. Hampir tiga bulan ini aku melihat kamu terlalu menyepelekan hidup dan tubuh kamu. Aku nggak mau kamu kenapa-napa apalagi kamu punya riwayat sakit tifus." Tara berjalan mendekat, berdiri terpaut dua meter dari Nadia.

"Ya dengan sikap kamu yang kayak gitu ke aku membuat aku merasa kamu ngasih harapan ke aku. Orang bodoh juga ngerti kalau dikasih perhatian terus-menerus nanti jadinya apa." Nadia menatap lekat mata Tara.

"Aku cuma pengen ada di hidup kamu lagi, Nad. Aku sudah melewatkan dua tahun tanpa sekalipun tahu kabarmu." Suara Tara bergetar. "I really missed my Boo."

"Everything has changed, Tara, and you know why."

"I know and I'm sorry. I'm really sorry. I really am." Tara mulai terisak. "Kalau boleh waktu diulang, aku nggak bakal bilang itu ke kamu."

"Tapi sayangnya waktu nggak bisa diputar ulang." Sahut Nadia dengan sorot mata yang dingin. "Dan hal itu yang merubah aku jadi kayak sekarang. No, I didn't blame you for what you've done. I blame myself every single day after that day, that's why I'm not who I was. Just please stop, let me live my own life."

"I'm sorry." Tara maju selangkah lagi.

Nadia menghela nafasnya. "Stop apologizing." Ia kemudian memeluk Tara dan membiarkan mantan kekasihnya itu menangis di pelukannya. "I just want you to be happy, you know? Dan kalau laki-laki itu yang bisa bikin kamu bahagia, aku bisa apa? Aku nggak mau merusak hubungan kalian, dan aku tahu aku bukan tempat dimana kamu akan pulang."

Tara masih menangis sesenggukan. Dia ingin mengejar Nadia, tapi semakin hari Nadia semakin menjauh. Apa karena dia masih berstatus pacar Adam? Apa dia harus memutuskan hubungannya dengan Adam sebelum ia mengejar Nadia?

Tara melepaskan pelukannya, menatap Nadia yang memberinya sorot mata kesedihan. "Just for the last time if you really want me to leave."

"Apa?" Suara Nadia terdengar parau, seperti menahan tangis.

"Look into my eyes and tell me you don't love me anymore." Ucap Tara tegas.

Mulut Nadia terbuka lalu kemudian tertutup, Tara masih menunggunya dengan sabar karena ia tahu Nadia tidak akan pernah bisa berhenti mencintainya.

Nadia menatap manik hitam Tara. "I do love you, but I'm not in love with you anymore and I can't be with you."

Dan hati Tara patah seketika.

Tara mengangguk, air matanya kembali turun dengan deras, merasakan hatinya remuk redam setelah Nadia berkata demikian. Ia tahu ini salahnya. Dan ia sadar selama ia bersama dengan Nadia, hanya wanita itu yang mampu membuatnya bahagia.

Dan ia bersumpah kepada semesta, ia akan melakukan segala cara untuk mendapatkan Nadia kembali ke dalam pelukannya.

🌹

Running After You (gxg) (completed)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora