[21] PUSAT KEGELAPAN

639 167 17
                                    

Vote jangan sampe ketinggalan.

************

Sunghoon mengalungkan lengan panjangnya ke leherku, sengaja memastikan aku tidak kabur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sunghoon mengalungkan lengan panjangnya ke leherku, sengaja memastikan aku tidak kabur. Dia menggiringku naik bus hijau yang datang tepat waktu setiap pukul delapan malam. Walau aku bersikeras melepaskan diri, kekuatannya melampau di atasku. Dia lebih kuat. Aku terpaksa ikut naik akibat dorongan kuatnya. Begitu mendapatkan tempat duduk di barisan tengah, dia melepaskan rangkulannya.

Aku cemberut. Pemuda itu menculikku semaunya. Lantas Sunghoon mengeluarkan ponsel untuk main game simulasi. Dengan situasi yang ramai penumpang, mustahil membicarakan masalah pribadi. Jadi aku mengeluarkan earphone nirkabel. Aku mendengarkan musik favoritku, tetapi salah satu earphone dicuri oleh Sunghoon. Dia ikut mendengar musik lagu tanpa mengomentari selera musikku.

Arah bus masih sama saat menuju Gapyeong kemarin. Perlahan jumlah penumpang mulai berkurang, hingga hanya ada kami berdua. Sunghoon tidak menggubris kerusakan otot okulisnya kala main game, padahal cahaya sudah meredup total.

Tepat pada terowongan gelap itu, aku menyadari jalanan yang turun ke bawah. Apakah ini perasaanku saja jika kami menembus bawah tanah? Entahlah. Namun, suasana di sini jauh lebih ramai dibandingkan akhir pekan. Lebih ramai dari jalan Hongdae.

Banyak orang menukar darah dengan segepok uang. Mereka tertidur di ranjang dengan mesin menyedot berkapasitas 500 milimeter per kantong.

Kami terus melaju jauh. Rupanya terowongan itu memiliki banyak jalan cabang. Aku tidak ingat arah ke Gapyeong, tetapi bus sepertinya berbelok ke kiri dan perjalanan lebih singkat, hanya sepuluh menit.

"Kenapa kita harus masuk naik kendaraan? Bukankah lebih cepat berlari?" tanyaku.

"Bus adalah pintu akses termudah menuju komunitas kegelapan. Penjaga tidak akan murah hati membukakan pintu jika kita tidak naik bus. Ada jam tetapnya. Namun, kalau kita keluar, dengan senang hati diizinkan. Asal punya surat keterangan jaga rahasia."

"Sukar dimengerti!"

"Kau akan tahu sebentar lagi." Sunghoon tersenyum miring.

"Lalu, mereka yang menjual darah tadi, kenapa tidak ada bilik sterilisasi? Amankah darah mereka bila kita minum?"

"Dulu orang tidak berpikir darah manusia mengandung penyakit apa saja. Haus tinggal minum."

"Dan bagaimana kalian mendapatkan uang jika darah saja mahal dijual?"

Ganjalan di hatiku masih besar. Ada banyak rumah sakit kesulitan mencari darah di PMI. Namun, betapa mudah menemukan puluhan orang berbaring menjual darah di sini.

"Aigo, humanis sekali dirimu." Komentar Sunghoon penuh pujian, tetapi aku menganggapnya sebagai ejekan berkat senyuman miring Sunghoon.

"Kau tidak akan berpikir seperti itu lagi jika haus, Yuri-ya."

✔ 𝘾𝙝𝙤𝙤𝙨𝙚 𝙤𝙧 𝘾𝙝𝙤𝙨𝙚𝙣 [PARK SUNGHOON ENHYPEN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang