10 - Phobia Ketinggian

42 23 43
                                    

Happy reading 🫶🏻


"Cie yang udah baikkan." Goda Nica.

"Hehe iya, makanannya mana?"

"Nunggu kelamaan. Nanti di anter." Ucap Kamaya.

"Ngga seru lu Bell, bawa cowok. Gue kan iri!" Sambung Kamaya dengan nada kesalnya.

"Suruh aja Rendy kesini, nemenin lo."

"Oh iya juga ya. Oke deh." Maya mengambil ponsel dari dalam tasnya. Berniat mengajak pacarnya juga.

"Sialan lo pada! Gue gimana dong?"

"Ya nasib." Ejek Kamaya pada Nica.

"Lo sendiri doang?" Tanya Nica, pertanyaannya tertuju pada Taehyung.

"Ngga. Bareng Jeno sama Jaeden, lagi pada nyari jagung bakar."

"Oh."

Tak lama kemudian 2 sosok yang tadi dibicarakan menghampiri meja mereka.

"Rame banget." Ucap Jeno sambil memegang jagung bakar ditangannya.

"Kuburan noh sepi." Ucap Kamaya.

"Kata siapa sepi? Kuburan tuh sebenernya rame--"

"Rame karena tempat ngumpulnya para kaum rebahan, mana gitu orangnya introvert semua." Sahut Jae yang memotong pembicaraan Jeno.

Nica melerai perdebatan ketiga remaja itu. Lalu tak berselang lama makanan yang mereka pesan pun sampai. Nica, Maya, dan Bella mereka menyantap pesanan mereka masing-masing. Jeno, lelaki itu menatap iri pada Nica, Bella, dan Kamaya yang memamerkan makanannya. Jaeden, ia malah iri dengan Taehyung yang tidak minta pun, si Bella dengan peka menyuapinya beberapa tusuk sate sambil sesekali bercanda.

Mereka sudah selesai dengan acara makan malam mereka. Mereka pergi meninggalkan tempat tersebut setelah membayar, lalu pas sekali Kamaya bertemu Rendy yang sepertinya baru ingin menghampirinya. Kini mereka bertujuh sepakat setelah ini akan kemana.

"Wih ada pasar malem. Kesana kuy." Ajak Maya. Mereka menurutinya pergi ke pasar malam dekat alun-alun.

➖➖➖➖➖➖➖



"Mau ngapain dulu nih?" Tanya Bella.

"Naik itu, gimana?" Ucap Nica sambil menunjuk ke arah bianglala.

"Ayo aja."  Mereka menuju kasir untuk membeli tiket.

"Ini satu kandang naik semua?" Tanya Jeno.

"Mata mu! Mau mati lo? Tempatnya kecil gini." Sentak Kamaya geram.

"Becanda doang kali, marah mulu." Maya menatap Jeno malas. Mereka membuat keputusan, tiap sangkar berisi masing-masing di isi 2 orang. Bella dengan Taehyung, Nica dengan Jaeden, Kamaya dengan Rendy, dan...Jeno?

"Lu pada sengaja banget dah! Terus gua sama siapa?" Keluh Jeno.

"Sama menumpang lain aja boleh kok, kak."

"Sama masnya aja gimana?" Gurau Jeno. Sontak keenam teman lainnya menatap Jeno.

"BERCANDA JANCOK, PADA SERIUS AMAT!"

"Kirain. Buru dah."

Wahana itu mulai berputar pelan, lalu perlahan mulai berputar cepat. Sangkar yang ditempati Taehyung dan Bella berhenti tepat di tengah atas. Mereka berdua berpegangan pada jeruji besi ketika sangkar mereka bergoyang tak seimbang.

Sedangkan di sangkar yang di tempati Nica dan Jaeden tampak hening walaupun sangkar mereka sempat bergoyang pula. Keduanya tidak minat untuk memulai obrolan, walau hanya satu kalimat pun. Putaran ketiga sangkar mereka berhenti dipaling atas, sama seperti posisi sangkar Bella dan Taehyung tadi. Nica menatap kebawah dengan raut wajah cemas. Ia berusaha untuk mengontrol respon tubuhnya, terutama kaki dan tangannya. Kakinya terasa lemas, mungkin kalau sekarang Nica sedang berdiri, ia akan jatuh karena kakinya tak mampu menopang tubuhnya. Nica pobhia pada ketinggian. Terakhir kali ia naik wahana ini saat Ia masih berusia 7 Tahun, saat berlibur ke Osaka, Jepang. Walau yang dipasar malam tidak setinggi bianglala yang ia naiki di jepang, tapi tetap saja.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 10, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Takkan Pernah Usai • Kim Taehyung Where stories live. Discover now