KATA PENGANTAR NIFEE DEE BIRU - (1st Season of Harukaze no Sekai)

43 5 13
                                    

What Does It Mean to Live as A Girl?

Seumur hidup, selama tiga dekade berada dalam wadah tubuh seorang perempuan, betapa seringnya aku mendengar hal-hal semacam ini:

"Kamu tuh perempuan, harusnya bisa melakukan ini dan itu."

"Kamu tuh perempuan, pakai ini aja."

"Kamu tuh perempuan, jangan kayak gini, dong."

"Nggak papa kamu nggak bisa melakukan ini dan itu. Soalnya kamu itu perempuan."

Sampai yang paling menyebalkan: "Perempuan itu harus tunduk dan nurut sama lelaki."

WHAT?! Laki-laki yang mana dulu? Lu siape sampe nyuruh-nyuruh tunduk? Punya utang budi apa gue sama elu?

Ada juga ujaran yang sangat merendahkan seperti ini: "Akal perempuan itu lebih lemah daripada lelaki."

Banyak orang mengatakan hal itu seolah tingkat intelegensi dan kemahiran berlogika seorang manusia itu ditentukan dari apakah dia berpenis atau tidak. Paling sebel kalau yang ngomong tuh cowok yang udah bikin emosi. Bukannya minta maaf, waktu si perempuan marah (karena memang dibikin marah), keluarlah ucapan yang merendahkan di atas. Padahal, perbedaan sistem kerja biologis otak perempuan dan otak lelaki tercipta justru agar kedua belah pihak bisa saling melengkapi dalam menjalani misinya di dunia ini. Kepekaan perempuan dalam emosi dan olah hati itu bukanlah kelemahan! Mau jadi apa dunia ini jika semuanya hanya diukur berdasarkan logika tanpa perasaan?

Salah satu tempat kerjaku dulu memiliki tunjangan gaji dan sistem kerja yang sebenarnya cukup baik. Tapi hari-hariku di sana dihabiskan dengan menyabar-nyabarkan diri mengerjakan proyek di depan komputer sembari mendengarkan ocehan pemilik usaha dan project manager yang terdengar seperti radio rusak:

"Perempuan itu seharusnya...."

Semua orang seolah merasa berhak mendefinisikan nilai seorang perempuan. Merasa berhak mengatur bagaimana perempuan menjalani hidupnya. Paling konyol adalah mereka yang merasa berhak mendapatkan kepatuhan, kesetiaan, dan pengabdian seorang perempuan hanya karena mereka laki-laki. Tanpa berkaca apakah mereka sendiri sudah cukup layak untuk mendapatkannya.

Seakan perempuan tak berhak menjadi tuan bagi dirinya sendiri. Seolah seumur hidup perempuan harus dihabiskan dengan mengabdi dan menyenangkan pihak luar selain dirinya sendiri. Kesannya seperti ada standarisasi dan sertifikasi tunggal yang harus diikuti setiap perempuan agar kemanusiaannya diakui oleh masyarakat, tak peduli apakah perempuan itu bakal nyaman dan bisa tetap waras dalam menjalaninya atau tidak. Seolah seorang perempuan takkan pernah cukup perempuan dan takkan pernah cukup berharga tanpa menuruti setumpuk tuntutan dan keinginan dari pihak lain.

Tidakkah ini sebenarnya adalah bentuk penjajahan?

Sering aku merasa, menjadi perempuan itu dituntut untuk bisa jadi seperti Doraemon yang mampu mengabulkan senandung para pemalas seperti Nobita: "Aku ingin begitu, aku ingin begini. Ingin ini, ingin itu, ingin banyak sekali."

Perempuan dituntut untuk jadi kuat dalam setiap kondisi, tapi anehnya lingkungan yang menuntut hal itu justru sering melemah-lemahkan harga diri, posisi, dan peran perempuan.

What does it mean to be a girl, what does it mean to live your rest of your life as a woman?

Apa menjadi perempuan itu berarti harus cantik? Tapi apa sih definisi cantik? Cantik seperti Scarlet Johannson? Seksi seperti Jessica Alba? Apa?

Apakah menjadi perempuan itu harus bermain boneka dan memakai gaun renda-renda?

Apakah menjadi perempuan itu harus selalu berkutat dengan bumbu dapur?

Harukaze no Sekai (The World of Harukaze) - First Trial - RAWS CommunityWhere stories live. Discover now