km

36 0 0
                                    

Dalam kitabku, semua diciptakan berpasang-pasangan. Ada kanan ada juga sisi kiri. Ada depan ada juga belakang. Ada atas ada juga bawah. Ada langit ada juga bumi. Ada bulan ada juga matahari. Ada sedih ada juga senang. Ada lelah ada juga bahagia, hingga dalam kitabku lagi fisebutkan ada kemudahan bersama dengan kesulitan. Seperti sekarang ini, ada pagi lagi setelah datanganya malam. Hingga tahukah kalau ilmuwan terdahulu sampai berfikir ada antiproton karena ditemukannya proton? Ya, aku percaya. Sangat percaya semua ada pasangannya. Hari ini, selepas menjejali otakku dengan ilmu yang dialirkan tanpa ragu oleh dosenku aku bergerak menuju sebuah gedung salah satu ormawa. Yap benar, Aku mencoba mengikuti Saran Azzah untuk mencari pengalaman. Dengan ragu, aku mendaftar dan hari ini adalah jadawal interview.
"Uchi Kana Ibrahim?" Panggil seseorang yang terlihat sebaya namun ku yakin dia satu atau dua tingkat di atasku.
"Iya Mbak, Saya". Aku menjawab panggilannya di tengah riuh anak-anak lain yang mendaftar program ini. Hampir semua sibuk merapal jawaban-jawaban yang dipersiapkan jika dipanggil nanti. Sedangkan aku? Aku hanya menatap wajah sungguh-sungguh mereka. Baiklah, coba-coba saja.
Dengan hati-hati Aku masuk ke sebuah ruangan yang minimalis, ada rak yang berjejer buku-buku. Sebuah meja dan komputer juga tampak serta mengisi ruang itu.
"Assalamualaikum ..." Aku mengucap Salam sebagai pembuka yang membuat orang di depan ku mendongak berpaling dari kertas yang ia pegang dan melihat ke arah ku.
Deg ... Orang itu, kenapa aku harus bersama orang itu?
"Hallo, inchi ya?" Orang itu tersenyum manis sambil menjulurkan tangannya ke arah kursi di depannya. Itu tandanya Aku disuruhnya duduk kan?
"Mmm maaf mas, Uchi". Aku berusaha membenarkan namaku.
"Loh Uchi? Di kertasnya kayak Inchi." Orang itu menjulurkan kertas yang sedari tadi dipegang dan diamatinya. Mungkin merasa heran dengan inchi?
"Oh iya mas, itu kurang tebel ya kaki huruf u nya." Aku menjawab sambil sedikit nyengir.
"Oke, Uchi ya." Orang itu terlihat mulai serius kemudian membuka percakapan kami.
"Uchi kamu prodi fisika ya?" Tanya orang yang di depanku dan Aku hanya menjawab dengan frasa 'iya mas'.
"Oke, sebenernya korelasi fisika sama kehidupan sehari-sehari itu apa sih?" Tanya orang itu. Aku sempat terdiam sejenak. "Ya banyak mas, contohnya ya Kita bisa bergerak karena adanya gaya. Kita berjalan di lantai juga karena adanya gaya gesek yang ngga bikin Kita jatuh. Konsep-konsep sederhana yang seperti itu lah mas kira-kira yang paling terasa dikehidupan sehari-hari.
"Oke, terus dari ilmu fisika kamu dapet apa aja buat hidup?" Pertanyaan keduanya sempat membuatku tidak bisa membedakan dengan pertanyaan pertamanya.
"Eh? Banyak juga sih. Misalnya yang udah terkenal tuh tentang konsep tekanan itu mas. Gimana caranya Kita biar tidak tertekan ya dengan melapangkan diri. Itu kan dari fisika juga, P atau tekanan berbanding terbalik dengan luas penampang. Terus selain itu juga, ada hukum Bernoulli di mana tekanan pada fluida akan menurun jika kecepatan alirannya meningkat. Rasa tertekan Kita akan perlahan menghilang jika Kita terus berusaha menyelesaikan pekerjaan dengan cepat, nggak leyeh-leyeh gitu mas. Eh tapi ini menurutku sih." Aku mencoba menjelaskan sebisaku.
"Oh ya tau Archimedes ngga?" Orang itu bertanya lagi. Dalam hatiku bergumam, ini ujian atau interview program pelatihan? Pertanyaan yang menyangkut program lebih sedikit, tadi hanya sekitar 3 pertanyaan. Hanya seputar alasan, tujuan dan harapan.
"Iya mas tau."  Jawabku pendek
"Nah Archimedes tuh yang hukumnya tentang gaya apung kan? Nah keren banget ya dia bisa nemuin hukum pas lagi mandi. Einstein juga kan ya nemuin tentang gravitasi pas lagi istirahat di bawah pohon apel." Orang ini unik, entah kenapa aku berfikir begitu. Dan pertanyaan pertanyaan Selanjutnya adalah seputar "kamu tau imuwan ini?" Dia akan skip menjelaskan ketika aku bilang 'tau' dan menjelaskan panjang lebar jika aku jawab 'ngga tau'. Tahukah? Dia lebih banyak tau daripada aku.  "Oh ya kamu tau phi kan? Phi itu apa ya?" Satu pertanyaan lagi yang membuatku heran. "Phi? Phi itu ya sebuah konstanta yang nilainya 3.14 atau 22 per 7". Jawabku dengan polos karena masih terheran heran.
"Oke Uchi. Saya Kais, tadi udah perkenalan kan ya diawal. Untuk interview kali ini sudah dicukupkan ya. Silahkan ditunggu pengumumannya nanti. Ada yang mau ditanyakan?" Orang itu menawarkan sebuah kesempatan padaku. "Mmm kenapa suka tentang fisika mas?" Tanyaku penasaran. "Haha iya aneh ya, Aku anak fk tapi sangat lebih suka fisika dari pada biologi. Ya ngga tau kenapa fisika itu menarik buatku. Dan kalau ada pertanyaan kenapa ngga masuk fisika karena pas SNMPTN Aku ditolak sama prodi fisika, aku coba SBMPTN iseng ambil fk. Ya sudahlah." Glek.... Aku terdiam, memangnya ada ya tertolak fisika lalu masuk FK? Gila aja nih orang. Aku hanya mengangguk ngangguk. "Oke, ada lagi Chi?". Kembali orang itu menawarkan kesempatan. "Sudah mas, cukup. Terimakasih" Aku membuang kesempatanku. "Oke. Uchi kalau aku Panggil kamu Inchi boleh ya?" Pertanyaannya membuatku mengernyitkan dahi. "Ya cocok aja, kamu juga kan anak fisika." Sedikit ku paksa simpul bibirku. "Oh oke mas ngga masalah."Aku kembali terdiam dan bersiap untuk bangkit dari dudukku. "Kamu tuh cewek yang waktu di perpustakaan tas nya jatuh?" Mungkin setelah lebih dari 45 menit dia bercakap dengan ku, dia menyadarinya. "Uummm iya mas, terimakasih sudah nolongin." Aku tak tau harus jawab bagaimana.
"Oke ngga masalah. Silahkan sudah selesai." Tangannya menyodorkan ke arah pintu. Aku keluar dari ruangan itu, sepertinya aku sangat lama. Aku mendengar perempuan yang menyuruhku masuk tadi berbicara dengan Kais 'heh kok lama, kan 30 menit aja'. Ah yasudahlah lupakan hari ini. Hari kembalinya Aku bertenu dengan Kais Ahmad Pasai, mahasiswa kedokteran yang suka sekali dengan fisika. Orang yang sudah menolongku sekaligus membuat malu jika diingat. Orang yang ibaratnya seperti kilometer, km yang berada di titik tertinggi tangga konversi satuan. Sedangkan aku, hanya inchi. Untuk inci setara dengan senti saja Aku harus mengalikan inchi dengan angka 0,394. Kalian paham maksudku? Intinya dia jauh berada di atas sana daripada aku.




-Maaf kalau tak bermanfaat-
Ditunggu komennya, Demi tulisan yang lebih baik....


Inchi

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 27, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

InchiWhere stories live. Discover now