[27]°Epilog!───End.

19 21 28
                                    

┌─────────────────────┐

-ˋˏ Saat Akhir menjemput tidak ada yang bisa kau lakukan, selain berbaur dengannya.ˎˊ-

└─────────────────────┘
...


Apa yang orang ilustrasikan tentang kematian? Ratusan kenangan berkelebat seperti daun musim gugur yang tertiup angin, mengelilingi jiwamu yang perlahan menjauh dari raga, melepas dunia sebagai tempat tinggal yang pernah kau singgahi.

Jalan yang pernah kau lalui, masa yang pernah kau hidupi, manusia yang pernah kau temui, janji yang pernah kau ucap, berkelebat dibalik kelopak mata yang tertutup. Menggantikan kegelapan ketika kita mencoba menutupnya. Mengingat semua kenangan.

Senyuman yang pernah kau lukis, sakit yang pernah kau ukir, air mata yang pernah menetes, semua itu menjadi ingatan yang mengalir dan menjadi sebuah sungai yang harus dilalui. Membatasi kita antara dunia ruang dan waktu, menuju dunia baru yang akan kita tinggali selanjutnya.

Hanya saja, aku tidak melihat semua itu.

Disekelilingku gelap dan hampa. Memang gelap, tapi rasanya aku bisa melihat banyak hal sekaligus. Lalu, kusadari aku sudah menjadi bagian dari kegelapan ini. Nafasku tercekat-lalu aku sadar aku memang sudah tidak membutuhkannya.

Aku bisa mendengarnya. Mendengar semua kisah hidupku yang seharusnya. Kisah hidupku yang tidak pernah aku ingat. Ketika aku hanyalah bakal janin mati yang melayang - layang tanpa raga. Masa penantianku didalam kandungan, bagaimana berita kelahiranku yang memgguncang makhluk non manusia dengan senyuman dan tangis bahagia dan bagaimana Isis juga Orisis menyamar menjadi orang tuaku.

Aku mendengar suara Micell., candaan - candaan dan pertengkaran yang terukir setiap harinya.
Lalu aku mendengar suara Feli. Suaranya saat bernyanyi, juga isak tangisnya saat ia memelukku untuk terakhir kalinya. Ya, terakhir kalinya.

Satu hal yang paling teringat jelas adalah, senyum Al. Senyum seseorang yang berbagi raga denganku.

Aku sudah mati namun, rasanya baik - baik saja. Aku tidak marah, kecewa, atau berharap lebih akan kehidupan singkatku.

Kehidupan singkat ini jauh lebih berarti karena aku menghentikan ledakan antara dua Phoenix yang seharusnya tidak berbagi jiwa. Bukan dengan cara elite dan keren seperti personel Avangers tapi dengan caraku sendiri.

Kemampuan yang kumiliki memang tidak terhitung keren seperti terbang ataupun mengeluarkan api. Kemampuan yang kumiliki adalah memikirkan semua yang hidup di duniaku, dan membiarkan mereka hidup lebih lama. Selama ini aku bertanya - tanya bagaimana kehidupan ketika mendekati akhir, dan kini aku tahu.

Aku akan meminta sebutan keren untukku karena aku pantas mendapatkannya. Mungkin tidak akan ada yang mau percaya ataupun mendengarkanku, karena yang kulakukan hanyalah mati. Namun, aku akan berbicara dengan lantang bahwa aku adalah pahlawan. Walaupun aku hanyalah jiwa yang seharusnya tidak terlahir, aku tetaplah pahlawan. Aku akan berteriak, memberi tahu semua orang bahwa aku adalah alasan manusia tetap hidup di dunia sana.

Maka, kucoba berteiak pada kegelapan.

"Apapun yang dikatakan orang lain tentangku, bocah nakal, gadis bengis, anak bodoh,pembunuh, atau apapun itu, nyatanya aku adalah pahlawan"

Semua kisah pahlawan bermula dari kehidupan manusia biasa yang diguncang tragedi dan diakhiri dengan kekuatan yang ia gunakan untuk membangun apa yang telah dilahap oleh guncangan itu.

Semua kisah pahlawan adalah tentang kekuatan. Bukan dari kekuatan ajaib, ataupun teknologi, tapi berasal dari keinginannya menyelamatkan orang lain. Semua pahlawan sama bodohnya denganku, karena jika mereka pintar mereka akan menggunakan kekuatan itu untuk keuntungan mereka. Syukurlah aku bodoh, karena semua hal biasa pada diriku ditebus dengan kekuatan untuk menyayangi orang. Dan sebagai gantinya, mukaku aku akan dipajang di museum alam sarfa. Eh-?

"Kau tahu? Suatu hari nanti akan ada sejarawan yang menulis cerita bagaimana cara menghentikan ledakan dua jiwa phoenix yang hidup dalam satu waktu. Yaitu dengan menggunakan seorang gadis yang seharusnya tidak hidup lalu tiba - tiba diizinkan hidup kembali, dan memintanya untuk mati lagi karena itu adalah takdir yang tidak bisa disimpangi. Dan aku, adalah gadis yang melakukan itu. Aku adalah gadis yang menghentikan ledakan dua jiwa phoenix yang tinggal dalam satu waktu"

Aku bicara, bicara dan bicara pada kegelapan. Dan ia mendengarkan. Ia menarik tanganku, membantuku melangkah menuju jalanan panjang tepat didepanku, menunggu untuk dipijak.

"aku tahu" katanya.

Aku tersenyum.

Selamat tinggal. Kuharap kalian mendapat akhir bahagia sama sepertiku.
Ya, seperti diriku.
.
.
.
.
.
.
.
End.

 ℂ𝕙𝕠𝕠𝕤𝕖°  ༒【ᴛʜᴇ ᴄᴀᴛᴀꜱᴛʀᴏᴘʜᴇ ʙᴇɢᴀɴ】༒[Completed]Where stories live. Discover now