22 - Insiden di SMA Kencana

392 49 4
                                    

Selamat membaca teman-teman💓

*****

"SUDAH SIAP SEMUA, 'KAN?"

Suara Ghesya yang lantang meninstruksi para siswi yang akan ikut dalam pembukaan acara ini. Semuanya berkumpul di bawah tenda yang disediakan dibalik panggung. Ekskul menari, menyanyi, puisi dan alat musik akan memberikan penampilan mereka pagi ini. Ghesya yang ditugaskan sebagai ketua dalam acara pembukaan ini benar-benar harus memberikan penampilan terbaik. Maka dari itu, ia terlihat serius dalam memperhatikan siswa lainnya.

Ghesya pun sudah sangat cantik dalam penampilan sederhananya. Cewek itu terlihat elegan seperti para musikus aslinya. Ia menyentuh dadanya pelan, rasa gugup itu pasti ada. Walaupun Ghesya yakin ia akan memberikan yang terbaik.

Teman satu kelas Javas yaitu Naomi, akan membacakan puisinya setelah penampilan Ghesya nanti. Naomi yang duduk lima langkah dari Ghesya hanya menatapnya datar. Ghesya sama sekali tak perduli. Itu juga bukan urusannya.

"Sya, bentar lagi lo tampil," ujar Popon, teman ekskul Ghesya.

"Thanks," Ghesya sekali lagi merapikan pakaiannya. Ia menarik napas dalam dan menghembuskannya. Saat MC menyebutkan nama Ghesya, seketika jantungnya semakin tak karuan. Ini adalah pertama kali Ghesya tampil dihadapan public menggunakan piano.

Yang pertama Ghesya lihat adalah orang yang sangat banyak. Semua guru dan tamu duduk rapih. Sementara siswa lain banyak yang berdiri dan memberikan tepuk tangan untuk Ghesya. Sebelum duduk di bangku yang disediakan, Ghesya memberikan salam hormat pada semua orang. Kalau Ghesya tak salah lihat, di pojok ada lima laki-laki yang membawa banner bergambarkan fotonya dan tulisan besar 'Pacarku Idamanku'. Ghesya terkekeh kecil. Sudah tahu bukan siapa yang membuat banner itu?

Sementara Javas, cowok itu berdiri di samping Chairul. Matanya sesekali melirik Chairul yang tampak gelisah. Javas penasaran, apa yang laki-laki ini cemaskan.

"Lo kenapa?" tanya Javas tanpa menoleh.

"Gue kenapa emang?" tanya Chairul balik.

Javas terkekeh. "Lo takut?"

"Takut kenapa? Gue nggak punya masalah apapun," jawab Chairul mencoba tenang.

"Lo kan ketua OSIS, ngapain berdiri di sini? Seharusnya, lo duduk dekat kepala sekolah, tuh," ucap Javas. "Atau, lo nunggu sesuatu?"

"Kenapa lo ribet banget sama urusan orang, sih!" kesal Chairul.

Javas tersenyum miring.

-Flashback on-

"J-javas ..." ucap laki-laki itu gugup.

"LO?" ucap Javas dengan suara kencang. "Lo yang ..."

Seorang perempuan sembari menghapus air matanya keluar dari ruangan itu. Ia terkejut saat melihat Javas berada di sana. Segera ia merapikan rambutnya yang sedikit acak-acakan. Wajahnya pun sudah kembali tenang agar Javas tidak mencurigakan apapun.

"Naomi?"

"J-javas lo ... lo salah paham ..."

GHEVASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang