48

26.4K 4K 2.4K
                                    

Harum dari tanah dan rerumputan basah bekas hujan semalam samar-samar tercium ketika Sky baru saja membuka. Ia mengumpulkan tenaga sejenak kemudian pergi membuka jendela berbingkai putih yang menempel erat di dinding kayu. Matahari masih malu-malu mengintip di ujung sana, membiaskan cahaya jingga di langit desa Marken.

Udara segar lekas menyapa, angin kecil menggoyangkan dedaunan pohon, melambai-lambai indah menyampaikan semangat dan harapan baru padanya.

Bibirnya mengulas senyum saat melihat seorang wanita muda sedang menyapu halaman. Ia perhatikan tiap gerakan yang membuat jantungnya berdetak lebih kencang. Saat menyadari sedang diperhatikan seseorang, wanita itu menoleh, menatapnya ketus kemudian berpaling.

"Hahaha." Ia tertawa lirih merespon sikap yang tertuju padanya.

Sky menyugar asal rambutnya kemudian pergi ke kamar mandi. Ia segera membersihkan badan, berganti pakaian dan turun ke bawah. Amarta terlihat sibuk dengan Rio di ruang tengah.

"Hallo, Sky. Goedemorgen," sapa Amarta ketika bertemu Sky di pijakan terakhir anak tangga. Wanita itu sudah berpakaian rapi dengan sebuah tas menggantung di lengannya.

"Anda mau pergi, Madam?" tanya Sky.

"Ya. Aku harus mengambil beberapa keperluan pesta di Volendam. Kata Rio, kamu tidak jadi ke sana. Benar?"

"Yes, Madam. Sepertinya saya suka dengan desa ini, jadi saya akan jalan-jalan di sini saja."

"Maafkan aku, Sky. Aku harus mengajak Rio pergi. Dia tidak bisa menemanimu.

"It's Ok, Madam. Saya bisa jalan-jalan sendiri," jawab Sky.

Amarta terlihat segan. Ia berpikir sejenak, kemudian melihat Salju yang baru masuk.

"Salju!" panggil Amarta membuat Salju berhenti.

"Ya?"

"Kamu bisa antar Sky keliling desa. Dia ingin jalan-jalan, tapi Rio harus kuajak ke Volendam."

Sky memicing dengan senyum jahil.

"Nee!" tolak Salju. "Ik ben bezig," labjutnya yang menegaskan jika dia sibuk.

"Lieg niet, Salju. Kamu punya banyak waktu. Ini bukan akhir pekan. Pegawaimu tidak akan kerepotan."

"Iya, Salju. Temani Sky dan Haris. Mereka bisa tersesat di sini," imbuh Rio.

"Di desa ini penduduknya nggak sampai dua ribu, akan mudah mencari dia kalau hilang."

"Saljuuu." Amarta memperingatkan Salju dan hal itu berhasil mengubah keputusan wanita tersebut.

"Ya. Aku akan antar dia," sahut Salju sambil melenggang pergi.

Sky menahan senyumnya agar tidak terlalu menunjukkan kegirangannya.

"Aku pergi dulu, ya! Kamu bisa sarapan dan lakukan sesukamu," ujar Amarta.

"Ya, Madam. Hati-hati di jalan."

"Sorry, ya, Sky. Aku harus tinggal," ucap Rio juga.

"Nggak apa. Pergilah."

Sky mengantar kepergian Rio dan Amarta. Setelah memastikan kedua orang itu pergi, ia beranjak ke belakang menyusul Salju.

Beberapa menu masakan sudah terhidang di atas meja makan. Wanita yang dicarinya sedang mencuci piring. Ia tak lekas mendekat, hanya bersandar di kusen pintu seraya melipat tangan di dada.

Salju terlihat sedang mencari-cari sesuatu ke kanan dan kiri seraya tangannya terus menggosok piring-piring kotor. Sesekali lengannya ia gunakan untuk menyibakkan rambut panjangnya yang mengganggu.

Sanskara Sky [END]Where stories live. Discover now