[19] MIMPI KELEWAT NYATA

682 172 14
                                    

Happy weekend, gaes.

Vote dulu yesss.

*******************

Aku bisa tidur nyenyak malam itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku bisa tidur nyenyak malam itu. Perjalanan pulang dengan lari dari Gapyeong benar-benar membuatku lelah. Begitu bangun, keadaan tubuhku sangat prima. Aku merenggangkan badan penuh rileks. Senang memulai hari dengan napas yang teratur.

Tenggorokanku tidak lagi kering. Aku bangun lebih awal dibandingkan Eomma atau Jiho. Dengan santai, aku membuka pintu lemari, mengeluarkan kotak kimchi dan menuangkan sedikitnya tiga jenis. Kimchi daun bawang, kimchi lobak, dan kimchi mentimun menjadi lauk sarapanku. Aku menggoreng satu telur mata sapi dan makan nasi sisa semalam. Lidahku masih hambar, tetapi setidaknya aku harus isi perut lebih dahulu. Lalu aku memanggang dua lembar roti tawar yang dicelupkan ke telur kocok lebih dahulu. Tanganku cukup terampil membuat sandwich sederhana berlapis selembar keju dan sosis yang kuiris tipis-tipis.  Sandwich itu diiris menjadi dua potong berbentuk segitiga untuk bekal makan siang nanti.

Suara kesibukan di dapur menyebabkan Eomma terbangun. Wanita itu menguap lebar-lebar, kontras denganku yang senang. Wajah lelahnya sangat terlihat. Appa tidak akan berubah. Masih mendengkur keras seperti biasa. Hari-hari mereka masih berjalan tetap. Saling membenci, tetapi saling mengandalkan satu sama lain.

"Pagi, Eomma," sapaku dengan pipi menggelembung. Aku menyuap satu telur mata sapi utuh. Tekstur kuning telur yang mentah seharusnya membuatku mual. Aku termasuk orang yang tidak suka telur mentah. Anehnya hari ini aku baik-baik saja berkat lidah mati rasa.  Jadi aku sering kehilangan nafsu makan. Namun, aku harus terlihat makan.

Kini aku berempati dengan Sunghoon. Dia banyak makan supaya terlihat sangat manusia.

"Seharusnya kau siapkan makan untuk orang rumah sekalian." Eomma duduk di depanku, sengaja mencuri seteguk kopi instan yang kubuat untuk diriku sendiri. "Kenapa harus makan sendiri?"

"Kukira kalian akan bangun pukul delapan nanti." Aku sulit menyembunyikan cibiranku.

"Eomma harus ke pasar pagi ini. Namun, masih saja terlambat."

Eomma merenggangkan badan, lalu pergi ke kamar mandi untuk mandi. Aku kembali dengan aktivitasku sendiri. Usai cuci piring, aku bersiap-siap untuk ke sekolah. Waktuku masih panjang. Aku menunggu yang lain terbangun. Selagi suara ribut muncul, dimulai dari omelan Eomma ke Appa yang malas bangun, berteriak kesal karena Jiho memanggil minta dicarikan kaos kaki warna hitam bergaris putih satu. Eomma makin mengamuk atas ketidakbecusan para laki-laki di rumah. Saat aku menenteng sepatu diam-diam keluar dari kamar, gerutuan Eomma belum usai.

Di bawah cahaya matahari yang terbit sepenggal di atas kepala, aku menatap telapak tanganku. Aku membolak-balikkan mimpi. Kukira semalam cuma mimpi. Es serut lezat, terowongan gelap, donor darah, dan memanjat gedung. Lintasan kenangan tidak urut itu masih sangat jelas. Kemudian aku teringat mata merah yang sangat dekat dalam bus. Aku menggelengkan kepala, berusaha mengenyahkan mimpi aneh itu. Lalu aku sadar semuanya bukan mimpi. Aku sungguh naik punggung Sunghoon dan nyaris ketahuan Eomma, menilik sepatu di kolong ranjang.

✔ 𝘾𝙝𝙤𝙤𝙨𝙚 𝙤𝙧 𝘾𝙝𝙤𝙨𝙚𝙣 [PARK SUNGHOON ENHYPEN]Where stories live. Discover now