satu

1.4K 111 0
                                    

*percakapan di telepon*

"sampai kapan kamu disana sudah saatnya kamu pulang dan bersekolah disini ayah merindukanmu ayah ingin kamu yang meneruskan bisnis ini Rosé pulanglah, nak" (nada bicara merendah)

"kenapa ayah bilang begitu sekarang semuanya sudah terlambat, ayah sendiri kan yang memintaku untuk tinggal disini ketika aku sudah menemukan kebahagiaanku disini ayah ingin mengambilnya kembali begitu?? cih!!" (nada bicara keras)

"sayang, ayah tidak bermaksud begitu ayah hanya ingin kamu selalu ada di dekat ayah karena kamu tau ayah sudah tidaklah muda nak, kamu boleh marah pada ayah tapi kamu juga harus ingat pesan dari ibumu bahwa kita harus saling menjaga satu sama lain ayah hanya punya kamu begitupun kamu, tolong pulanglah sayang"

*tidak ada jawaban dari Rosé*

dalam batin dia berkata "ah dia mulai membahas ibu lagi aku malas mendengar ocehannya"

"nak kamu masih mendengar ayah?", "lalu kapan ayah belikan aku tiket pulang?" (sambil memutarkan bola matanya)

(raut wajah senang) "kamu tenang saja disana biar asisten ayah yang mengurus semuanya, 4 hari lagi kamu sudah ada disini bersama ayah" 

*telepon di tutup tiba-tiba oleh Rosé*

"nak?"(menggeleng kepala sambil tersenyum kecil) sama saja kelakuan anak ini dari dulu, tapi setidaknya ayah akan bertemu kamu secepatnya, batinnya.

ROSÉ POV

sebenarnya aku juga merindukannya namun dia sendiri yang membuatku menjadi seperti ini, sekedar menengokku disini pun dia tak ada waktu rasanya aku sudah terbiasa untuk hidup dengan kesendirian ....tak lama pipiku basah iya aku merindukan sosok ibu yang dulu selalu ada disampingku selalu mengajarkanku setiap hal dia selalu menghiburku disaat aku sedih memelukku setiap kali aku bagun dan akan tidur aku merindukan segala tentangnya rasanya seperti mimpi jika dia telah pergi untuk selama-lamanya, masih terasa sakit sampai sekarang....kuusap air mataku karena aku rasa ada yang ingin menghampiriku.

(dia menepuk pundak dan duduk disampingku) "hey aku cari daritadi ternyata disini, kau kenapa rosie??" ya dia adalah jennie kim perempuan bermata kucing yang sudah kuanggap seperti kakakku sendiri karena usia kita yang terpaut satu tahun, kita tinggal di satu asrama sejak kepindahanku dari Seoul ke Melbourne kurasa dia adalah perempuan tersabar kedua setelah ibuku dalam hal menghadapi kelakuanku ini. "kau menangis lagi?? aku bosan melihatnya"(dia memelukku), "aku menangis karena kita akan berpisah bodoh!!"seruku, (dia melepaskan pelukan)"maksudmu apa rosie?"(menatapku sambil berkaca-kaca) sebenarnya aku tak tega memberitahunya tapi aku tak ingin dia mengkhawatirkanku saat aku pergi nanti, "aku menyayangimu unnie maaf jika selama ini aku selalu merepotkanmu...ayah menyuruhku untuk pulang dan melanjutkan hidupku disana", "kenapa tidak menunggumu lulus dari sini dulu? kenapa harus sekarang?!!" tanyanya sambil menahan air mata aku tak kuasa melihatnya kupeluk tubuh mungilnya dan berbisik "aku tak apa jangan mencemaskanku tahun depan kau akan wisuda kan? kau bisa menemuiku nanti...kita akan bertemu lagi unnie" jawabku tersenyum lebar namun setelah itu tangis perpisahan pecah dan tidak bisa dibendung lagi

pov end-

...



BERTAUTWhere stories live. Discover now